Memasuki Januari sampai April dering telepon memang jadi irama rutin di rumah di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, itu. Maklum saja bulan-bulan itu kebun durian Midian Simanjuntak di Cariu, Jonggol, Bogor, sedang panen raya. Para pelanggan berebut durian jatuhan yang diangkut dari kebun ke rumah setiap 1 sampai 2 hari sekali.
King of fruit itu tak sempat "parkir" lama lantaran begitu tiba pelanggan sudah menanti. "Tahun lalu 120 buah langsung Ludes dalam semalam, kata presiden komisaris sebuah bank swasta itu. Padahal harga dipatok Rp25.000/kg. Tak perlu heran kalau ada seorang pelanggan menghabiskan Rp 1-juta sekali belanja.
Memiliki kebun durian obsesi kelahiran Siantar 1943 itu sejak masih kuliah di Institut Pertanian Bogor pada 1963. "Dengan 15 pohon lokal orang tua saya bisa menyekolahkan anak-anaknya. Kenapa saya tidak?" cetusnya. Tanah bekas kebun karet yang dibeli awal 1980-an pun ditanami monthong mulai 1987. Lima tahun berikut ia menuai hasil.
Meski kebun seluas 18 hektar bisa dikunjungi, Midian lebih suka menjual durian di rumahnya. Jika menjual di lahan, repot harus melayani. "Pengunjung berisiko membawa cendawan penyakit ke kebun," kilah mantan bankir itu. Ia tak mau mengambil risiko tanaman rusak. Toh, dengan menyediakan durian di rumah pembeli justru lebih diuntungkan. Mereka tak perlu jauh-jauh ke Jonggol, 30 km selatan Jakarta. Harga pun lebih murah ketimbang ngotot datang ke kebun.
Bukit durian
Peminat yang ingin menikmati durian sambil bersantai di kebun tak perlu kecewa. Pekebun lain justru membuka pintu lebar-lebar. Kebun milik Ayung di Kampung Pasir Peuteuy, Cariu, Jonggol kerap didatangi kerabat dan teman si pemilik.
Durian lokal dari pohon berumur puluhan tahun dan monthong berumur 6 sampai 7 tahun jadi andalan. Monthong dijual Rp25.000/kg; lokal lebih murah, Rp 15.000/ buah. "Kalau kuatir kehabisan atau tidak sempat datang ke kebun boleh memesan lewat telepon," ujar Akiong, putra Ayung.
Sayangnya, "Dua ratusan monthong yang ditumpangsarikan dengan jeruk belum berproduksi," tutur Akiong sambil menunjuk deretan pohon di lembah. Umur monthong itu baru 3 sampai 4 tahun dan beberapa mulai belajar berbuah.
Pengunjung tak hanya bisa membeli durian. Kebun milik pengusaha percetakan di kawasan Sunter, Jakarta Utara, itu pun "disesaki" tanaman buah lain. Sekadar contoh: pisang raja, jeruk peras, pepaya kalifomia dan hawai, belimbing, nangka, serta rambutan binjai. Hasil panen rutin dipasok ke toko buah langganan setiap Jumat atau Sabtu.
Sementara jika Anda sedang dalam perjalanan menuju Pantai Anyer, Banten, mampirlah di kebun milik Darwono Adjisurya. Kebun terletak tepat di depan hotel dan apartemen Lippo Carita. Dari tepi jalan tak ada yang menyangka ada "gudang" durian di sana. Pintu masuk kebun memang agak menjorok ke dalam.
Begitu tiba di sana hamparan sawah langsung tertangkap mata. Sedikit menanjak muncul barisan pohon melinjo berumur puluhan tahun. Setelah berjalan 1 sampai 2 km barulah tampak deretan monthong, sitokong, sunan, dan petruk yang ditanam bertahap sejak 1993.
Darwono memilih beragam varietas I durian karena, "Saya tak mau ambil risiko menanam satu jenis saja. Ternyata nanti tidak cocok," tutur pensiunan Pertamina itu.
Durio zibethinus itu ditanam bercampur dalam blok-blok berupa bukit-bukit kecil. Meski jalanan menanjak pengunjung tak akan kelelahan lantaran ada jalan beraspal. Jalan berkelok mengitari bukit dan bercabang di beberapa blok.
Sambil mengelilingi kebun seluas 45 ha itu pengunjung boleh memilih durian yang diinginkan. Harga per buah, monthong Rp50.000; lokal, Rp 10.000 sampai Rp 12.000. Selesai bertransaksi, nikmati durian pilihan di rumah peristirahatan yang terletak di dekat pintu masuk.
Sampai sekarang Darwono mengandalkan penjualan durian di kebun "Pernah ada yang menawarkan diri jadi distributor saya tolak," tutur kontraktor alat-alat berat itu. Ia berencana mengembangkan kebun menjadi lokasi agrowisata. Kalau tak ada aral melintang 5 tahun ke depan sudah berdiri megah hote' berbintang dengan berbagai fasilitas disana.
Durian Petruk Dari gunung pati
[caption id="attachment_1280" align="aligncenter" width="395"]

Nun di Desa Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Semarang, Temu Kencono perusahaan jamu memiliki 160 pohon beragam durian lokal di lahan seluas 6 ha. Saat panen raya, Januari, pohon berumur lebih dari 20 tahun sarat buah. Yang paling favorit tentu saja petruk gunung pati. Embel-embel gunung pati lantaran tempat itu sentra durian terkenal di Jawa Tengah.
Sayangnya kebun kelihatan tak beraturan. Durian ditanam sembarang dengan jarak berjauhan. Di antara durian lokal ditanami monthong. Jenis ini baru belajar berbuah karena ditanam 4 sampai 5 tahun lalu. Sementara lahan terbuka di bawah tajuk dipenuhi tanaman obat yang menjadi usaha utama Temu Kencono.
Jika liburan tiba dan Anda berniat menghabiskannya dengan cara berbeda kunjungilah kebun milik keluarga Hadiputranto. Tak sulit menemukan kebun seluas 14 ha yang ditanami monthong, petruk, lai, dan jenis lokal lain. Jalan mulus terbentang dari pusat kota Bogor ke arah Parung hingga lokasi di Gunungsindur.
Begitu memasuki kebun tampak deretan pohon berbatang sepaha orang dewasa menjulang setinggi 6 sampai 8 m. Kebun tampak bersih dari gulma. Sebuah penginapan bergaya jepara penuh dengan ukiran dan gedung pertemuan terletak di tengah kompleks kebun.
"Pengunjung bisa datang ke sini asal berkelompok," tutur Ir B. Indratmoko S. Hadiputranto. Alasannya agar tak repot melayani. Beberapa lembaga yang menggeluti outbonding, training, dan aktivitas keagamaan sudah meneken surat perjanjian kerjasama. Toh begitu mengetahui antusiame masyarakat, "Secepatnya kebun akan dibuka untuk umum," lanjut Koko, panggilan akrab Indratmoko.
Harus Inden
Tak puas dengan perburuan ke kebun-kebun silakan mampir ke Blok Sinapeul, Desa Ujungberung, Kecamatan Rajagaluh, Majalengka. Begitu memasuki Desa Ujungberung, sekitar 4 km dari Terminal Rajagaluh, bau durian sudah mulai tercium. Sinapeul terletak 2 km selepas batas desa ke arah kiri. Di muka dusun berdiri tegak plang ucapan Selamat Datang di Blok Sinapeul. Patung durian sebesar bola basket menandakan daerah itu memang sentra king of fruit itu.
Menyusuri jalan kampung selebar 2 m tampak deretan pohon durian berbaur dengan melinjo dan nangka. Selain pohon tua yang tumbuh menjulang terdapat pohon remaja setinggi 3 sampai 4 m. Di setiap halaman rumah penduduk berderet los-los durian. Pondok Durian Sinapeul milik pasangan Hery dan Titien salah satu di antaranya.
Saat panen tiba los warisan sang kakek Mbah Uto itu dipenuhi pelanggan dari Bogor, Sumedang, Cirebon. Jakarta yang ingin memborong. Bahkan sampai ada yang inden. "Biasanya begitu durian kelihatan sudah menggantung di pohon mereka langsung pesan. Nanti kalau sudah masak bani saya telepon lagi supaya mereka datang," tutur Titien Susilawati, SH sambil menunjuk pohon perwira setinggi 30 m yang sarat buah di halaman rumah.
Di sini pula Anda bisa menikmati durian BDN, Sadang. atau Danamon yang mungkin tidak ditemui di tempat lain. "Ini sebenarnya durian lokal tapi tidak ada nama resmi. Lantaran orang-orang BDN (Bank Dagang Negara) suka dan setiap kali ke sini minta durian yang sama akhirnya dinamakan durian BDN," lanjut pemilik 300-an pohon itu.
Perwira sudah mulai bisa dinikmati sejak Oktober sedang jenis-jenis lain panen raya pada November sampai Januari. Harga semua jenis durian sama Rp20.000 sampai Rp25.000/ buah berbobot 2,5 sampai 3 kg.
Tak jauh dari pondok itu ada los milik Sana. Laki-laki berusia 53 tahun itu punya "jagoan" durian kuning mas. "Durian ini setara perwira. Pernah ikut kontes se-Jawa Barat dan mendapat penilaian bagus," tutur Sana yang sanggup menjual 100 buah/hari. Kualitas durian itu memang tak mengecewakan. Daging berwarna kuning emas tebal dan berbiji kecil. Bobot rata-rata 2 sampai 3 kg.
