Buah merah Papua Si Penakluk Penyakit Maut

Malapetaka itu berawal dari pekerjaannya sebagai pekerja seks komersial karena kemiskinan yang mengimpit keluarga. Alih-alih keluar dari jerat kemiskinan, ia malah terserang HIV/AIDS. 

Maka sejak Desember 2013 ia berbaring di bagian Penyakit Dalam RSUD Jayapura. Karena fungsi hati rusak, ia belum dapat menelan obat apa pun sehingga harus diinfus.

 Buah merah Papua

Tiga purnama dilewatinya di sana. Pada 27 Februari 2014 anak ke-5 dari 7 bersaudara itu pulang ke rumah. Melalui jasa baik Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat, ia dipertemukan dengan Drs I Made Budi MS. 

Saat itu Made sudah dikenal luas di Papua lantaran kerap mengobati berbagai penyakit seperti kanker dengan eksktrak buah merah. Sejak April 2014 ia memberikan ekstrak buah merah kepada Agustina. Konsumsinya satu sendok makan dengan frekuensi 3 kali sehari berbarengan dengan obat paru-paru pemberian dokter.

Konsumsi buah anggota famili Pandanaceae itu diimbangi dengan asupan makanan berprotein tinggi. Perlahan-lahan kondisi tubuh perempuan kelahiran 14 Agustus 1981 itu membaik. 

Tiga bulan mengkonsumsi ekstrak sauk eken  sebutan buah merah di Wamena , bobot tubuh meningkat 6 kg. Bobot tubuh terus meningkat hingga 46 kg saat ini. Selain itu wajah lebih ceria dengan sorot mata bersinar. Kulitnya yang semula busik, kembali mulus. 

Rambut yang sempat rontok mulai tumbuh di atas kepalanya. Singkat kata, Agustina tampak jauh lebih bugar. Padahal, “Ketika saya tangani, kondisi Agustina seperti tak ada harapan lagi,” kata Made.

Pria 44 tahun itu bertutur, “Buah merah berfungsi seperti obat antiretrovirus yang amat dibutuhkan penderita HIV/AIDS. Ia mengikat protein dan meningkatkan kekebalan tubuh.

” Pencapaian amat spektakuler itu juga sejalan dengan hasil pemeriksaan laboratorium di Jakarta pada awal November 2004. CD-4 darah Agustina sudah menembus angka 400 dan CD-8 menunjukkan negatif. CD-4 orang yang positif AIDS, maksimal 200; CD-8, positif. Wanita Papua itu kini hampir menggapai kesembuhan total.

Berkhasiat Melawan stroke

Bukan cuma Agustina Sawery yang lolos dari belenggu penyakit maut. Ny Subari, misalnya, pada September 2002 terserang celebral apoplexy atau populer dengan sebutan stroke. 

Setelah 10 hari opname di sebuah rumah sakit di Jayapura, ia pulang meski belum sembuh. “Bagian tubuh sebelah kiri tak bisa digerakkan, mati sama sekali,” ujar guru SMP 2 Abepura itu mengenang.

Ketika itu menyebut nama saja ia tak mampu. Pandangan kabur, pusing, stres. Kisah pilu itu bakal menjadi kenangan pahit baginya. Sebab 3 bulan meminum ekstrak buah merah 2 x 1 sendok makan per hari , ia sudah melepas tongkat. 

Kini ia aktif mendidik dan menjelaskan materi pengajaran di depan murid-muridnya seperti semula.

Yang juga merasakan manfaat Pandanus conoideus,  Pandanus coinedeus seperti ditulis Budidaya Tani edisi sebelumnya adalah Susilah. Sejak tahu kanker payudara stadium 2 diidapnya, ia tampak menutup diri karena terpukul. 

Tangannya tak lagi dapat digerakkan. Saran dokter untuk operasi ditolak karena khawatir maut menjemput lewat jalan penyembuhan itu.

Di tengah kebimbangan, kemenakannya, Jelly Serang, datang membawa ekstrak buah merah. Inilah tumpuan harapan Susilah. Ia meminumnya 2 kali sehari masing-masing 1 sendok makan. Setelah 2 botol dihabiskan, nyeri yang menderanya hilang sama sekali. 

Dua bulan berselang, setelah menghabiskan 8 botol masing-masing 120 cc, sel kanker yang semula 6cm .mengecil menjadi 3 cm. Kini kondisinya terus membaik.

Antioksidan Alami

Agustina, Subari, dan Susilah hanya sebagian kecil orang yang merasakan faedah sari buah merah. Menurut I Made Budi, hingga November 2004 tercatat 1.000 pasien sembuh setelah rutin mengkonsumsi buah endemik Papua itu. 

Sekitar 400 orang di antaranya sembuh berbagai jenis kanker. Mereka tak hanya dari Jayapura, Timika, atau Merauke, tetapi juga tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Mungkinkah sebuah komoditas mampu mengobati beragam penyakit? “Di dunia medis mungkin saja. Contoh diare bisa diberi ambisilin, infeksi tenggorokan juga ambisilin, begitu juga tifus,” ujar dr Willie Japaries MARS, pengobat komplementer alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Itulah yang dikenal sebagai panasea alias obat segala penyakit.

Ahli gizi Prof Dr Muhilal tak heran akan khasiat buah merah. Doktor Biokimia alumnus University of Liverpool itu pada 1992 meneliti xeroftalmia alias kekurangan vitamin A. Prevalensi penderita di Papua jauh lebih kecil ketimbang di Jawa sekalipun. 

Rahasianya, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Papua terbiasa melahap buah merah yang kandungan betakarotennya mencapai 700 ppm. Oleh glukosa zat itu diubah menjadi vitamin A.

Selain itu kuansu nama lainnya juga mengandung tokoferol 11.000 ppm yang mampu menangkal radikal bebas. Tingginya kandungan vitamin E nama lain tokoferol hanya dapat ditandingi oleh zaitun. 

Senyawa itulah benteng pertahanan terhadap serangan penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, darah tinggi, dan kanker. “Antioksidan itu mengatasi penyakit degeneratif, penangkal radikal bebas seperti cadmium, penghalang ketuaan, bisa untuk mata,” kata Dr Chairul, doktor Kimia dan peneliti di Puslitbang Biologi LIPI.

Wajar jika buah merah direkomendasikan oleh ahli penyakit dalam dari Manado, Roy Pontoh, untuk pasiennya. “Dari komposisi yang saya baca di Budidaya Tani, saya yakin obat ini bisa meredam penyakit paru-paru,” kata Roy. 

Penderita di luar negeri pun tertarik mencoba obat itu. Di antaranya penderita kanker otak berumur 2 tahun yang sedang dirawat di Singapura dan penderita kanker payudara stadium III A yang menjalani terapi nutrisi di Amerika Serikat.

penakluk penyakit maut
 

Dosis Yang Tepat

Buah berbentuk bulat panjang itu mengandung 58% asam oleat dan 7,8% asam linoleat. Keduanya asam lemak esensial bagi tubuh yang mudah dicerna sekaligus memperlancar metabolisme. 

Omega 3 tinggi berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang rusak. “Kanker itu merupakan jaringan yang tumbuh tidak terkendali,” kata Made.

Toh, belum semua pasien yang minum ekstrak buah merah memperoleh kesembuhan. Contoh, penderita tumor payudara yang ditangani dr Willie Japaries. Meski sudah sebulan mengkonsumsi buah merah, kesembuhan bak jauh panggang dari api. 

Menurut Willie lazimnya untuk mengatasi kanker, diperlukan 3-4 herbal. Sementara dalam hal ini, ia hanya memberikan satu jenis, yakni buah merah sehingga dinilai kurang efektif.

Mulyadarma, dokter di Rumah Sakit Darma Medika di Wonogiri, Jawa Tengah, yang juga memberikan buah merah kepada pasien berujar, “Selama ini obat alternatif hanya menunda sel-sel kanker berkembang lebih lanjut.

” Orang kerap salah menduga mengkonsumsi ramuan herbal dijamin aman. Padahal jika tidak tepat dosis tetap saja berdampak buruk.

Soal tingginya betakaroten, menurut Muhilal tak berefek negatif bagi kesehatan. “Kalau berlebihan akan disimpan di lapisan lemak bawah kulit sehingga kulitnya tampak kuning. Tapi kejadiannya amat langka. Di dunia kejadian seperti itu tak lebih dari 5 orang,” kata kelahiran 5 Januari 1940 itu.

Tadinya gratis

Dengan kandungan antioksidan tinggi wajar jika buah merah mampu menyembuhkan beragam penyakit. Itu yang menyebabkan popularitas kerabat pandan wangi meroket. Bak obat ajaib, ia menjadi buah bibir. 

Banyak dokter menyarankan pasiennya untuk meminum sari buah merah. Malahan periset AIDS di Amerika Serikat antusias menanggapi temuan khasiat yenggen.

Padahal sebelumnya secara turun-temurun buah merah tak lebih dari sekadar bahan pangan masyarakat Papua. Harganya amat murah, jika tak boleh dibilang tak bernilai. Dengarlah penuturan Ir Ana Saway dari Dinas Pertanian Kabupaten Jayapura, 

“Dulu buah merah tak perlu dibeli. Kita tinggal minta dan dikasih. Kalau kita bertemu dengan penjual di pasar, kita bisa dikasih cuma-cuma.”

Titik tolak perubahan itu teijadi pada 1988. Drs I Made Budi yang tengah meneliti jamur di pedalaman Kurulu, kesengsem saat melihat pertama kali sosok buah merah. 

Dosen Jurusan Biologi Universitas Cenderawasih itu mendapat informasi dari penduduk setempat, jika mau sehat makanlah buah merah. Buktinya masyarakat Jayawijaya yang gemar menyantap buah merah sehat walafiat meski sepanjang hidupnya tanpa berpakaian. Padahal suhu di sana amat rendah, di bawah 20°C.

Riset intensif yang dilakukan Made ketika mengambil gelar master Gizi Masyarakat akhirnya menyibak tabir buah merah . Pantas jika banyak orang kini berupaya membudidayakannya. 

Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jayapura Ir La Achmadi MMT, buah merah dikembangkan besar-besaran di daerah Ubruk dan Waris, keduanya di Kabupaten Keerom.

Tawi sebutan buah merah di Lembah Baliem kini makin dilirik orang. “Banyak investor dari Jakarta yang datang langsung ke Wamena untuk membeli buah,” papar I Made Budi. Saking 

banyaknya permintaan dari Jakarta, sampai-sampai buah merah milik Made di 3 kecamatan di Wamena pun ludes dijarah. Di luar Papua, penjual-penjual sari buah merah makin banyak bermunculan seiring tingginya permintaan.

Melonjaknya permintaan sari buah merah membuat harga bahan baku melambung. Komoditas yang Juli 2004 hanya berharga Rp50.000 per buah, akhir November 2004, harganya melangit mencapai Rp35O.OOO. Itu pun harus pesan terlebih dahulu (baca: Papua Kala Buah Merah Melejit, halaman 16—17). “Banyak orang yang cari buah merah,” tutur Dorim, pedagang di depan Hotel Yasmin,Jayapura. Budidaya Tani yang jauh-jauh hari memesan 2 buah pun tak kebagian.

Pemasaran Ke luar Papua

Mungkinkah tanaman khas Papua itu dikembangkan di luar provinsi paling timur di Indonesia? Di Papua penyebaran tanaman itu terkonsentrasi di 4 daerah: Jayapura, Manokwari, Nabire, dan Wamena. Harry Ndiken yang tinggal di Kabupaten Merauke berbatasan langsung dengan Papua Nugini mengatakan, sulit menemukan tanaman buah merah di sana.

Budidaya Tani melacak keberadaan anggota ordo Pandanales itu di 4 kebun raya yang ada di Indonesia. Masing-masing Kebun Raya Eka Karya Bedugul di Bali, Kebun Raya Purwodadi (Pasuruan), Kebun Raya Bogor, dan Kebun Raya Cibodas (Cianjur). Namun, tak satu pun yang menanam Pandanus conoideus.

Herbarium Bogorienses di Bogor sebatas menyimpan spesimen Pandanus conoideus di antara 13-juta spesimen koleksinya. Wiwik Lestarini, bagian Registrasi Kebun Raya Purwodadi, berujar, “Dari 6 spesies anggota genus Pandanus yang terdapat di sini, baru 2 yang teridentifikasi. Pandanus amarilifolius dan Pandanus pectorius.”

