Jumat, 24 Mei 2019

Pelestarian Hutan Untuk Anak Cucu

Hutan alam Indonesia terus berkurang. Dalam rentang waktu 30 tahun, kita kehilangan lebih dari 40-juta ha hutan. Apa lagi yang dapat kita wariskan untuk generasi mendatang jika hutan kita tak lagi bersisa?

Sebelum bencana datang melanda, sudah saatnya rehabilitasi hutan dilakukan.tak salah jika masyarakat dunia menganggap Indonesia sebagai paru-paru dunia. Wilayah hutan Indonesia yang mencapai 193-juta ha pada 1950 memang r menjadi salah satu yang terluas KUluLira di dunia.

Bahkan, hutan tropis kita yang mencapai 150-juta ha merupakan hutan hujan terluas kedua setelah hutan hujan di kawasan Amazon. Hutan dengan luasan mencapai 10% dari total luas hutan hujan dunia itu jelas menyimpan kekayaan hayati yang sangat besar. Tak kurang dari 30.000 spesies tanaman dan 2.000 spesies binatang hidup di sana. Di antaranya 430 jenis burung dan 200 jenis hewan mamalia.

Menurut Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO), hutan Indonesia menjadi habitat penting bagi 10% dari total spesies tanaman, 12% spesies mamalia, 16% reptil dan ampibi, serta 17% burung yang ada di muka bumi. Dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki itu, kepulauan Nusantara pun telah menjadi laboratorium alam yang menarik bagi para ilmuwan di berbagai penjuru dunia.

Pelestarian hutan

Pelestarian hutan adalah usaha untuk melindungi dan menjaga kelestarian hutan. Ini melibatkan berbagai upaya untuk menghindari kerusakan hutan akibat aktivitas manusia seperti deforestasi, penebangan liar, polusi, dan lainnya. Pelestarian hutan diperlukan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang dimiliki oleh hutan, serta mencegah kerusakan lingkungan. Pelestarian hutan juga penting untuk membantu memelihara keseimbangan alam dan menjaga kualitas air dan udara.

Hutan Nusantara Habis dibabat

Bagi Indonesia, hasil hutan pun menjadi salah satu sumber devisa yang dapat diandalkan. Sejak pemerintah memberikan hak pengusahaan dan pengelolaan kawasan hutan melalui sistem Hak Pengusahaan Hutan (HPH) kepada swasta pada 1967, perolehan devisa dari ekspor hasil hutan terus meningkat. Dari 6-juta US$ pada 1960 menjadi 56-juta US$ pada 1969, lalu meningkat menjadi 300-juta US$ pada 1988. Bahkan, sejak 1987 devisa dari ekspor hasil hutan telah menempati peringkat kedua perolehan devisa setelah minyak dan gas bumi.

Memang tidak dapat dipungkiri, hasil hutan memberikan peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain melalui perolehan devisa, industri kehutanan juga telah memberikan lapangan kerja bagi jutaan jiwa penduduk.

Sayangnya, sejak industri kayu hutan dibuka, telah berjuta-juta ha hutan yang dibabat. Bertambah tinggi harga kayu di luar negeri, pembabatan hutan pun makin cepat dilakukan. Akibatnya, luas hutan Indonesia terus merosot. Badan dunia FAO memperkirakan selama 15 tahun (1976— 1980) Indonesia kehilangan hutan seluas 550.000 ha/tahun. Bahkan, selang 30 tahun

sejak adanya kebijakan HPH, luas hutan tropis Indonesia terdegradasi seluas 40-juta ha. Saat ini diperkirakan luas hutan Indonesia tinggal 90-juta ha.

Penyebab Deforestasi

Deforestasi adalah proses menghilangkan hutan dan mengganti dengan lahan yang lain. Sebagian besar deforestasi disebabkan oleh kegiatan antropogenik seperti logging, pertambangan, pertanian, dan urbanisasi. Logging adalah proses pencucian hutan untuk memenuhi kebutuhan kayu. Pertambangan menghasilkan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur. Pertanian menghilangkan hutan untuk penggunaan lahan pertanian, termasuk ladang dan kebun. Urbanisasi mencari lokasi baru untuk membangun kota dan menawarkan layanan kepada masyarakat. Semua kegiatan tersebut menyebabkan hilangnya hutan dan mengurangi habitat alami.

Efek Deforestasi

Deforestasi merupakan salah satu masalah penting yang menyebabkan banyak efek buruk. Efeknya termasuk kehilangan biodiversitas, erosi tanah, kehilangan karbon sink, dan perubahan iklim. Kehilangan biodiversitas berarti bahwa populasi tumbuhan dan hewan yang berbeda menurun drastis, yang menghalangi keragaman hayati. Erosi tanah menyebabkan tanah yang subur hilang, yang mempengaruhi produktivitas tanaman. Kehilangan karbon sink berarti bahwa pohon dan tanaman yang tidak lagi tumbuh untuk menyerap karbon dioksida, yang mempengaruhi keseimbangan gas rumah kaca. Perubahan iklim juga diakibatkan oleh deforestasi karena gas rumah kaca yang berlebihan menyebabkan pemanasan global.

Strategi Konservasi Hutan

Strategi Konservasi Hutan, Reboisasi, Kehutanan Berkelanjutan, Kawasan Terlindung, dan Koridor Satwa liar merupakan upaya yang digunakan untuk melindungi hutan dan menjaga kelestariannya. Reboisasi adalah proses penanaman pohon-pohon baru pada lokasi yang telah rusak akibat penebangan liar atau penggunaan tanah yang tidak berkelanjutan. Kehutanan berkelanjutan adalah metode yang menggunakan manajemen yang berkelanjutan untuk memanfaatkan hutan dan menjaga kelestarian alam. Kawasan Terlindung adalah lokasi yang bertujuan untuk melindungi habitat satwa liar dan menyediakan tempat tinggal bagi satwa liar. Koridor Satwa liar adalah jalur yang memungkinkan satwa liar untuk bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Jangan tunda rehabilitasi

Berdasarkan laju penebangan kayu di hutan-hutan Indonesia selama ini, bukan tidak mungkin dalam 10—20 tahun mendatang, seluruh hutan di negeri ini yang sangat kita banggakan akan habis. Apa lagi yang dapat kita wariskan kepada anak cucu jika hutan kita habis tak berbekas? Mungkin hanya bencana demi bencana yang bakal dirasakan anak cucu kelak. Sudah waktunya, jauh sebelum bencana benar-benar terjadi, kita menata Kawasan tambang yang rusak dalam proses reklamasi

kembali hutan milik kita. Tidak ada jalan lain untuk melestarikan alam kita selain melakukan rehabilitasi kawasan hutan secara baik dan intensif.

Penggunaan bahan tanam berkualitas menjadi kunci rehabilitasi hutan secara intensif. Namun, ketersediaan bibit berkualitas dalam jumlah masai sering menjadi kendala. Hanya keunggulan bioteknologi yang mampu menjawab masalah itu. Melalui teknologi kultur jaringan, kebutuhan bibit berkualitas dalam jumlah masai dapat dipenuhi.

Bila keunggulan bioteknologi yang Anda butufiEan, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk pilihan tepat. Dengan tenaga SDM berpengalaman serta didukung fasilitas lengkap dan modern, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk siap membantu mewujudkan cita-cita mulia Anda untuk menciptakan hutan lestari demikian penuturan Yudistira Hayat salah satu konseptor andalan TEKNO.

Melalui konsep bioteknologi, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk siap menangani reklamasi kawasan bekas tambang. Dengan bibit unggul berkualitas dan kemampuan bioteknologi, kerusakan kawasan tambang dapat diperbaiki. Saat ini PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk mengerjakan reklamasi kawasan bekas tambang di Batulicin, Kalimantan Selatan.

Selain reklamasi kawasan, TEKNO juga sedang melakukan perbanyakan jati muna secara kultur jaringan untuk rehabilitasi kawasan hutan jati di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Proyek-proyek besar itu hanyalah sebagian dari kegiatan yang sedang dilakukan para ahli berpengalaman yang dimiliki perusahaan

Penutup

Pelestarian hutan adalah penting untuk melindungi habitat hewan, untuk menjaga keseimbangan alam, dan untuk memastikan kelangsungan hidup anak cucu kita. Dengan lebih banyak hutan yang tersisa, pohon-pohon dapat menyerap lebih banyak karbon dan mengurangi dampak perubahan iklim, serta menyediakan lingkungan yang bersih dan sehat untuk hidup. Pelestarian hutan juga merupakan salah satu cara untuk melindungi sumber daya alam penting, termasuk air, tanah, dan flora dan fauna, untuk generasi mendatang. Pelestarian hutan adalah penting untuk masa depan dan kebahagiaan anak cucu kita.

Document last updated at: Jumat, 24 Mei 2019