Rabu, 31 Juli 2019

Anggrek oncidium Lidah Tiga Koleksi Hobiis Anggrek Dari Salatiga

Ada keindahan di balik bentuk menyimpang. Itu berlaku bagi anggrek oncidium koleksi Lila Natasaputra, penganggrek di Kotamadya Salatiga, Jawa Tengah. Lazimnya anggrek asal Karibia itu memang berlidah tunggal, tetapi kedua sepal oncidium Lila membesar sehingga seolah berlidah tiga.

Hobiis dari Taiwan yang bertandang ke kota di lereng Merbabu itu langsung jatuh hati melihat sosok anggrek oncidium itu. Harga berapa pun bukan masalah. Sedangkan penggemar lokal berani menawar Rp500.000 per pot terdiri atas 3 bulb. 

Anggrek oncidium Lidah

 Harga pasaran untuk oncidium “normal” saat ini paling pol Rp4.000. Namun, mantan dosen Universitas Kristen Satya Wacana itu tetap mempertahankannya.

Sebetulnya performa anggrek oncidium itu mirip kerabatnya golden shower atau gower ramsey. Tangkai sepanjang 30 cm disesaki bunga berwarna kuning cerah sehingga tampak kompak. Yang membedakan, hadirnya 3 lidah akibat mutasi gen. 

“Terjadi mutasi karena dikulturjaringankan secara massal. Misalnya, satu eksplan diperbanyak menjadi puluhan ribu tanaman,” ujar pemilik Nurseri Greenleaf itu.

Itulah yang terjadi ketika Kaseem Bunchu Orchid penganggrek kenamaan di Bangkok mengkultur jaringankan oncidium gower ramsey. Oncidium yang bersemarak bunga itu hasil persilangan goldiana dan guinea gold

Hasilnya, selain mirip dengan induk, muncul pula beberapa tanaman menyimpang, yakni kedua sepal membesar membentuk lidah. Anggrek itulah yang diburu Lila.

Oncidium excavatum Banyak Dicari Pehobiis

Beruntung akhirnya Lila mendapatkan 10 pot di sebuah nurseri di Jakarta. Dari jumlah itu ia membeli 5 pot yang diperkirakan kelainannya permanen. Tentu saja tak ada rumusan kriteria soal stabilnya gen itu. 

“Saya hanya mengambil berdasar feeling,” katanya. Beberapa bulan berselang ia kembali mengambil 5 pot. Harga excavatum per pot terdiri atas 3 bulb Rp 150.000.

Kesepuluh anggrek oncidium berjuluk doll dancing itu dipelihara meliputi penyiraman rutin dan pemupukan secara periodik. Dari jumlah itu hanya 5 pot yang benar-benar permanen. Lima pot lainnya labil sehingga akhirnya dijual kembali. 

“Kadang muncul 3 lidah, bunga berikut hanya 1 lidah,” katanya. Seleksi lebih dari setahun lantaran menanti tanaman beberapa kali berbunga. Tanaman yang 3 kali mengalami perubahan divonis labil.

Lila lantas memperbanyak tanaman permanen secara hati-hati. Harap maklum, biasanya tanaman mutan mudah berubah ke bentuk semula. “Setelah muncul 6 bulb saya baru berani memisahkan. Ada 5 bulb saja saya tak berani (memisahkan, red),” ujar ayah 2 anak itu. 

Tiga individu “baru” hasil pemisahan itu ditanam di sebuah pot berdiameter 10 cm. Media tanam berupa cacahan pakis.

Anggrek potong

Saat ini Lila yang memburu anggrek oncidium sejak 1982 itu mengoleksi 100 pot oncidium berlidah 3. Oleh Lila dimanfaatkan sebagai bunga potong. Soalnya, bunga mampu bertahan lebih dari sepekan usai pemetikan. Tangkai cenderung tegak nilai lebih lain. Itu saja belum cukup untuk memenuhi syarat anggrek potong. Kriteria lain: produksi tinggi pun dimiliki si lidah tiga.

Menurut Lila 1-2 bulan setelah pemetikan, muncul bulb yang disusul kehadiran bunga baru. Perpaduan kelebihan itu plus diterima pasar menyebabkan ia ideal sebagai anggrek potong. 

Bandingkan dengan golden shower dan grower ramsey yang bertangkai lentur dan hanya tahan 4 hari. Itulah sebabnya mereka tak dijadikan sebagai bunga potong.

Document last updated at: Rabu, 31 Jul 2019