Encephalartos yang harganya minimal Rp3,5-juta rupiah terkenal lambat tumbuh dan amat sulit diperbanyak. Satu-satunya cara ialah memisahkan anakan dari induk. Namun, jika tidak hati-hati, induk dan anak mati. Seorang kolektor terlengkap di Jakarta saja masih takut memperbanyak saking riskannya.
Di habitat aslinya di sebuah savanah di Afrika Selatan, Encephalartos ghellinckii tumbuh lambat, bahkan merana. Batang menghitam, gundul karena musim kemarau yang mendera. Ia baru menunjukkan kehidupan ketika hujan turun. Batang memunculkan daun-daun baru dan cone, tandan buah muncul di tengah.
Kondisi alam gurun yang ekstrim panas dan dingin merangsang encephalartos berbunga. Sayang, ketika bunga betina siap dibuahi, bunga jantan dari pohon lain belum matang sehingga penyerbukan tertunda. Pohon yang berbuah biasanya jika tumbuh berkelompok, karena peluang bunga betina dan jantan matang bersamaan lebih besar.
Karena itulah sulit mendapatkan biji encephalartos. Lebih-lebih E. woodi. Penyebabnya pohon penghasil bunga betina punah. Jadi perbanyakan secara generatif mustahil terjadi. Agar tidak punah, ia diperbanyak dengan memisahkan anakan. Di Indonesia iklim tidak ekstrim sehingga encephalartos divonis mandul.
Satu-satunya harapan memperbanyak dengan memisahkan anakan. Itupun tak mudah dan perlu waktu lama. Induk minimal berumur 10 sampai 15 tahun untuk memunculkan anakan. Anak itu pun harus berumur minimal 3 sampai 4 tahun untuk siap “disapih”. Kolektor yang sukses memisahkan anakan encephalartos di antaranya, Soetjipto Koesno di Surabaya.
[caption id="attachment_1613" align="aligncenter" width="477"]
Sikas yang sempurna di anakan[/caption]
Langkah pertama yang dilakukan pemilik 55 dari 60 spesies encephalartos di dunia itu ialah memilih umbi sehat, berdiameter minimal 4 cm, dan telah berakar. Soetjipto biasa memilih bonggol atau sucker yang keluar dari permukaan tanah. Untuk memisahkan, ayah 2 anak itu menunggu hingga bonggol mempunyai bakal daun.
Gali akar dengan hati-hati agar tidak terpotong. Jika akar utuh bonggol lebih cepat tumbuh. Dengan pisau tajam sucker dipisahkan dari induk. Olesi luka bekas potongan dengan zat perangsang tumbuh yang dibuat pasta. Pangkas semua daun untuk mengurangi penguapan. Biarkan beberapa hari hingga luka kering.
Siapkan media tanam dalam pot berupa campuran pasir malang 80% dan pupuk kandang 20%. Tanam bonggol dengan membenamkan 1 sampai 2 cm dalam media. Letakkan bibit di tempat terlindung. Perawatan selanjutnya hanya menyiram setiap 7 sampai 10 hari. Sebelum akar muncul di permukaan bawah sucker, pupuk tabu diberikan.
Anakan mulai berakar setelah 4 bulan. Namun, Soetjipto membiarkan bibit tumbuh lebih lama di pembibitan. Agar ketersediaan hara terpenuhi, ia menaburi pupuk slow release seperti Dekastar atau Grow more sebanyak 1 /4 sendok teh. lalu disiram air.
Enam bulan kemudian 1/3 media bagian atas dikurangi. Ganti dengan media baru berupa campuran sejenis. Ketika akar sudah banyak sepanjang 5 sampai 6 cm, pot diganti dengan yang lebih besar. Pada saat itu daun belum terbentuk karena berbahaya bagi kelangsungan hidup. Itu lantaran untuk membentuk daun ia membutuhkan nutrisi. Padahal umbi belum bisa memproduksinya. Selain itu energi di umbi telah habis dipakai untuk mengeluarkan daun.
Setelah 1 tahun anakan mengeluarkan daun. Pindahkan ke pot lebih besar dengan media dan cara penanaman sama. Umbi tidak ditenggelamkan dalam media. Setelah beberapa hari tanaman dapat dikeluarkan untuk menikmati matahari. Pada umur 1 tahun individu sudah sehat.
