Tak semua pesta membuat bahagia bagi yang merayakannya. Ada pula yang malah bikin resah. Contohnya: pesta demokrasi. Bagi pemasok sayur-mayur atau buah, pesta demokrasi alias pemilu melahirkan rasa waswas yang mendalam.
Jauh-jauh hari sebelum kampanye, mereka sudah pasang kuda-kuda. "Saya melengkapi setiap mobil distribusi dengan bendera dan atribut lima parpol besar. Ke manapun pergi, bendera itu kami bawa. Untuk jaga-jaga," kata Benny Kusumayadi, staf PT Cibodas Mandiri.
Perusahaan itu memiliki empat mobil boks untuk mendistribusikan aneka sayuran jepang. Kampanye memang baru digelar 19 Mei lalu. Nyatanya, partai politik peserta pemilu acap menyelenggarakan temu kader di berbagai kota. Apapun namanya, keduanya sama-sama mengerahkan massa yang mudah menyulut kerusuhan. Setidaknya kemacetan.
Benny tak hanya mengantisipasi kerusuhan dengan bendera parpol. "Kami juga mulai mempelajari jalan-jalan tikus di beberapa wilayah," tuturnya. Maksudnya, jalan tembus yang kecil tidak biasa dilalui.
Kiat Cibodas Mandiri agar selamat saat kampanye bisa dipahami. Apalagi, sayuran yang ia distribusikan tergolong jenis yang gampang rusak. Sebut saja seperti, baby kapri, baby kubis, buncis, horenzo, kailan, dan mitsuba. Pasokannya tidak melulu untuk pasar swalayan, hotel, rumah sakit, dan kafe di Jakarta. Perusahaan yang berlokasi di Cipanas, Cianjur, itu juga memasok ke Bali, Bandung, Surabaya, dan Ujungpandang.
[caption id="attachment_967" align="aligncenter" width="464"]
Para pedagang sayuran[/caption]
Aden Abdullatief Muchtar, pun pasang jurus selama kampanye. "Kami lebih sering berangkat malam hari, saat kampanye mulai sepi," tutur Manajer Pemasaran PD Hikmah itu.
"Sebelumnya, keluar jam berapapun tak jadi soal. Selama kampanye saya waswas," ujarnya. Kekhawatiran juga
dirasakan Suyatno dari produsen sayuran dataran tinggi, PT Tiara Alta.
Bisnis inti Hikmah mengusahakan kentang di Pangalengan, Bandung. Setiap pekan minimal 80 ton kentang produksinya didistribusikan ke beberapa kota di Indonesia. Di kalangan sopir Hikmah, juga berkembang bahasa isyarat. "Jadi sesama sopir sudah tahu gerakan isyarat kapan harus berhenti, jalan terus, belok, atau tancap gas," urai Aden kepada Trubus.
Dalam pendistribusiannya, beberapa sopir Hikmah memang berjalan beriringan. Di samping kiat-kiat itu, Aden mengatakan, "Pemantauan situasi di berbagai kota juga kami lakukan lewat televisi dan radio. Begitu terjadi kerusuhan, pengiriman kentang kami hentikan." Untungnya, kentang termasuk komoditas tahan simpan.
Pemasok sayuran atau buah ke Jakarta juga harus ekstra hati-hati. Sebab, 9 atau 10 parpol berkampanye sekaligus dalam sehari. Pertemuan massa antarparpol jelas sulit dielakkan. Satu parpol saja yang kampanye, cukup bikin deg-degan.
Produsen sayuran atau buah yang tidak mempunyai kendaraan distribusi, persoalannya bertambah. Sebab, truk yang biasa mereka sewa mungkin tak beroperasi. Yan Wahyu, produsen melon di Malang, tak terlalu merisaukan kampanye. "Toh saya bisa keluar malam," ujar pemasok melon ke beberapa kota ini. Rata-rata ia mengirimkan 5 ton melon setiap pekan ke Jakarta. Sewa truk untuk mengangkut melon sebanyak itu Rp600.000,00.
Kepala Dinas Penerangan Mabes Kepolisian RI Brigjen (Pol) Togar M Sianipar akan berupaya mengamankan jalur distribusi selama kampanye. Bahkan jalur pantura Pulau Jawa bebas dari kampanye. Walau begitu, rasa kecut tetap membayangi para pemasok. Seperti hasil jajak pendapat yang dilakukan Kompas terhadap 765 responden beberapa bulan lalu. Sebanyak 62,6% menyatakan tidak yakin pemilu bakal aman.
