Gandakan Keuntungan Dengan Antrektomi Udang Galah

Udang galah betina menghasilkan 10.000 – 20.000 telur tiap memijah. Setelah menetas, “Sekitar 25 – 50% berkelamin betina,” ujar Dr Fauzan Ali, peneliti di Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Puslit Limnologi LIPI), Cibinong, Bogor. Itu berdasarkan pengalamannya 3 tahun meneliti Macrobrachium rosenbergii. Sekarang, udang galah bisa menghasilkan 100% jantan.

Jantan galah lebih disukai peternak. Maklum, ia lebih cepat besar ketimbang betina. “Dari bibit ukuran 3—7 cm, jantan mencapai ukuran 15 cm bobot 25 g dalam 2—2,5 bulan. Betina perlu waktu sampai 2 kali lipat,” ungkap Ateh Herdiyana, peternak di Sukajadi, Ciamis. Dari kolam seluas 1 ha yang ditebari 30.000 bibit, ia hanya memanen 25.000 udang dengan total volume 625 kg. Sisanya berkelamin betina perlu 2 bulan lagi untuk mencapai ukuran panen.

Udang Galah

Sebab itu Ikhsan Khasani dari Balai Penelitian Air Tawar (BPAT) Sukamandi, Subang, Jawa Barat, sejak 2006 mengembangkan betina galah super untuk indukan. Keturunannya semua jantan alias monoseks. Yang istimewa, induk betina itu Hinprnlph dari udang iantan. Udang jantan berumur 65—80 hari diambil kelenjar androgennya sehingga jadi betina.

Kok bisa? “Jenis kelamin kelompok Crustaceae ditentukan oleh kelenjar androgen. Kalau androgen pada jantan dihilangkan, ia menjadi betina,” tutur Dr Imron, peneliti BPAT Sukamandi. Prosesnya disebut antrektomi terkesan rumit meski sebenarnya sederhana. Di bawah mikroskop, kelenjar yang lebih kecil daripada biji wijen itu dikeluarkan bersama saluran sperma. Bambang Iswanto, peneliti lain di BPAT Sukamandi melakukannya hanya bermodal mikroskop, jarum, dan cawan petri.

Udang Galah
Posisi appendix masculina

Udang Galah Abnormal

Menurut Imron, rahasia kelenjar androgen sebagai agen pembentuk jenis kelamin udang terkuak dari penelitian Profesor Sagi asal Universitas Ben-Gurion, Negev, Israel, pada 1996. Pada 2000, peternak di Vietnam mencoba mengadopsi teknik itu, diikuti Thailand pada 2003. Namun sejauh ini belum begitu sukses. “Kalau berhasil,kabarnya pasti sudah terdengar sampai ke sini,” ujar Bambang.

Itu juga yang mendorong BPAT Sukamandi untuk membuat udang galah super itu pada 2006. Sayang, penelitian yang berjalan hampir setahun itu belum memuaskan. “Yang muncul malah jantan dan betina abnormal,” tutur Imron. Bentuk abnormalitas beragam. Ada udang yang dapat bertelur, tapi tidak bisa memijah. Ada juga yang menyerupai betina—tanpa apendix masculina, yaitu ciri berupa tonjolan kecil di pangkal kaki ke-5, sebagai penanda betina—tapi masih berkelamin jantan.

Namun ada juga kelainan lain seperti keluarnya apendix masculina tapi bisa bertelur. “Dari total 50 udang yang diandrektomi, hanya 8 yang hidup dan semuanya abnormal,” tutur Bambang, mengisahkan hasil yang dicapai pada 2006. Meskipun sang arsitek awal, Ikhsan Khasani, tidak terlibat lagi, Bambang dan Imron tetap meneruskan penelitian. Akhirnya, pada 2007, diperoleh seekor betina super dari 26 jantan tongkolan dari 2 ekor yang diandrektomi.

Betina harapan yang sudah memijahkan 1.500 larva udang itu awalnya dikenali dari apendix masculina yang kunjung tidak tampak saat dipelihara selama 3 bulan pascaandrektomi. Selain itu, “Kecepatan tumbuhnya menyamai betina, tapi lebih lambat daripada jantan,” ujar Imron. Pada umur 5 bulan, betina itu panjangnya mencapai 10,4 cm dengan bobot 19 g. Padahal dalam waktu sama, jantan akan mencapai panjang 13—16 cm dengan bobot 25—28 g.

Keberhasilan itu membuka jalan untuk membuat betina-betina super berikutnya. “Selama ini andrektomi baru bisa dilakukan setelah udang berumur 65 hari lebih. Kurang dari itu susah karena tidak ketahuan jenis kelaminnya,” papar Bambang. Jika semua larva yang menetas dipastikan monoseks jantan, andrektomi perlu dilakukan pada umur 25—30 hari. “Tingkat kelulusan hidup dan keberhasilannya bakal naik,” ujar Imron Itu karena kemampuan pemulihan luka dan kecepatan pembentukan organ genital lebih cepat pada udang muda.

Udang Galah
Kelenjar androgen dilihat dari mikroskop

Produksi Panen yang Relatif Sedikit

Dibandingkan betina normal yang mampu menghasilkan 10.000—20.000 telur tiap kali pijah, jumlah telur yang dihasilkan betina super yang baru pertama memijah itu sangat sedikit, hanya 1.500 butir. Toh, Bambang dan Imron sepakat: telur yang diproduksi itu minim karena ini kali pertama sang galah bertelur. “Itu normal. Nanti pada pemijahan ke-4 atau ke-5 kali jumlah telurnya akan sama seperti betina normal,” ucap Imron.

Meski belum sepenuhnya sukses, terobosan yang dicapai BPAT Sukamandi diacungi jempol oleh Fauzan Ali. “Keberhasilan itu sangat membantu peternak galah untuk meningkatkan produksi,” ujarnya. Namun, sebelum jantan dijadikan betina super, kualitas indukannya juga harus diperhatikan. Itu mencakup produktivitas telur, kemampuan pijah, agresivitas, dan ketahanan terhadap penyakit. Induk pun harus diseleksi berdasarkan kriteria itu agar dapat dihasilkan keturunan unggul.

Pengalamannya membuktikan kualitas induk tangkapan alam bervariasi. “Kalau dari 1 lokasi terdapat indukan bagus, belum tentu semuanya bagus,” paparnya. Selain seleksi, perlu penyilangan berulang-ulang agar didapat indukan terbaik. “Jika induknya unggul, betina super hasil andrektomi pun keturunannya unggul,” ujarnya. Makanya Imron maupun Bambang tidak berani memastikan kapan betina super dari BPAT Sukamandi bisa didapatkan peternak. “Jalannya masih panjang. Semoga akhir 2008 ini sudah bisa dilepas,” harap Imron

Lebih baru Lebih lama