Sarung Plastik Redam Serangan Penggerek Buah Dan Helopeltis

Pada 1945 sebuah bom "kiriman" Amerika Serikat mampu meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Jutaan manusia menjadi korban keganasan bom atom itu. Perekonomian negeri Sakura lumpuh total.

Peristiwa bersejarah itu seakan terulang pada pekebun kakao di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Pada 2002 Conopomorpha cramerella[efn_note]Fact Sheet - Cocoa Pod Borer (175). https://www.pestnet.org/fact_sheets/cocoa_pod_borer_175.htm. Accessed 26 Feb. 2021.[/efn_note] merusak ribuan hektar lahan kakao. Kerugian akibat hama penggerek buah kakao (PBK) itu mencapai ratusan juta rupiah.

Tak satu pun kebun kakao di kabupaten yang terletak 5 sampai 6 jam dari kota Makasasar itu selamat dari serangan hama PBK. Tidak tanggung-tanggung 3.000 sampai 3.500 ha kebun kakao yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Enrekang, Bungin, Cendana, Anggeraja, Curio, dan Baraka hancur. Perkebunan kakao seakan "hilang" dari bumi Enrekang.

Serangan PBK benar-benar membuat para pekebun trauma, sehingga banyak yang menebang pohon kakaonya. Padahal mayoritas mata pencaharian penduduk Kota Salak itu berasal dari kakao.

Akibatnya, produksi buah penghasil cokelat di Sulawesi Selatan merosot tajam. "Penurunan produksi kakao mencapai 60 sampai 80% lantaran PBK," kata Dr Ir H Masnama Tadjo, MS, kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan.

Serangan Hama Pengerek Yang makin Mengganas


[caption id="attachment_2316" align="aligncenter" width="440"]tanam coklat cara tanam coklat bebas dari pengerek[/caption]

Salah satu korbannya Dahlan, pekebun kakao di Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang. Pada 2002 kebun seluas 2 ha berisi 2.000 pohon sarat buah. Setiap pohon rata-rata digelayuti 40 sampai 50 buah berwarna hijau semburat kuning tanda siap panen. Pantaslah harapan menangguk untung menari-nari di pelupuk mata pria kelahiran Enrekang itu.

Namun, seminggu sebelum panen awan gelap membayangi kebunnya. Kutu putih telah meletakkan telur-telurnya di permukaan kulit. Tak ayal, kulit buah tampak putih. Selang beberapa minggu kulit buah menghitam. Saat dibelah biji kakao berwarna hitam dan melengket. "Tidak ada yang tersisa Semua habis karena PBK," kenang Dahlan[efn_note]“Pengendalian Hama Pbk Dengan Sarungisasi Buah Kakao.” Cyber Extension, http://cybex.pertanian.go.id/artikel/75476/pengendalian-hama-pbk-dengan-sarungisasi-buah-kakao/. Accessed 26 Feb. 2021. [/efn_note]. Kalaupun ada yang masih bisa dijual harganya cuma Rp6.000/kg, lebih rendah daripada harga biasanya, Rpl 1.000/kg. Menurut ayah 2 putra itu kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

Peristiwa naas yang menimpa Dahlan juga terjadi pada Ambo Tuo, Sumarni, Sono, dan pekebun kakao se-Kabupaten Enrekang. Bahkan sentra kakao lain di Sulawesi Selatan seperti Kabupaten Polewali Mamasa, Pinrang, dan Luwu tak luput dari serangan. Di Sumatera, sentra kakao seperti Medan dan Deli Serdang juga banyak yang gagal panen.

Pemerintah Luncurkan Program Sarungisasi


[caption id="attachment_2317" align="aligncenter" width="419"]sarungisasi cocoa pembungkusan buah coklat[/caption]

Cerita sedih itu hanya berlangsung setahun. Sejak 2003 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan memperkenalkan teknik sarungisasi[efn_note]Fact Sheet - Cocoa Pod Borer (175). https://www.pestnet.org/fact_sheets/cocoa_pod_borer_175.htm. Accessed 26 Feb. 2021.[/efn_note]. Disebut demikian lantaran buah kakao diselubungi plastik transparan seperti memakai sarung. Aplikasinya praktis hanya membutuhkan pipa PVC, plastik transparan, dan karet gelang.

Pipa PVC untuk memasangkan plastik,Pekebun menggunakan pipa berdiameter 10 cm sepanjang 3 sampai 4 m agar bisa menjangkau buah yang tinggi. Boleh juga diganti bambu yang seukuran pipa, sehingga buah kakao bisa masuk. "Yang penting dinding bambunya licin. Tujuannya agar plastik mudah terdorong," kata Masnama. Salah satu ujung bambu dibelah vertikal sepanjang 50 cm; lebar 2 sampai 3 cm.

