Budidaya Buah Srikaya San Pablo Dan Keuntungannya

Budidaya Buah Srikaya San Pablo Dan Keuntungannya

Buah Srikaya San Pablo rata rata berbobot 200 g/ buah. Berbeda dengan srikaya, kulit buah san pablo hampir rata, tanpa “sisik”. Permukaan kulit diselimuti bedak tipis. Daging buah putih dan lembut. Sayangnya tingkat kemanisan san pablo belum terukur. “Manisnya masih kalah dibanding srikaya new varietas,” kata Chandra, kolektor tanaman di Sawangan, Depok.

Chandra tak menyangka bila manfaat buah srikaya san pablo dapat dinikmati di tanahair. Musababnya, “Maurice sendiri belum pernah mencicipinya,” kata pengusaha tanaman hias itu. Ketika itu ia baru saja memperolehnya dari Meksiko, tetapi belum sempat dibudidayakan. Karena itu saat panen perdana pada 6 Januari 2018, Chandra langsung mengirimkan foto kerabat sirsak itu melalui surat elektronik kepada Maurice.

Srikaya San Pablo 

Berbuah lebat

Chandra tadinya tak berharap akan mencicipi segarnya Srikaya San Pablo. Harap mafhum, ia hanya diberi sebatang bibit sepanjang 60—70 cm. Berdasarkan pengalaman tanaman hasil introduksi tingkat kematiannya cukup tinggi akibat sulit beradaptasi.

Oleh Ricky Hadimulya, sahabat Chandra, san pablo dibudidayakan di Ciseeng, Bogor. Bibit tanpa media itu ditanam dalam polybag berisi media campuran sekam bakar dan cocopeat steril. Sebelumnya akar direndam dalam larutan vitamin BI dan fungisida untuk merangsang perakaran dan mencegah cendawan penyebab penyakit. Imigran asal Meksiko itu lalu disimpan di ruang moistroom alias pengkabutan. Di sanalah suhu dikendalikan pada kisaran 25°C dan kelembapan 70%. Dengan kondisi seperti itu, Ricky berharap san pablo kembali pulih setelah menempuh perjalanan ribuan km.

Sepekan lamanya sang nona menghuni ruang pengkabutan. Ricky sempat khawatir ketika satu per satu daun san pablo berguguran. Kekhawatirannya terobati ketika bakal tunas mulai bermunculan. Saat itulah kerabat kenanga-kenangaan itu dipindahkan ke rumah tanam yang diberi jaring peneduh 65%. Artinya, sinar matahari yang diterima hanya 35%.

Sebulan berselang daun yang semula rontok kembali tumbuh. Sejak itu Ricky memindahkannya ke dalam drum yang dipotong menjadi dua. Kali ini media yang digunakan campuran tanah, sekam bakar, cocopeat, dan kotoran kambing dengan perbandingan 1:1:1:1.

Dua tahun kemudian, pendatang asal negeri Sombrero itu berbunga. Bunga itu menjelma menjadi buah muda berwarna cokelat. Dari beberapa bunga hanya tersisa 2 pentil yang tumbuh berdampingan. Tiga bulan kemudian buah matang dan berwarna merah. “Saya tidak menduga warnanya merah,” kata Chandra. Ukurannya sekepalan tangan orang dewasa. “Sebetulnya bisa lebih besar kalau buah yang satunya dipetik,” kata Ricky.

Pada 6 Januari 2018 buah perdana annona merah itu dipanen. Rasa buah yang manis dan daging buah lembut kian melengkapi keistimewaan san pablo yang berbuah cantik. Apalagi enam bulan berikutnya sang nona kembali memamerkan buah. Kali ini lebih lebat. Begitu juga pada masa berbuah berikutnya. Pada akhir Maret 2008, budidayatani menyaksikan dalam satu pohon bergelayut lebih dari 20 buah muda yang 2 pekan lagi siap panen. Dalam setahun Ricky 2 kali menikmati segarnya san pablo, yaitu setiap Januari dan Mei.