Deretan los lain di Sinapeul masih menanti untuk disambangi. Kebun-kebun produksi di berbagai daerah membuka pintu untuk dikunjungi. Jadi, ingin monthong atau lokal? Berburu ke kebun perorangan atau sentra durian lokal? Januari ini, silakan Anda tentukan sendiri.
Inilah "Surga" Penikmat Durian
[caption id="attachment_1281" align="alignleft" width="263"]

Lantaran cinta, Raja Nebuchadnezzar II dari Babylonia kerajaan kuno di Irak mempersembahkan Taman Gantung Babylonia untuk sang istri. Di dalamnya ia tanami beragam bunga dan tanaman hias daerah pegunungan. Harapannya taman itu jadi "surga sampai buat sang istri yang "putri gunung sampai .
Di Desa Cihideung, Cijeruk, Bogor, Soewarso Pawaka menawarkan "surga sampai bagi para mania durian. Lahan seluas 7 ha itu dipenuhi monthong, sitokong, dan durian lokal yang panen Desember sampai Januari. Agar para tamu kerasan kebun itu dilengkapi ruang pertemuan, "rumah makan sampai untuk menikmati ikan bakar segar, dan jogging track.
Masih di kota hujan, Ibrahim Ronny Kusnady menanam monthong, sitokong, matahari, sukun, dan sunan di Desa Banjarbaru, Ciawi, Puncak. Panen berlangsung pada November. Namun, durian lokal berbuah belakangan Kebun milik Mushadi di Desa Pasirangin, Cariu, Jonggol, Bogor mestinya jadi "surga sampai penggemar hepe. Sayangnya dari 700 pohon berumur 8 tahun, hingga Januari hanya 15 pohon yang berbuah. Varietas lain yang bisa dinikmati baron dan lokal Desa Pasirangin. Di sentra durian Cariu, Jonggol, itu masih ada si bokor dan si boboko.
Nun di Cikalong Kulon, Cianjur, monthong, channee, dan beberapa durian lokal di kebun Bernard Sadhani siap dipanen pada akhir Januari. Sayangnya produksi pekebun senior itu tahun ini sedikit. Beragam varietas lokal bernomor 205, 59, dan 97 yang favorit para tamu kebun Eric Wiraga di Subang juga berbuah.
Beranjak ke timur Jawa, Desa Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Semarang, menjadi sentra petruk gunung pati. Varietas itu tak kalah daripada petruk jepara. Jepara sendiri "gudangnya sampai durian jawara lomba, seperti sukarman, rusman, suri, dan sarisih. Agar mudah, cari saja di Ngabul, pasar khusus durian. Sementara di Jawa Timur, Desa Ngantang, Kecamatan Batu, Malang, sentra yang cukup kesohor. (Syah Angkasa dan Evy Syariefa)
Tak Pernah Mau Kalah
Kalau ada tanaman yang selalu ingin jadi nomor satu mungkin durianlah "oknumnya sampai . Di alam bebas Durio zibethinus itu tampil paling tinggi di antara tanaman lain. Di kebun, pohon yang ditanam di lahan miring bakal "mengejar sampai tinggi durian di lahan datar. Uniknya lagi king of fruit itu kerap "disandingkan sampai dengan manggis di sentra penanaman. Entah kebetulan atau tidak manggis pun mendapat gelar queen of fruit, pasangan king of fruit.
Olahan ala Thailand
Kriuk...kriuk...kriuk...Ehm, nikmatnya mengudap keripik satu ini. Irisan tipis berwarna cokelat muda itu terasa garing di lidah. Aroma tajam langsung tercium. Itulah salah satu olahan durian ala Thailand. Keripik dengan rasa legit itu dikemas L dalam kotak plastik transparan. Olahan x lain, durian kering dalam kemasan kaleng silinder. Atau dodol durian mirip olahan di Indonesia. Di tanah air konon sudah ada mesin keripik durian. Namun, sampai sekarang produknya belum terlihat di pasaran.***
Awas! Durian Palsu
[caption id="attachment_1282" align="aligncenter" width="384"]

Jangan tertipu penampilan buah berduri ini. Dari luar sosoknya serupa dengan durian. Namun, begitu dibelah bukan daging lembut berwarna kuning dengan aroma menggiurkan yang tampak. Neesia Synandra nama buah itu berisi rambut-rambut yang mengeluarkan gas memedihkan mata. Kerabat durian itu ditemukan di Taman Nasional Bukit & Timah, Singapura http://www.tfbc.frim.gov.my/newsletter/Neesia%20synandra-Fruit.asp. Pohon menjulang setinggi 35 m dan berdaun panjang mencapai 60 cm.***