[gallery link="file" columns="4" size="large" ids="1612,1611,1610,1609"]
Keterangan:
Di habitat aslinya di sebuah savanah di Afrika Selatan, Encephalartos ghellinckii tumbuh lambat, bahkan merana. Batang menghitam, gundul karena musim kemarau yang mendera. Ia baru menunjukkan kehidupan ketika hujan turun. Batang memunculkan daun-daun baru dan cone, tandan buah muncul di tengah.
Kondisi alam gurun yang ekstrim panas dan dingin merangsang encephalartos berbunga. Sayang, ketika bunga betina siap dibuahi, bunga jantan dari pohon lain belum matang sehingga penyerbukan tertunda. Pohon yang berbuah biasanya jika tumbuh berkelompok, karena peluang bunga betina dan jantan matang bersamaan lebih besar.
Karena itulah sulit mendapatkan biji encephalartos. Lebih-lebih E. woodi. Penyebabnya pohon penghasil bunga betina punah. Jadi perbanyakan secara generatif mustahil terjadi. Agar tidak punah, ia diperbanyak dengan memisahkan anakan. Di Indonesia iklim tidak ekstrim sehingga encephalartos divonis mandul.
Satu-satunya harapan memperbanyak dengan memisahkan anakan. Itupun tak mudah dan perlu waktu lama. Induk minimal berumur 10 sampai 15 tahun untuk memunculkan anakan. Anak itu pun harus berumur minimal 3 sampai 4 tahun untuk siap “disapih”. Kolektor yang sukses memisahkan anakan encephalartos di antaranya, Soetjipto Koesno di Surabaya.
Langkah Memisahkan anakan encephalartos
[caption id="attachment_1613" align="aligncenter" width="477"]

Langkah pertama yang dilakukan pemilik 55 dari 60 spesies encephalartos di dunia itu ialah memilih umbi sehat, berdiameter minimal 4 cm, dan telah berakar. Soetjipto biasa memilih bonggol atau sucker yang keluar dari permukaan tanah. Untuk memisahkan, ayah 2 anak itu menunggu hingga bonggol mempunyai bakal daun.
Gali akar dengan hati-hati agar tidak terpotong. Jika akar utuh bonggol lebih cepat tumbuh. Dengan pisau tajam sucker dipisahkan dari induk. Olesi luka bekas potongan dengan zat perangsang tumbuh yang dibuat pasta. Pangkas semua daun untuk mengurangi penguapan. Biarkan beberapa hari hingga luka kering.
Siapkan media tanam dalam pot berupa campuran pasir malang 80% dan pupuk kandang 20%. Tanam bonggol dengan membenamkan 1 sampai 2 cm dalam media. Letakkan bibit di tempat terlindung. Perawatan selanjutnya hanya menyiram setiap 7 sampai 10 hari. Sebelum akar muncul di permukaan bawah sucker, pupuk tabu diberikan.
Anakan mulai berakar setelah 4 bulan. Namun, Soetjipto membiarkan bibit tumbuh lebih lama di pembibitan. Agar ketersediaan hara terpenuhi, ia menaburi pupuk slow release seperti Dekastar atau Grow more sebanyak 1 /4 sendok teh. lalu disiram air.
Enam bulan kemudian 1/3 media bagian atas dikurangi. Ganti dengan media baru berupa campuran sejenis. Ketika akar sudah banyak sepanjang 5 sampai 6 cm, pot diganti dengan yang lebih besar. Pada saat itu daun belum terbentuk karena berbahaya bagi kelangsungan hidup. Itu lantaran untuk membentuk daun ia membutuhkan nutrisi. Padahal umbi belum bisa memproduksinya. Selain itu energi di umbi telah habis dipakai untuk mengeluarkan daun.
Setelah 1 tahun anakan mengeluarkan daun. Pindahkan ke pot lebih besar dengan media dan cara penanaman sama. Umbi tidak ditenggelamkan dalam media. Setelah beberapa hari tanaman dapat dikeluarkan untuk menikmati matahari. Pada umur 1 tahun individu sudah sehat.
[gallery link="file" columns="4" size="large" ids="1612,1611,1610,1609"]
Keterangan:
- Sucker muncul dari bawah bonggol utama
- Ukuran siap dipisahkan dari induk
- Dibenamkan hanya 1 sampai 2 cm
- Daun baru muncul 1 tahun kemudian