Durian salah satu buah andalan Malaysia meraup devisa. Buah segar dan berbagai olahan mengisi pasar lokal dan mancanegara.
Itu sebabnya Malaysian Agricultural Research and Development Institute (MARDI) intens menggarap Durio zibethinus. Semua periset di lembaga itu disarikan dalam tulisan berikut ini.
Saat ini areal penanaman durian menempati rangking satu di Malaysia. Hampir di seluruh semenanjung ditemukan kebun-kebun durian, baik berskala kecil atau komersial.
Sentra penanaman terbesar di Penang mencapai 100.000 ha, Johor 40.000, Kelantan 20.000, Perak dan Pahang masing-masing 10.000 ha.
Varietas yang ditanam didominasi D24, MDur 78, MDur 79, dan D99. Mereka memiliki keunggulan pada citarasa, produktivitas, dan harga. Namun, setiap daerah memiliki durian khas masing-masing. Penang misalnya terkenal dengan udang merah.
Era 1980-an cikal-bakal penanaman durian secara komersial. Pada waktu itu pekebun dianjurkan menanam lantaran peluang pasar ekspor ke Singapura terbentang. Wajar bila kemudian durian mendominasi ekspor buah segar Malaysia. Total ekspor pada 1992 mencapai 26.786 ton per bulan, lebih dari 90% masuk ke Singapura. Sayang, kini pengiriman ke negara berlambang singa itu menurun, hanya 15.000 ton/bulan.
[caption id="attachment_3413" align="aligncenter" width="1499"]
para peneliti MARDI[/caption]
Penurunan ekspor itu bukan disebabkan mutu merosot. Pasalnya, Singapura memberlakukan kebijakan larangan mengekspor durian dengan mobil. Biasanya pekebun mengirim durian segar ke Singapura menggunakan mobil melalui Johor. Aroma khas durian yang menusuk hidung ditenggarai penyebab munculnya kebijakan itu. Selain itu importir di sana tidak lagi menghendaki pengiriman dalam bentuk bulat utuh.
Itu jelas merepotkan pekebun. Toh, mereka tak khawatir karena buah tetap ludes di pasar lokal. Hobiis durian Malaysia memang fanatik dengan durian lokal. Padahal durian dari Siam juga ada meski tak banyak. Namun, selama durian lokal masih dijajakan di lapak, durian bangkok tidak laku.
Setelah sukses menelurkan varietas-varietas unggul bercitarasa lezat. Kini MARDI intens menggarap durian tahan penyakit kanker batang. Penyakit itu jadi musuh nomor satu bagi pekebun. Serangan mengganas, mengakibatkan gagal panen. Berbagai klon durian disilangkan untuk mendapatkan klon kebal phytophtora itu.
Sayangnya hingga kini varietas itu belum bisa dimanfaatkan karena masih dalam tahap penelitian di lapang. Untuk merilis suatu varietas memang tak mudah. Persyaratannya sangat ketat. Itu sebabnya bibit durian tidak dijual bebas, harus melalui MARDI.
Selama menunggu klon baru tersebut dirilis pekebun disarankan menggunakan durian hutan sebagai batang bawah. Durian itu lebih tahan serangan bakteri Fusarium oxysporum, penyebab phytophtora. MARDI telah memproduksi bibit itu secara masai. Harganya Rp23.000 untuk bibit seukuran 80 cm; lazimnya Rp 11.500.
Kendala lain yang dihadapi pekebun adalah pemasaran saat panen raya. Beberapa negeri panen serempak sehingga buah melimpah. Akibatnya harga anjlok dan banyak buah terbuang tak termanfaatkan. Untuk mengantisipasi anjloknya harga, pekebun disarankan untuk menanam minimal 4 varietas dalam 1 lahan.
Formula yang dianjurkan 30% D99, 50% D24, dan sisanya sesuai selera pekebun. Klon D99 bertugas sebagai pemberi benangsari terbaik. Sedang D24 memiliki harga jual tinggi dan adaptif di berbagai lokasi.
Dengan kombinasi varietas itu volume panen bisa diatur dan berlangsung sepanjang tahun. D99 biasanya dipetik pada awal Juni, bulan berikutnya D24. Klon hibrida asal Thailand, seperti D159 alias monthong atau D123 alias chanee panen setelah itu. Cara itu banyak dipakai pekebun di Cameron Highland dan Balik Pulau, Pahang.
Alternatif lain dengan membuat beragam pangan olahan dari durian. Antara lain tepung, permen, roti, atau dodol. Untuk itu MARDI merangkul beberapa pengusaha industri kecil. Ternyata aneka produk olahan itu digemari konsumen dalam negeri dan ekspor. Industri pengolahan pun berkembang pesat.
Tak berhenti di situ. MARDI dengan segudang inovasi merancang berbagai alat untuk mempermudah proses pengolahan. Misal alat untuk mencetak dan memasak lempo yang terbuat dari alumunium. Dengan alat itu produksi bisa lebih cepat dan praktis. Biasanya mereka mengandalkan bambu sebagai cetakan dan tungku untuk memanggang.
Setelah itu MARDI melalui Federal Agricultural Marketing Authority (FAMA) turut andil memasarkan. Mereka bermitra langsung dengan pekebun. Hasil panen disetorkan ke FAMA. Dari situ baru disebarluaskan ke pasar borong (pasar induk di Indonesia-red), pasar swalayan, atau pasar malam. FAMA juga mengatur jadwal dan lokasi diselenggarakannya pasar malam. Itu sebabnya hampir tiap malam di sudut Kualalumpur di gelar pasar malam.
