Rabu, 12 Juni 2019

Varietas Bunga Anggrek Sepatu Yang Paling Digemari Pehobiis

Daun anggrek dalam genggaman Ayub S Parnata itu compang-camping.Akarnya beberapa helai saja yang tersisa. Setelah dirawat selama 6 bulan, tanaman yang tadinya hampir meregang nyawa itu memamerkan bunga nan cantik rupa. Tak disangka itu jenis anggrek paphiopedilum terbaru di dunia.

Bunga anggrek sepatu itu memiliki bibir alias labellum berbentuk kantong merah muda dengan guratan urat merah pekat. Petalnya panjang berwarna kuning dengan bercak-bercak cokelat. Ujung petal melintir seperti spiral. Daun kelopak punggung berwarna cokelat pekat dan berbulu.

Bulu-bulu halus juga menyelimuti sekujur tangkai. Ukuran bunga paphiopedilum itu tergolong jumbo. Panjang kantong mencapai 3 sampai 4 cm, lazimnya 2 cm.

Penampilan bunga seperti itu meneguhkan keyakinan Ayub bahwa itu paphiopedilum baru. Ia pun mencatat ciri-ciri tanaman secara rinci dan juga asal-muasalnya. Deskripsi temuannya itu lalu dikirim ke The Australian Orchid Society di negeri Kanguru. Ia juga menyertakan foto bunga dan beberapa bagian tanaman lainnya.










Paphiopedilum gigantifolium ‘Regar Perkasa’ asal Sulawesi

Varietas Terbaru


Setelah setahun menunggu, keyakinan Ayub akhirnya terbukti. Pada 1997, paphiopedilum temuannya itu dipublikasikan di buletin tahunan lembaga itu sebagai spesies baru anggrek sepatu. Nama Ayub pun disematkan di belakang nama genus. Kini anggota famili Orchidaceae itu bernama ilmiah Paphiopedilum ayubii.

Lady slipper baru itu ternyata mengundang decak kagum seorang kolektor asal Jerman. Ia rela menempuh perjalanan panjang demi setangkai Paphiopedilum ayubii. Lalu memborong anakan anggrek sepatu jumbo itu dengan harga US$20 atau setara Rp 200.000/tanaman.

Beberapa tahun berselang, Ayub terhenyak ketika mengetahui Paphiopedilum ayubii berganti nama menjadi Paphiopedilum gigantifolia. Saat ditelusuri, rupanya kolektor asal Jerman itu mengklaim bila ayubii adalah hasil temuannya. Ia mendaftarkannya ke The Royal Horticultural Society di London, Inggris, dengan nama spesies baru gigantifolia.

Nama itu dipilih karena daunnya berukuran jumbo, berdiameter 3 sampai 5 cm dan panjang 30 sampai 40 cm. “Saya merasa dikhianati,” keluh Ayub. Kini, di dunia anggrek internasional, anggrek temuan Ayub itu disepakati bernama Paphiopedilum gigantifolia sinonim P. ayubii.
Paphiopedilum violascens 'Regar Subur' asal Papua

Paphiopedilum ayubii bukan satu-satunya anggrek sepatu yang nama spesiesnya diambil dari nama penemu di tanahair. Anggrek lainnya, Paphiopedilum supardii ditemukan Supardi, kolektor asal Kalimantan Selatan, pada 1915. Spesimen anggrek itu disimpan di Herbarium Bogoriense. Sayang, karena tidak dibudidayakan spesies itu “menghilang”. Baru pada 1972, Dr Eduard de Vogel, kolektor asal Jerman, “menemukan kembali” supardii di Kalimantan Selatan dan memberinya nama Paphiopedilum devogelii.

Digandrungi dunia


Ayub menuturkan, paphiopedilum salah satu jenis anggrek yang paling digandrungi kolektor anggrek di dunia. “Sebanyak 55% kolektor anggrek di dunia kolektor paphiopedilum,” ujarnya. Anggrek sepatu disukai karena adaptif di tempat yang kurang cahaya. Ketika musim dingin tiba, anggrek bisa disimpan di dalam ruangan sehingga tetap tumbuh dengan baik.

Istimewanya, 40% dari seluruh jenis paphiopedilum di dunia berasal dari Indonesia. Kekayaan jenis-jenis paphiopedilum tanahair Mitra Usaha Tani saksikan saat mengunjungi Sjahrizal Siregar. Pengganggrek di Ciwidey, Bandung, itu mengoleksi minimal 22 jenis anggrek kantong dari berbagai daerah di tanahair. "Paphiopedilum tersebar dari bagian barat hingga timur tanahair,” ujarnya.

Di Aceh misalnya, terdapat Paphiopedilum primulinum yang berbunga hampir seluruhnya kuning. Hanya daun kelopak punggung yang bersemburat hijau muda. Di Sumatera Barat tersebar Paphiopedilum lowii. Anggrek itu memiliki petal sangat panjang, hingga 7 cm, biasanya 4 sampai 5 cm.

Petal berwarna kuning dengan bintik-bintik ungu kecokelatan. Ujung petal lebih lebar dan berwarna ungu. Di ranah Minang juga terdapat P. superbiens, P. tonsum, P. victoria-mariae, dan P victoria-regina.

Di Pulau Jawa banyak ditemukan Paphiopedilum javanicum yang tersebar di Bandung dan beberapa daerah diJawa Barat bagian selatan. Jenis lainnya, Paphiopedilum glaucophyillum.

Jaringan otak


Dari Sulawesi ada Paphiopedilum sangii. Anggrek itu berkantong hijau muda kekuningan dengan guratan-guratan tegas membentuk motif seperti jaringan otak berwarna hijau tua. Daun kelopak punggung ungu kehitaman pada bagian pangkal dan gradasi hijau muda di ujung.

Flores, Nusa Tenggara Timur, punya Paphiopedilum mastersianum yang kantongnya berwarna merah, berpadu dengan daun kelopak punggung hijau gradasi putih. Sementara belantara Papua surga Paphiopedilum wilhelminae. Warnanya didominasi cokelat dengan guratan-guratan tegas berwarna putih dan kuning. Jenis lainnya P. zackianum, dan P. violascens.

Sayang, di tanahair paphiopedilum kalah pamor dibanding dendrobium dan phalaenopsis. Ayub menduga, itu lantaran harga paphiopedilum relatif mahal dan butuh waktu 5 tahun supaya berbunga. “Padahal itu tantangannya supaya kekayaan hayati tanah air tidak terpendam di belantara,” ujar Ayub.

Document last updated at: Selasa, 11 Jun 2019