Tiga Varietas Jeruk Unggulan Nasional Hickson,Soe Dan Siem

Tiga Varietas Jeruk Unggulan Nasional Hickson,Soe Dan Siem

Jangan berpikiran macam-macam. Tiga angka di atas nomor peserta pemenang Lomba Buah Unggul Nasional 2018 untuk kategori jeruk. Dengan warna kulit jingga mulus dan rasa manis menyegarkan, soe asal Nusa Tenggara Timur menyisihkan keprok hickson, juga asal NTT, dan siam pamekasan di tempat ke-2 dan 3.

Dibandingkan peserta lain penampilan soe memang paling menarik. Buah matang penuh, melulu jingga tanpa warna hijau. Wajar, ketika tiba di meja panitia Lomba Buah Unggul Nasional pada akhir Mei 2003, mayoritas warga budidayatani langsung menjagokan keprok itu sebagai juara. “Penampilannya mampu menyaingi jeruk impor,” tutur Evy Syariefa, juri mewakili budidayatani.

Kulit yang cukup tebal, lentur, dan gampang dikupas. Di dalamnya terlihat daging kuning jingga mengundang selera. Saat dicicip, air memenuhi rongga mulut. Rasanya manis menyegarkan. Seratnya halus sehingga dapat ditelan langsung. Sayang, septa buah kecil sehingga membentuk ruang kosong cukup besar di tengah.

 
Jeruk Keprok soe, penampilan tak kalah dengan impor

Jeruk Keprok mandarin

Keprok peserta lomba nomor 37 itu dipetik dari pohon berumur 10 tahun di Togu, Mollo Utara. Lokasi berjarak sekitar 130 km dari Soe, ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan. Di sana soe merupakan tanaman lazim di pekarangan rumah (baca: Pemilihan Lahan Yang Potensial Untuk Bertani Jeruk).

Di ketinggian 800 sampai 1.000 m dpi yang kering lemon cina demikian penduduk setempat menyebutnya, tetap tumbuh baik dan berbuah lebat. “Kualitas jeruk di daerah ini lebih bagus ketimbang tempat lain karena tersedia sumber air. Selain kulit kuning jingga, buah lebih berisi,” tutur Iwan Setiawan, pelopor pengembangan jeruk soe kepada Dian Adijaya dari budidayatani saat berkunjung ke sana.

Produktivitas cukup tinggi mencapai 30 sampai 35 kg/pohon. Buah rata-rata berbobot 125 gram atau 8 buah/kg. Harga jual mencapai Rp8.000 sampai Rp 10.000 per kg dikebun. Wajar masyarakat pun ramai-ramai menanam di halaman maupun kebun.

Menurut Irving Leaks, periset di Department of Plant Biochemistry Citrus Experiment University of California yang pemah meneliti di sana, jeruk soe termasuk keprok klan mandarin. Ciri keprok, mudah dikupas dan dimakan langsung. Mandarin berbentuk khas gepeng dan berwarna jingga. Jenis-jenis jeruk dari Cina lazimnya seperti ini.

 
Jeruk Kualitas Unggul Dari Daerah Marginal

 

Buah Introduksi Dari Australia

Sayang, jeruk istimewa itu masih sulit dicicipi penggemar di luar NTT. Soe habis terjual di kebun untuk kemudian dijajakan pedagang di Kupang. Di ibukota Provinsi NTT itu, peminat harus merogoh kocek Rp12.500/kg. “Sebenarnya permintaan dari Bali banyak sekali, tetapi tidak mampu dipenuhi,” sesal Iwan Setiawan. Meski mulai dikembangkan sejak 1940-an, budidaya intensif masih diabaikan sehingga produksi minim.

Walau sama-sama dari Timor Tengah Selatan, hickson, juara ke-2 kalah pamor dibanding soe. Penampilan jeruk introduksi dari Australia itu kurang menarik. Warna kulit kuning berpadu hijau. Namun, soal rasa tetap yahud. Saat kulit dibuka, aroma harum segera tercium. Begitu daging jingga masuk mulut, niscaya lidah tak henti berdecak. Sebab, kandungan air banyak dengan rasa manis sedikit asam.

Ia tumbuh di Balai Benih Induk Oelbubuk, Kecamatan Kapan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, sekitar 125 km dari Kupang atau 10 km dari Kota Soe. Bibitnya didatangkan dari Australia pada 1980-an. Ternyata di daerah baru yang berketinggian 800 m dpi dan kering itu, ia dapat beradaptasi dan berbuah.

Jeruk bernomor peserta 36 itu dipetik dari pohon berumur 7 tahun. Bibit berasal dari sambungan. Saat panen dipetik 5 sampai 10 kg buah yang rata-rata berbobot 135 gram atau 8 buah/kg. Produktivitas masih kalah dari keprok soe.

 
Jeruk Keprok Kualitas Unggulan

Buah PON

Sang pemenang ke-3, siam pamekasan, memang luar biasa. Ia mampu bersaing dengan jenis keprok yang sudah kesohor istimewa. Penampilan kulit kuning kehijauan, mulus, dan mengkilap. Tak kalah dengan hickson.

Keistimewaan siam pamekasan membawa kepopulerannya hingga luar Pulau Garam. Pada Pekan Olah Raga Nasional (PON) 2000 di Surabaya, kesegarannya dinikmati oleh ribuan atlet se-Indonesia. Waktu itu 3 truk mengangkut buah untuk memasok kebutuhan pesta olahraga 4 tahunan itu.

Pada tahun sama, ratusan anggota legislatif mencicipinya selama Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat di Jakarta.

Citrus nobilis itu kerap menjadi buah tangan meski harga lebih mahal. Pedagang di Surabaya dan Lamongan menjajakan  Rp 10.000 sampai Rp12.000/kg berisi 8 sampai 12 buah.Jeruk lain, Rp6.000-Rp7.000/kg. Konsumen telanjur suka dengan warna kulit yang kuning cerah dengan semburat hijau tipis, mulus, dan mengkilap. Jarang ditemukan warna hitam akibat embun jelaga.

Wahid Hasyim, pekebun di Pamekasan, merasakan manisnya berkebun siam pamekasan. Kepala Desa Montok, Kecamatan Larangan, Pamekasan, itu mulai memanen sejak tanaman berumur 2 tahun. Dari 1 pohon ia memetik 10 sampai 20 kg. Ia menanam 500 pohon.

 
siam pamekasan, saingi keprok

Bangkit lagi

siam pamekasan tergolong produktif. Ir Winarto, kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pamekasan, menuturkan dari pohon berumur 10 tahun setinggi 2,5 m dapat dipetik 996 butir, setara 80 kg. Di tanah porus, curah hujan rendah, siam pamekasan masih tumbuh bagus. Rumput dibiarkan tumbuh tinggi di sela-sela tanaman untuk mengurangi evaporsi air tanah yang tinggi.

Seperti jeruk lain, sentra di Pamekasan tak luput dari serangan Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD). Pada 1990, populasi di kabupaten itu sekitar 300.000 pohon. Karena ganasnya serangan kini hanya ada 50.000 batang tersebar di 13 desa. Dari populasi tersisa itulah Wahid memperoleh bibit. Dengan kemenangan di LBUN, pemerintah daerah setempat tergelitik untuk mengembalikan kejayaan masa silam.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus