Prospek Dan Potensi Bisnis Kakatua galah

Prospek Dan Potensi Bisnis Kakatua galah

Rose mendekap erat lengan Eddy Sutioso. Begitu setiap kali Eddy menirukan sebait lirik lagu nasional Padamu Negeri, syair itu ditiru Rose sambil mengangguk-anggukan kepala. “Pintar sekali bukan?” ujar Eddy bangga. Rose bukan penyanyi melainkan kakaktua cantik yang pintar meniru.

Kepandaian kakaktua corak merah nuda pada perut dan leher itu dalam menirukan suara membuat Eddy betah berlama-lama tinggal bersama Rose. “Jenis ini memang pintar berceloteh dengan karakter suara sesuai arahan tuannya,” ujar pemilik Santa Pet Shop & Nursery di Surabaya itu.

budidayatani menyaksikan tak hanya pandai meniru suara, Eolophus roseicapilla itu gampang diajak bermain. Yang paling disukai adalah bermain dengan ranting. Saat ranting dilambai-lambaikan di hadapannya, galah—sebutan di Australia—itu berusaha secepat mungkin menangkapnya. Tak ada tanda-tanda takut seperti menjauhi meski yang memancing dengan ranting itu bukan tuannya. “Itu karena di habitat aslinya di Australia dekat pemukiman sehingga burung seringkah berinteraksi dengan manusia,” kata Eddy.

Kakatua galah
Nama    : Blue ringneck parakeetHabitat    : Taman dan ladang. Hidup bergerombol.Telur    : 3 – 4 butir dengan masa inkubasi 22 – 24 hariKeistimewaan    : Tubuh didominasi bulu warna biru mudaHarga    : Rp5-juta/pasang

Blue ringneck

Rose bukan salah satu kakaktua cantik yang pandai meniru. Di tempat Eddy masih ada kakaktua whiteface Nymphicus hollandicus yang lihai bersiul “Sebenarnya burung itu pendiam,” tutur Eddy. Namun, saat diperintahkan bersiul, suaranya keluar sangat nyaring. Sama seperti Rose, whiteface juga lincah dan suka sekali memanjat. Sebab itu Eddy tak lupa menaruh sebatang kayu dikandang berukuran 45 cm x 45 cm x60 cm untuk bermain.

Di alam bebas, whiteface hidup dalam kelompok berjumlah 12 ekor. Mereka mudah dikenali dari semua jenis kakaktua karena tidak memiliki bulan kuning di pipi. Burung dengan panjang tubuh 41 cm dan dapat hidup selama 20—25 tahun itu mudah dibedakan kelaminnya. Kepala jantan didominasi warna abu-abu, sedangkan betina putih.

Menurut Dr drh Edi Boedi Santoso, dokter hewan di Yogyakarta, kelompok paruh bengkok diminati hobiis karena termasuk burung cerdas. Ia mudah dilatih untuk berceloteh. “Tidak butuh waktu lama untuk mengajarinya pintar meniru,” kata lulusan Ludwig Maximillian University, Munich, Jerman, itu. Untuk sampai tahap mahir meniru minimal dibutuhkan waktu sekitar 2—3 bulan.

Kakatua galah### Protein 70%

Rose dan whiteface hanya sebagian kecil paruh bengkok yang diimpor Eddy. Yang lainnya ada albino white ringneck parakeet, golden mantled rosella, red rumped green, dan opaline red rumped. Semua klangenan itu didatangkan pengusaha jasa makanan Jepang itu dari negeri Kincir Angin, Belanda. “Negara itu gudangnya burung cantik. Hobiis di sana memang getol menangkarkan paruh bengkok,” ujar Eddy.

Kakatua galah
Rose breasted cockatoo/Kakatua galah

Menurut Boedi Santoso agar burung-burung itu hidup sehat di iklim tropis butuh perawatan ekstra. Saat piyik perlu asupan bubur berkadar 70—90% protein. Setelah dewasa, pakan utamanya biji-bijian seperti jagung. “Dosis pakannya cukup 20% dari bobot tubuh. Jika kebanyakan burung jadi gemuk sehingga kurang lincah dan malas berceloteh,” lanjut Boedi. Soal kandang, ukuran 90 cm x 90 cm x 90 cm sudah cukup untuk membuat burung paruh bengkok itu leluasa bergerak. Yang jadi hambatan untuk memiliki adalah harga paruh bengkok itu yang masih tinggi, rata-rata sekitar Rp 1-juta—Rp 25-juta/ekor.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus