Perjalanan jalak bali Leucopsar rothschildi sungguh sangat memprihatinkan. Hanya dalam kurun waktu setengah abad populasinya di alam kian menyusut. Penyebabnya penangkapan liar dan penciutan lingkungan hidup membuatnya hampir punah. Famili Sturnidae itu tergolong burung “kritis” dan masuk daftar apendiks 1-satwa yang terlarang diperdagangkan. Larangan penangkapan jalak bali juga diatur menurut Keputusan Menteri Pertanian No: SK/Kpts.um/8/1970. Wajar bila burung itu diburu penggemar.
Sosok bali starling itu cantik dan mempesona. Bulu putih mengkilap dengan ujung ekor dan sebagian sayap hitam. Kepala dihiasi bulu panjang mirip kuncir. Ia satu-satunya keluarga jalak di dunia yang berjambul. Matanya cokelat tua dengan bulu biru laut seperti sapuan eye shadow.
Perilaku rothschildi starling itu khas. Gerak-geriknya riang serta lincah. Kalau mereka bertemu, masing-masing akan saling “menari” menyambut teman-temannya. Ketika berdiri tegak, ia tampak anggun dengan tubuh yang terkesan ramping. Daya tarik lain, suaranya nyaring dengan paduan 2 bunyi yang sangat menarik, teet..., dan cing....
Izin Penangkaran secara komersial
Upaya pemerintah untuk memulihkan jalak bali terus dilakukan dengan cara menangkarkannya. “Penting juga dipikirkan untuk membuat penangkaran dengan tujuan komersial,” kata Endang Budi Utami dari Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah. Seorang penangkar jalak bali harus mengantongi izin penangkaran dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Hasil penangkaran pun tak boleh sembarangan dijual karena harus mendapat surat izin perdagangan komersial.
Itulah sebabnya banyak penangkar yang secara sembunyi-sembunyi menangkarkan burung endemik Bali Barat itu. Tony Sumampou, ketua Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) mendata sebanyak 350 ekor dipelihara hobiis di Jakarta dan Jawa Barat. “Sebagian besar telah berhasil ditangkarkan. Mereka menjual dari mulut ke mulut saja,” ujar direktur Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Jawa Barat itu.
Penangkar khawatir induk yang sudah berjodoh disita bila melapor BKSDA. “Itulah yang akan dicari solusinya untuk legalisasi penangkaran,” kata Tony. Untuk mewujudkan hal itu perlu ada kerjasama dengan semua pihak, seperti Ditjen PHKA Bird Life Indonesia, Pelestari Burung Indonesia (PBI), Taman Burung TMII, dan badan koservasi di kebun binatang dan Taman Safari Indonesia.
penangkaran burung Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Jawa Barat, terdapat 26 ekor. “Hanya 8 ekor yang dipasangkan di 4 kandang, sisanya anakan,” kata Nunik Prabawaningtyas, staf penangkaran TSI.
Menangkarkan jalak bali sebenarnya mudah. Di TSI, jalak bali diletakkan di kandang ram berukuran 3 m x 4 m, tinggi 3 m. Lantainya plester. Kandang disesaki pepohonan agar sesuai dengan alamnya. Sarang untuk bertelur kotak berbahan kayu ukuran 30 cm x 30 cm x 40 cm. Alas terbuat dari ranting pohon kecil dan rumput kering.
Pakan utamanya buah dan serangga. Pepaya atau pisang diberikan dengan dosis 10 g. Pemberian serangga, seperti ulat hongkong, kroto, jangkrik, dan ulat bumbung secara bergantian, dosis 4 ekor/ hari. Untuk memacu birahi, beri telur rebus dilumatkan hingga hancur, lalu campur dengan gerusan tahu dan voer. Kebutuhan per kandang sekitar 150 g/hari. Dengan cara itu jalak bali mampu berbiak 4 kali setahun.
Itulah sebabnya Anda Priyono, peternak di Solo, Jawa Tengah, tertarik untuk menangkarkan jalak bali. Saat ini ia tengah sibuk menangkarkan 2 pasang di kandang penangkaran berukuran 85 cm x 85 m, tinggi 2m. Kalau berhasil, ia memanen 16 piyik/tahun. Harga anakan jalak bali berumur 3 bulan Rp15-juta/sepasang.