Jauh-jauh hari sebelum kampanye, mereka sudah pasang kuda-kuda. "Saya melengkapi setiap mobil distribusi dengan bendera dan atribut lima parpol besar. Ke manapun pergi, bendera itu kami bawa. Untuk jaga-jaga," kata Benny Kusumayadi, staf PT Cibodas Mandiri.
Perusahaan itu memiliki empat mobil boks untuk mendistribusikan aneka sayuran jepang. Kampanye memang baru digelar 19 Mei lalu. Nyatanya, partai politik peserta pemilu acap menyelenggarakan temu kader di berbagai kota. Apapun namanya, keduanya sama-sama mengerahkan massa yang mudah menyulut kerusuhan. Setidaknya kemacetan.
Benny tak hanya mengantisipasi kerusuhan dengan bendera parpol. "Kami juga mulai mempelajari jalan-jalan tikus di beberapa wilayah," tuturnya. Maksudnya, jalan tembus yang kecil tidak biasa dilalui.
Kiat Cibodas Mandiri agar selamat saat kampanye bisa dipahami. Apalagi, sayuran yang ia distribusikan tergolong jenis yang gampang rusak. Sebut saja seperti, baby kapri, baby kubis, buncis, horenzo, kailan, dan mitsuba. Pasokannya tidak melulu untuk pasar swalayan, hotel, rumah sakit, dan kafe di Jakarta. Perusahaan yang berlokasi di Cipanas, Cianjur, itu juga memasok ke Bali, Bandung, Surabaya, dan Ujungpandang.
Menunggu Gerakan isyarat
[caption id="attachment_967" align="aligncenter" width="464"]

Aden Abdullatief Muchtar, pun pasang jurus selama kampanye. "Kami lebih sering berangkat malam hari, saat kampanye mulai sepi," tutur Manajer Pemasaran PD Hikmah itu.
"Sebelumnya, keluar jam berapapun tak jadi soal. Selama kampanye saya waswas," ujarnya. Kekhawatiran juga
dirasakan Suyatno dari produsen sayuran dataran tinggi, PT Tiara Alta.
Bisnis inti Hikmah mengusahakan kentang di Pangalengan, Bandung. Setiap pekan minimal 80 ton kentang produksinya didistribusikan ke beberapa kota di Indonesia. Di kalangan sopir Hikmah, juga berkembang bahasa isyarat. "Jadi sesama sopir sudah tahu gerakan isyarat kapan harus berhenti, jalan terus, belok, atau tancap gas," urai Aden kepada Trubus.
Dalam pendistribusiannya, beberapa sopir Hikmah memang berjalan beriringan. Di samping kiat-kiat itu, Aden mengatakan, "Pemantauan situasi di berbagai kota juga kami lakukan lewat televisi dan radio. Begitu terjadi kerusuhan, pengiriman kentang kami hentikan." Untungnya, kentang termasuk komoditas tahan simpan.
Pemasok sayuran atau buah ke Jakarta juga harus ekstra hati-hati. Sebab, 9 atau 10 parpol berkampanye sekaligus dalam sehari. Pertemuan massa antarparpol jelas sulit dielakkan. Satu parpol saja yang kampanye, cukup bikin deg-degan.
Alur distribusi
Produsen sayuran atau buah yang tidak mempunyai kendaraan distribusi, persoalannya bertambah. Sebab, truk yang biasa mereka sewa mungkin tak beroperasi. Yan Wahyu, produsen melon di Malang, tak terlalu merisaukan kampanye. "Toh saya bisa keluar malam," ujar pemasok melon ke beberapa kota ini. Rata-rata ia mengirimkan 5 ton melon setiap pekan ke Jakarta. Sewa truk untuk mengangkut melon sebanyak itu Rp600.000,00.
Kepala Dinas Penerangan Mabes Kepolisian RI Brigjen (Pol) Togar M Sianipar akan berupaya mengamankan jalur distribusi selama kampanye. Bahkan jalur pantura Pulau Jawa bebas dari kampanye. Walau begitu, rasa kecut tetap membayangi para pemasok. Seperti hasil jajak pendapat yang dilakukan Kompas terhadap 765 responden beberapa bulan lalu. Sebanyak 62,6% menyatakan tidak yakin pemilu bakal aman.