Selasa, 23 Juli 2019

Kapulasan Mini Bibit Asal Cangkokan

Buah kapulasan, atau dikenal dengan nama ilmiah Nephelium mutabile, adalah tanaman yang umumnya tumbuh hingga 12 meter. Namun, di halaman rumah Irsan Salim, seorang pengusaha Tas Tajur di Bogor, tanaman ini hanya memiliki tinggi sekitar 1,5 meter dengan bentuk tajuk yang membulat dan dihiasi buah berwarna merah tua yang indah. Kapulasan berusia 4 tahun ini merupakan kebanggaan bagi Irsan Salim karena keberadaannya yang langka. Di penangkar-penangkar, buah ini sulit ditemukan.

tanaman buah kapulasan

Buah kapulasan nyaris tidak pernah muncul di pedagang kaki lima karena jarang yang menanam buah ini. Namun, kebanggaan Irsan semakin bertambah ketika tanamannya berbuah lebat meski baru pertama kali. Buah berwarna merah tua berbentuk bulat lonjong muncul di antara rimbun daun dengan bunga kuning kecokelatan yang muncul di sana-sini. Buah ini mudah dibedakan dengan rambutan Nephelium lappaceum karena kulitnya yang dihiasi dengan tonjolan-tonjolan kecil, pendek, dan sangat rapat, sehingga disebut sebagai rambutan si babat.

Selain keindahan buahnya, tanaman kapulasan juga memiliki tajuk yang kompak dan membentuk payung, yang memperindah penampilannya. Daun-daun kecil yang memanjang dan rimbun mengkilap di permukaan atas tanaman ini memberikan kesan yang menarik. Di bagian bawah daun, terdapat rambut-rambut halus dan pendek yang memberikan kontras. Tanaman ini memiliki keunikan karena saat tumbuh liar, tajuknya tidak menarik, cabangnya lemas, dan daunnya lebat sehingga cenderung merunduk. Namun, ketika ditanam dengan pengaturan pemangkasan yang tepat, tajuknya dapat tetap kompak.

Untuk membentuk pohon kapulasan yang memiliki tajuk kompak, disarankan untuk mengurangi cabang-cabang yang tumbuh ke atas dan memilih cabang-cabang yang mengarah ke samping sehingga tajuk membentuk setengah lingkaran. Bibit asal cangkokan merupakan pilihan yang tepat untuk mendapatkan pohon kapulasan dengan bentuk pendek. Dengan menggunakan cabang tua sebagai bibit cangkokan, pohon tersebut dapat berbuah dalam waktu 2 tahun setelah penanaman.

Menurut Markus Amin, seorang penangkar di Depok, bibit asal cangkokan memiliki masa muda yang pendek. Tanaman ini tumbuh dewasa dengan meneruskan masa muda cabang asalnya. Bibit asal cangkokan cenderung tumbuh rendah dan melebar ke seluruh arah, sehingga tetap kerdil. Markus pernah mencoba teknik ini pada pohon milik tetangganya dan dua tahun kemudian tanaman tersebut berbuah bersamaan dengan pohon induknya.

Sebuah penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa dengan budidaya intensif, tanaman kapulasan asal biji bisa berbuah pada usia 5 tahun saat pohon mencapai ketinggian 5-6 meter. Keistimewaan kapulasan di Jawa adalah buahnya memiliki kualitas serupa dengan buah pada induknya meskipun diperbanyak dengan biji. Namun, bagian yang dapat dimakan pada buah kapulasan sangat sedikit dibandingkan dengan kulitnya yang tebal. Meskipun kulitnya tebal, buah ini rentan pecah terutama jika dipanen dengan cara dijatuhkan. Daging buah kapulasan berwarna putih hingga putih kekuningan, lembut, berair, dan memiliki rasa manis sedikit asam. Biji pada buah ini mudah dikelupas dan berwarna kecokelatan serta berukuran kecil.

Kapulasan memiliki hubungan kekerabatan dengan lengkeng Nephelium longan dan berasal dari Malaysia bagian barat. Buah kapulasan banyak ditemukan di hutan-hutan dataran rendah di Perak dan Malaysia serta tersebar di Filipina mulai dari Luzon hingga Mindanao. Budidaya tanaman ini telah dilakukan di Malaysia, Thailand, dan Filipina. Di Jawa, kapulasan hanya ditemukan di sekitar Bogor dan pertumbuhannya paling baik di kota yang memiliki curah hujan tinggi.

Namun, penanaman kapulasan juga pernah dilakukan di Bulungan, Kalimantan Timur, dengan sebutan meritam atau maritam. Di sana terdapat empat jenis kapulasan, yaitu berambut hijau, kuning, merah tua, dan hitam keunguan saat matang. Budidaya tani mencicipi jenis yang berwarna hitam keunguan, sedangkan yang berwarna merah tua disebut sebagai si babat.

Menariknya, pada tahun 1927, seorang pohon muda kapulasan dari Jawa dibawa ke Lancetilla Experimental Garden di Tela, Honduras, Amerika Tengah. Tanaman ini kemudian dikembangkan secara besar-besaran mulai tahun 1945 dan hasil panennya dijual di pasar lokal. Salah satu varietas kapulasan yang terkenal adalah kapulasan merah complok.

Dalam budidaya kapulasan, ada potensi untuk mengembangkan varietas unik dan menarik dengan berbagai warna dan bentuk buah yang berbeda. Pemilihan bibit asal cangkokan dan teknik pemangkasan yang tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi tanaman ini. Dengan pengetahuan yang tepat dan perawatan yang baik, tanaman kapulasan dapat menjadi pilihan menarik untuk dijadikan ornamen taman.

Penutup

Kapulasan, atau Nephelium mutabile, merupakan tanaman langka yang memiliki bentuk tajuk yang menarik dan buah berwarna merah tua yang indah. Meskipun sulit ditemukan di penangkar-penangkar, dengan bibit asal cangkokan dan pengaturan pemangkasan yang tepat, tanaman ini dapat ditanam dengan sukses. Kapulasan memiliki masa berbuah sekitar dua tahun setelah penanaman dan memiliki kualitas buah yang mirip dengan buah pada pohon induknya. Meskipun bagian yang dapat dimakan pada buah ini sedikit, rasanya lembut, berair, dan memiliki sentuhan manis sedikit asam.

Di Jawa, kapulasan hanya ditemukan di sekitar Bogor, kota yang memiliki pertumbuhan tanaman kapulasan yang baik berkat curah hujan tinggi. Tanaman ini juga telah dibudidayakan di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Kapulasan juga memiliki sejarah perjalanan yang menarik, dengan adanya pengembangan besar-besaran di Lancetilla Experimental Garden di Honduras, Amerika Tengah.

Dalam budidaya kapulasan, pemilihan bibit asal cangkokan dan teknik pemangkasan yang tepat memainkan peran penting dalam menghasilkan tanaman yang baik. Pengembangan varietas unik dan menarik juga merupakan potensi yang dapat dieksplorasi lebih lanjut. Dengan informasi yang tepat dan perawatan yang baik, kapulasan dapat menjadi pilihan menarik sebagai ornamen taman yang indah.

Document last updated at: Selasa, 23 Jul 2019