Plastik harus transparan seperti plastik es batu untuk memudahkan pengamatan pertumbuhan buah dan waktu panen. Ukurannya 25 cm x 17 cm dengan kedua ujung berlubang.

Potongan-potongan plastik itu disusun rapi di bambu. Tiap plastik diikat dengan karet gelang di salah satu lubang. Beri jarak antarplastik sekitar 2 cm. Plastik bisa digunakan 2 sampai 3 kali musim tanam.

Penyarungan mesti tepat waktu. Pilihlah kakao sebesar batu baterai atau seukuran jempol orang dewasa. Biasanya ukuran itu dicapai 3 sampai 4 bulan setelah pembungaan. "Hama menyerang saat buah masih kecil," ujar Ir Idrus Hafid, staf Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan.

Bila terlalu dini, tangkai buah masih lemah dan gampang patah. Sedangkan buah terlalu besar dikhawatirkan hama telah meletakkan telur di kulit buah. Penyarungan sebaiknya dilakukan pagi hari, pukul 07.00 sampai 11.00.

Masukkan buah ke dalam pipa atau bambu hingga tangkai buah tidak terlihat. Dengan menggunakan tongkat kayu yang ujungnya dipotong setengah lingkaran, dorong plastik secara perlahan-lahan ke arah buah.

Saat plastik terlepas dari bibir pipa, secara otomatis karet gelang mencengkeram tangkai buah. Plastik pun terpasang sempurna menyarungi buah. "Mudah, murah, dan efisien," ujar Dahlan. Dengan cara itu ia mampu menyarungi 1.000 sampai 2.000 buah kakao sehari.

Efektivitas Sarungisasi mencapai 99%


Keampuhan sarungisasi terbukti [efn_note]Mandacan, Yosep. KEEFEKTIFAN PERPADUAN PENGENDALIAN KULTUR TEKNIS, SARUNGISASI, DAN BACILLUS THURINGIENSIS TERHADAP PENGGEREK BUAH KAKAO DI KABUPATEN MANOKWARI. Universitas Gadjah Mada, 2014. etd.repository.ugm.ac.id, http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/81597.[/efn_note]. Plastik yang menyelubungi buah mampu menghambat hama. Itu lantaran si kutu putih menyerang secara horizontal. Jadi, meski bagian bawah plastik terbuka, ia tetap tidak bisa masuk. Buktiknya pada 2003 Dahlan berhasil memanen kakao hingga 3 kali lipat. Umumnya panen maksimal 600 kg kering/ha.

"Saya bisa panen minimal 1 ton per ha," ucapnya. Menurut pria berpostur tinggi itu keberhasilan panen kakao sejak disarungi mencapai 99%. Kulit buah mulus dan daging buah pun putih bersih.

Tak heran bila Dahlan dan para pekebun kakao lain di Enrekang memperoleh pendapatan hingga Rpl 1-juta/ha. Pun ekspor kakao Sulawesi Selatan meningkat dari 197.598 ton pada 2003 naik menjadi 200.531 ton pada 2004.

Teknik sarungisasi sederhana dan murah. Menurut hitung-hitungan Masnama untuk menyarungi 1 ha kakao hanya membutuhkan dana Rp900.000.

Itu sudah meliputi pipa PVC, plastik, karet, dan biaya tenaga kerja. "Setelah dihitung biaya produksi hanya Rp30/ buah. Menguntungkan bukan?" ujar alumnus S2 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor itu.

Kini kekhawatiran pekebun kakao pada hama penggerek buah terkikis habis. Tak hanya di Kabupaten Enrekang, Pinrang,dan Luwu, pekebun di beberapa sentra kakao di Sumatera Utara seperti Medan dan Kabupaten Deli Serdang juga menerapkan sarungisasi.

Namun bagaimana pun budidaya kakao yang baik dan benar harus tetap dilakukan," ujar Dr Anton Apriyantono, Menteri Pertanian Indonesia, saat launching sarungisasi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Langkah Pembungkusan Buah


Proses penyarungan buah kakao

  1. Plastik diikat pada bambu dengan gelang karet

  2. Karet gelang didorong dengan pipa sampai ke tangkai buah

  3. Plastik terpasang rapi di buah kakao


[gallery link="file" size="medium" ids="2321,2320,2319"]
Lebih baru Lebih lama