Menurut ahli Botani Gregori Gamadi Hambali, buah merah sangat mungkin ditanam di luar Papua. Faktanya, alumnus Universitas Birmingham Inggris itu memboyong 3 tanaman dari Wamena pada 1993. Master Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya Genetik itu juga menanam kerabat buah merah asal Halmahera.

Kedua jenis tanaman itu ditanam dan kini telah beranak-pinak di kebun konservasi milik Greg demikian sapaannya di Baranangsiang, Kotamadya Bogor. Tinggi masing-masing mencapai 2,5-3 m. Tanaman asal Halmahera berkali-kali berbuah. 

Sayang, pucuk buah merah asal Papua senantiasa dimangsa serangga. Pandan adaptif di dataran rendah hingga tinggi. Namun, hasil riset Made menunjukkan, kadar betakaroten dan tokoferol lebih bagus diperoleh dari tanaman dataran tinggi.

Khasiat Buah Merah

  • Pereda Batuk
    Batuk beruntun dan tak kunjung sembuh bagai petasan renceng. Betapa tak nyaman dan mengganggu orang di sekitarnya. Kunyah saja beberapa biji buah merah setelah dicuci bersih. Kulit yang menutupi biji nantinya terkelupas dan dapat ditelan. Biasanya hanya dengan 2—3 kali mengunyah, batuk mereda. Dahak yang semula tertahan, kini pun mudah dikeluarkan. Dada plong***
  • Penghalus Kulit
    Ingin memiliki kulit halus mengkilap bak model Naomi Campbell? Pasta buah merah dapat membantu mewujudkan impian itu. Balurkan pasta ke sekujur tubuh. Jika tak dibersihkan dengan sabun ketika mandi, pasta bertahan hingga hari ke-4. Itulah cara yang ditempuh masyarakat Wamena. Cara itu sekaligus menjadi tabir surya yang melindungi kulit dari sengatan matahari.***
  • Pengering Luka
    Limbah olahan buah merah berwujud pasta masih berfaedah. Oleh suku pedalaman Papua, pasta digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka akibat tergores pisau dan sejenisnya. Sebab buah merah mengandung yodium. Pasta dioleskan di atas luka sehingga dalam waktu singkat luka mengering dan bebas infeksi. Jika pasta belum tersedia, daging buah segar dapat menggantikannya.

Kewalahan

Buah merah memberi berkah tersendiri bagi pekebun, pedagang, produsen, dan konsumen. Tiga yang disebut pertama menangguk laba dari perniagaan sang panasea. Yang terakhir disebut, memperoleh kesembuhan. 

Begitu antusiasnya masyarakat, hingga membuat “tidak tenang” Made Budi dan keluarganya. Telepon seluler Made, istri, dan asistennya serta telepon rumah diblokir setelah dering tak kunjung henti. Para penelepon tengah mencari ekstrak buah merah yang diproduksi Made.

Made juga sibuk bukan kepalang. Saat Budidaya Tani ke rumahnya pada awal Desember 2004, mendapati pagar, jendela, dan pintu terkunci. Di sana 2 tulisan terpampang: “Stok Habis” dan “Keluar”. 

Hal serupa dialami Maria Maniagasi, produsen di Yabansay, Abepura. Tiga bulan mengolah buah merah, rupiah terus mengalir deras ke pundi-pundinya.

Pemesan datang dari berbagai penjuru seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Bali, Merauke, dan Timika. Sebagian orang yang tak sabar menunggu kiriman, malah datang langsung ke sana. 

Ibu 5 anak itu menjual sebuah botol 150 cc Rp150.000. Buah berbobot 3 kg menghasilkan 300 cc atau 2 botol. Hingga awal Desember 2004 ia telah memproduksi 200 botol.

Sementara itu permintaan jauh melebihi kapasitas produksi. Banyak pemesan yang inden dan antre menanti pasokan. Nun jauh dari Papua, di sudut Kabupaten Bogor, dering telepon di rumah Vera Gorianto juga tak kunjung berhenti. 

Telinga sang distributor itu sampai merah menjawab pertanyaan bertubi-tubi seputar buah merah. Sebab kepada buah merah sejumlah harapan kesembuhan ditumpukan sehingga penderitaan segera berujung.

Lebih baru Lebih lama