Tabulampot pohon apel india

Dua orang yang bertamu itu berdiri tegak di beranda sebuah rumah di Wologito, Semarang Barat. Pandangan mata mereka diarahkan ke apel india tabulampot setinggi 1 m yang digelayuti 40-an buah. Sosok tanaman berjuluk indian plum itu selalu mengundang rasa ingin tahu. “Saya bilang saja apel india karena cabangnya meliuk seperti tarian india,” kata Maya, sang tuan rumah.

Buah seukuran telur ayam kampung itu berwarna kuning pucat. Buah menyebar di seluruh cabang pohon. Rasanya manis kesat dan renyah. “Persis pir australia yang hijau,” ujar istri Prakosa Haryono, kolektor tabulampot di Demak, Jawa Tengah. Mantan pekebun pepaya dan jambu biji itu mempunyai 6 putsa. Dua di antaranya diletakkan di rumahnya di Semarang; selebihnya di Demak yang berjuluk kota wali.

apel india

Hanya 4 pohon yang berbuah serempak. Dua pohon yang ditanam di tanah berkali-kali gagal membentuk fruitset. Dari sosok tanaman, Prakosa memastikan mereka berbeda spesies. Putsa memang banyak ragamnya, mencapai 400 kultivar.

Yang ditanam di tanah berbunga putih bersih menyerupai cempaka. Ukuran daun lebih besar ketimbang putsa pot. Panjang daun sekitar 5—7 cm berbentuk lanset. Sementara bentuk bunga putsa pot mirip makuto dewo, ukuran kecil, dan berwarna putih kusam.

apel india milik Prakosa yang sudah berbuah diperkirakan memerlukan para-para kelak ketika pohon kian besar. Tujuannya untuk menyangga buah yang menggelayut lantaran percabangan sangat lentur. Pemandangan serupa pernah budidayatani saksikan di perkebunan putsa di Taiwan. Selain itu di Rayong, Thailand, putsa milik Wansuchai berupa pohon berkayu yang mampu tumbuh hingga ketinggian puluhan meter. Oleh karena itu putsa itu tak membutuhkan para-para seperti kami saksikan diTaiwan.

Disungkup

Sudah lama Prakosa memendam hasrat untuk mengoleksi tanaman apel india yang populer disebut Chinese date itu. Rasa manis, perawatan mudah, dan masih langka merupakan alasan Nonot demikian sapaan Prakosa memburu putsa. Namun, keinginan itu baru terpenuhi Februari 2002. Itu berkat informasi rekannya, Chandra Gunawan, kolektor tanaman hias sekaligus pemilik Nurseri Godong Ijo di Depok, Jawa Barat.

Chandra menyodorkan sebuah nurseri di India yang menyediakan putsa. Di negeri anak benua itu putsa banyak tumbuh di Bangalore. Alumnus Universitas Islam Sultan Agung itu pun segera menghubungi nurseri yang dimaksud. Sebulan berselang, betapa suka-citanya Nonot ketika 6 sambung pucuk putsa tanpa daun tiba di Demak. Di kemasan tertera label indian jujube. Panjang batang 20—30 cm yang dibeli Rp50.000 per bibit.

Ayah 3 anak itu lantas menanamnya di 6 pot berbeda dengan diameter 20 cm. Media tanam berupa pasir kasar yang tidak lolos saringan kasa nyamuk. Setelah disiram hingga jenuh ke-6 pot dimasukkan di bawah sungkup selama 60 hari. Sungkup plastik berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi puncak 90 cm. Selama penyungkupan, penyiraman ditiadakan.

Berbuah Genjah

Untuk mempertahankan kelembapan ia menyiram permukaan tanah di sekitar sungkup. Saat musim hujan frekuensi penyiraman 2 hari sekali; kemarau, 2—3 kali sehari. Dua puluh hari setelah penyungkupan muncul banyak tunas daun berwarna hijau kekuningan. Lama-kelamaan daun berubah hijau segar. Ketika sungkup dibuka 2 bulan kemudian tanaman tetap di lokasi semula

Anak ke-2 dari 5 bersaudara itu hanya memberi hara berupa pupuk berkadar nitrogen tinggisebaiknya yang lambat penguraiannya seperti Dekastar atau Magam. Dosis 1 sendok teh per tanaman. Reaksi yang tampak muncul percabangan kecil dan daun merimbun terdiri atas 40— 50 helai. Sebulan setelah sungkup dibuka, apel india itu dipindahtanamkan ke pot berdiameter 40 cm.

Media tanam berupa campuran tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Pupuk daun seperti Growmore atau Gandasil D disemprotkan di sekitar daun dan batang. Interval penyemprotan 7 hari. Hanya 5 kali penyemprotan langsung muncul bunga di berbagai cabang. “Perawatan mudah. Yang saya coba di Demak dengan ketinggian 10 m (dpi, red) dan Semarang 210 m (dpi, red) sama hasilnya,” katanya.

Rajin berbuah Setelah ditanam dalam pot

Prakosa mempertahankan seluruh buah, tanpa seleksi. Buah siap konsumsi setelah 3 bulan sejak munculnya bunga. Di dalamnya terdapat biji menyerupai biji kedondong tanpa rumbai-rumbai tetapi membentuk sudut. Tiga bulan sesudah pemetikan terakhir, bunga kembali muncul. Prakosa hanya memberikan 1 sendok teh pupuk berkadar kalium tinggi.

“Tanpa dimanja putsa mampu berbuah. Tanaman itu tak menuntut banyak perawatan. Setahun bisa 2—3 kali berbuah,” kata pemilik UD Satya Pelita itu. Kondisi itu, menurut sarjana hukum yang lebih senang berkebun itu pas buat hobiis sibuk. Triman, hobiis tabulampot yang mengetahui putsa ketika berkunjung ke Cina, misalnya, kesengsem putsa pot milik Prakosa. Sayang, Prakosa masih mempertahankan.

Lantaran banyak tamu yang tertarik untuk memiliki, Prakosa berencana mendatangkan batang bawah dari Thailand. “Selama ini saya menyemai lebih dari 200 biji, tak ada satu pun yang tumbuh,” ujar kelahiran Demak 45 tahun silam itu.

Lebih baru Lebih lama