Itu sebabnya Malaysian Agricultural Research and Development Institute (MARDI) intens menggarap Durio zibethinus. Semua periset di lembaga itu disarikan dalam tulisan berikut ini.
Saat ini areal penanaman durian menempati rangking satu di Malaysia. Hampir di seluruh semenanjung ditemukan kebun-kebun durian, baik berskala kecil atau komersial.
Sentra penanaman terbesar di Penang mencapai 100.000 ha, Johor 40.000, Kelantan 20.000, Perak dan Pahang masing-masing 10.000 ha.
Varietas yang ditanam didominasi D24, MDur 78, MDur 79, dan D99. Mereka memiliki keunggulan pada citarasa, produktivitas, dan harga. Namun, setiap daerah memiliki durian khas masing-masing. Penang misalnya terkenal dengan udang merah.
Era 1980-an cikal-bakal penanaman durian secara komersial. Pada waktu itu pekebun dianjurkan menanam lantaran peluang pasar ekspor ke Singapura terbentang. Wajar bila kemudian durian mendominasi ekspor buah segar Malaysia. Total ekspor pada 1992 mencapai 26.786 ton per bulan, lebih dari 90% masuk ke Singapura. Sayang, kini pengiriman ke negara berlambang singa itu menurun, hanya 15.000 ton/bulan.
Varietas Durian tahan phytophtora
[caption id="attachment_3413" align="aligncenter" width="1499"]

Penurunan ekspor itu bukan disebabkan mutu merosot. Pasalnya, Singapura memberlakukan kebijakan larangan mengekspor durian dengan mobil. Biasanya pekebun mengirim durian segar ke Singapura menggunakan mobil melalui Johor. Aroma khas durian yang menusuk hidung ditenggarai penyebab munculnya kebijakan itu. Selain itu importir di sana tidak lagi menghendaki pengiriman dalam bentuk bulat utuh.
Itu jelas merepotkan pekebun. Toh, mereka tak khawatir karena buah tetap ludes di pasar lokal. Hobiis durian Malaysia memang fanatik dengan durian lokal. Padahal durian dari Siam juga ada meski tak banyak. Namun, selama durian lokal masih dijajakan di lapak, durian bangkok tidak laku.
Setelah sukses menelurkan varietas-varietas unggul bercitarasa lezat. Kini MARDI intens menggarap durian tahan penyakit kanker batang. Penyakit itu jadi musuh nomor satu bagi pekebun. Serangan mengganas, mengakibatkan gagal panen. Berbagai klon durian disilangkan untuk mendapatkan klon kebal phytophtora itu.
Sayangnya hingga kini varietas itu belum bisa dimanfaatkan karena masih dalam tahap penelitian di lapang. Untuk merilis suatu varietas memang tak mudah. Persyaratannya sangat ketat. Itu sebabnya bibit durian tidak dijual bebas, harus melalui MARDI.
Selama menunggu klon baru tersebut dirilis pekebun disarankan menggunakan durian hutan sebagai batang bawah. Durian itu lebih tahan serangan bakteri Fusarium oxysporum, penyebab phytophtora. MARDI telah memproduksi bibit itu secara masai. Harganya Rp23.000 untuk bibit seukuran 80 cm; lazimnya Rp 11.500.
Atur panen
Kendala lain yang dihadapi pekebun adalah pemasaran saat panen raya. Beberapa negeri panen serempak sehingga buah melimpah. Akibatnya harga anjlok dan banyak buah terbuang tak termanfaatkan. Untuk mengantisipasi anjloknya harga, pekebun disarankan untuk menanam minimal 4 varietas dalam 1 lahan.
Formula yang dianjurkan 30% D99, 50% D24, dan sisanya sesuai selera pekebun. Klon D99 bertugas sebagai pemberi benangsari terbaik. Sedang D24 memiliki harga jual tinggi dan adaptif di berbagai lokasi.
Dengan kombinasi varietas itu volume panen bisa diatur dan berlangsung sepanjang tahun. D99 biasanya dipetik pada awal Juni, bulan berikutnya D24. Klon hibrida asal Thailand, seperti D159 alias monthong atau D123 alias chanee panen setelah itu. Cara itu banyak dipakai pekebun di Cameron Highland dan Balik Pulau, Pahang.
Alternatif lain dengan membuat beragam pangan olahan dari durian. Antara lain tepung, permen, roti, atau dodol. Untuk itu MARDI merangkul beberapa pengusaha industri kecil. Ternyata aneka produk olahan itu digemari konsumen dalam negeri dan ekspor. Industri pengolahan pun berkembang pesat.
Tak berhenti di situ. MARDI dengan segudang inovasi merancang berbagai alat untuk mempermudah proses pengolahan. Misal alat untuk mencetak dan memasak lempo yang terbuat dari alumunium. Dengan alat itu produksi bisa lebih cepat dan praktis. Biasanya mereka mengandalkan bambu sebagai cetakan dan tungku untuk memanggang.
Setelah itu MARDI melalui Federal Agricultural Marketing Authority (FAMA) turut andil memasarkan. Mereka bermitra langsung dengan pekebun. Hasil panen disetorkan ke FAMA. Dari situ baru disebarluaskan ke pasar borong (pasar induk di Indonesia-red), pasar swalayan, atau pasar malam. FAMA juga mengatur jadwal dan lokasi diselenggarakannya pasar malam. Itu sebabnya hampir tiap malam di sudut Kualalumpur di gelar pasar malam.