Diperbanyak

Karena keistimewaan itu Srikaya San Pablo layak menjadi komoditas komersial. Tanaman yang diboyong dari negeri Paman Sam itu kini dijadikan induk. Dari sanalah lahir ribuan bibit hasil perbanyakan dengan cara sambung. Ricky menggunakan mulwo sebagai batang bawah.

Mulwo Annona reticulata diperoleh dari seputaran Bogor. Tanaman itu berdaun mirip san pablo. Mulwo dipilih karena menghasilkan bibit yang prima dengan tingkat kematian rendah, hanya 10%. Risiko itu jauh lebih rendah ketimbang menggunakan batang bawah srikaya yang mencapai 70—80% yang pernah dicoba Ricky sebelumnya.

Prakoso Heryono, kolektor 17 jenis annona di Demak, Jawa Tengah, menduga san pablo varian dari mulwo. “San pablo itu buah nona-nya Meksiko,” katanya. Bentuk buah keduanya sangat berbeda. Permukaan kulit buah mulwo benjol-benjol dan berwarna hijau muda. Sedangkan kulit san pablo nyaris mulus dan berwarna merah kejinggaan. Corak kulit buahnya malah lebih mirip cherimoya. “Tapi daunnya lebih mirip mulwo,” ujar Prakoso.

Habitat cherimoya juga pada ketinggian di atas 1.300 m dpi. “Sementara san pablo tumbuh di ketinggian rendah hingga sedang sekitar 700 m dpi,” kata Prakoso. Di Ciseeng yang berketinggian 100 m dpi, anggota famili Annonaceae itu tumbuh subur dan berbuah lebat. Menurutnya perbedaan habitat itu menunjukkan keduanya berlainan jenis. “San pablo sedang dicoba di daerah tinggi, Malang. Mungkin bisa dilihat hasilnya 2 tahun lagi,” kata Ricky.

Srikaya kuning

Annona istimewa juga budidayatani saksikan di Blitar, Jawa Timur. Buah srikaya Annona squamosa di kebun Tryman Sutandya berwarna hijau pucat, hampir kuning gading. Ia bukanlah pendatang dari mancanegara, melainkan varietas lokal. Tanaman itu hasil seleksi srikaya lokal yang biasa digunakan Tryman sebagai batang bawah untuk menyambung srikaya merah dan tanpa biji yang selama ini ia kembangkan. Tanaman itu berasal dari biji.

Dari beberapa tanaman batang bawah itu salah satunya berbuah kuning gading. Berbeda dengan kerabatnya yang berwarna hijau, daun srikaya itu lebih pucat. Sejak itulah Tryman memperbanyak srikaya kuning gading dengan cara sambung susu dan grafting. Sifat warna buah diwariskan pada tanaman hasil perbanyakan secara vegetatif.

Tryman menduga srikaya kuning gading mutasi dari varietas lokal. Menurut Gregorius Garnadi Hambali, ahli botani di Bogor, tanaman yang diperbanyak dari biji berpeluang besar mengalami mutasi. Salah satunya mutasi pada pigmen daun dan kulit buah.

Meski mengalami kelainan, bukan berarti mengurangi citarasa kerabat sirsak itu. “Rasanya tak kalah manis dengan srikaya unggul,” kata Tryman. Sosok buah lebih besar daripada kepalan tangan, tetapi lebih kecil dibanding srikaya new varietas. “Rata-rata sebesar srikaya lokal,” ujar hobiis tabulampot yang juga pengusaha ternak ayam itu.

Srikaya kuning gading juga tergolong rajin berbuah. Berkat pemupukan dan penyiraman rutin, Tryman memanen 3 kali dalam 2 bulan. Setiap kali berbuah menghasilkan 3—5 buah/tanaman. Karena itulah sang nona kuning gading layak menjadi incaran hobiis tabulampot.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus