Ya, memanen sayuran di ruang tamu sembari menonton tayangan televisi bukan lagi impian. Kini terdapat 3 pilihan hidroponik portable atau yang dapat/Ujinjing. Lantaran ringan dan bentuk sederhana hidroponik itu layak menghias ruang tamu. Meski secara periodik harus dikeluarkan.
Hidroponik memang cukup, menguras kantung. Maklum, untuk membuat greenhouse dari bambu membutuhkan dana Rp50.000/m2. Jika memperhitungkan pengadaan irigasi tetes, Rp75.000/m2. Padahal luas greenhouse yang dibutuhkan minimal 4.000 m2 agar perputaran modal cepat. Bagi yang bermodal cekak dapat pula berhidroponik. Sebab kini terdapat hidroponik portable yang dapat dijinjing. Harganya cuma Rp60.000 per buah.
Prinsip kerja mirip teknik nutrientfilm techniques. Namun, bentuk dirancang lebih sederhana dan anggun. Ia pantas menghiasi meja ruang tamu. Kualitas sayuran yang dihasilkan juga tidak kalah dibanding sistem hidroponik mengalir. Syaratnya rajin dijemur, minimal 5 jam sehari untuk mencegah tanaman kurus. Alat ini bisa bertahan 4 sampai 5 tahun. Bahan yang digunakan mudah dijumpai seperti wadah minum ayam, corong air, dan styrofoam.
[caption id="attachment_4603" align="aligncenter" width="544"]
Wadah minum ayam untuk hidroponik[/caption]
Sebuah ide dapat muncul saat berkunjung ke peternakan ayam. Mata Sudibyo Karsono tertumbuk pada wadah minum unggas itu yang terdiri atas tatakan dan tabung. Timbul gagasan mengggunakan wadah itu sebagai penampung air dan nutrisi hidroponik. Setelah diutak-atik selama 4 bulan, pemilik Parung Farm itu berhasil menciptakan hidroponik dengan wadah minum ayam. Agar permanen tatakan dan tabung disemen.
Bagian atas dipasang pipa untuk mengisi nutrisi. Demikian juga bagian bawah untuk mendistribusikan ke tanaman. Pipa dilengkapi keran untuk mengatur kecepatan nutrisi. Pipa di bawah sepanjang 30 cm disambung dengan paralon cabang seperti huruf T. Di ujung pipa paralon Sudibyo memasang masing-masing sebuah pot berdiameter 10 cm. Tempat minum ayam dapat menampung 6 liter air. Berarti hanya cukup mengairi 3 tanaman selada sejak benih hingga panen, umur 1 bulan.
Jumlah pot bisa lebih banyak asal harus rajin menambahkan nutrisi. Penambahan pot dengan membentuk cabang T lagi pada pipa di sayap kiri dan kanan. Hindari menyambung di pipa utama karena tanaman di sambungan itu pertumbuhannya tidak maksimal. Itu akibat hanya mendapat sisa nutrisi.
Tempat minum dicat hitam untuk memperkecil risiko tumbuhnya lumut. Selesai masa tanam peralatan dibersihkan dengan sistem klorinisasi sehingga kotoran yang menyumbat pipa larut. Keunggulan sistem ini pH dan electro conductivity (EC) stabil. Lantaran bak pampungan air tertutup dan tidak bersentuhan langsung dengan tanaman. Selain itu model ini cocok untuk semua jenis tanaman, tinggal menyesuaikan kebutuhan air, pH, dan EC. Harga satu paket cuma Rp60.000 dan dapat dipakai lebih dari 5 tahun.
[caption id="attachment_4606" align="aligncenter" width="1511"]
Paling mahal, tapi sederhana[/caption]
Hidroponik portable styrofoam ini adopsi dari bentuk serupa di Singapura. Sosoknya lebih sederhana, terdiri dari bak berukuran 30 cm x 15 cm x 60 cm. Di atas bak terdapat papan styrofoam yang dapat dibuka-tutup. Di papan itu pula terdapat 6 lubang tanam.
Lubang untuk mengisi nutrisi dan pelampung kecil untuk mengontrol volume nutrisi melengkapi papan penutup.
Kapasitas bak 6 liter air. Padahal 6 tanaman hingga panen membutuhkan 12 liter air. Hobiis harus menambahkan nutrisi jika pelampung tenggelam.
Penambahan air dan nutrisi cukup 2 liter. Model ini tidak membutuhkan media, jadi benih langsung diletakkan di lubang tanam berongga. Agar tidak pengap, bak rajin digerakkan sehingga oksigen terlarut kian tinggi.
“Sayangnya hanya kangkung dan bayam yang cocok menggunakan alat ini. Lantaran kedua tanaman itu bandel, walau kurang air bisa tumbuh,” ujar Sudibyo. Selain itu pH dan EC tidak stabil, harus dicek setiap hari. Alat ini tahan hingga 3 tahun. Harganya Rp200.000 per bak.
Jenis hidroponik portable lain berupa corong air yang disangga paralon setinggi 120 cm. Prinsipnya mirip sistem ebb and flow, yang dilengkapi aerator. Ia berfungsi seperti paru-paru, mengeluarkan udara kotor dan memasukkan yang bersih. Dengan sistem ini tanaman lebih sehat dan umur panen lebih cepat 1 minggu. Aerator akuarium bisa digunakan, tapi hanya tahan 2 bulan. Sebab aerator harus dinyalakan selama 24 jam.
Corong berdiameter 20 cm digunakan sebagai wadah penampung air dan nutrisi. Daya tampungnya 4 liter. Di atas permukaan corong ditutup styrofoam. Di situlah terdapat lubang tanam. Jarak antarlubang 5 cm, agar tanaman tidak beradu dan sirkulasi udara baik. Daya tampung terbatas, maksimal 5 tanaman dengan risiko jumlah air harus rajin ditambah. Model ini lebih pas untuk pembibitan, setiap lubang dapat diisi dan tidak perlu menambah air.
Alat ini hanya dapat dapat ditanami sayuran daun, seperti sawi atau selada. Selain itu pH dan EC tidak stabil. Di antara model lain, harga hidroponik corong air ini paling murah, kurang dari Rp50.000/set. Perawatan alat mudah dan awet, bisa digunakan lebih dari 5 tahun.
Hidroponik memang cukup, menguras kantung. Maklum, untuk membuat greenhouse dari bambu membutuhkan dana Rp50.000/m2. Jika memperhitungkan pengadaan irigasi tetes, Rp75.000/m2. Padahal luas greenhouse yang dibutuhkan minimal 4.000 m2 agar perputaran modal cepat. Bagi yang bermodal cekak dapat pula berhidroponik. Sebab kini terdapat hidroponik portable yang dapat dijinjing. Harganya cuma Rp60.000 per buah.
Prinsip kerja mirip teknik nutrientfilm techniques. Namun, bentuk dirancang lebih sederhana dan anggun. Ia pantas menghiasi meja ruang tamu. Kualitas sayuran yang dihasilkan juga tidak kalah dibanding sistem hidroponik mengalir. Syaratnya rajin dijemur, minimal 5 jam sehari untuk mencegah tanaman kurus. Alat ini bisa bertahan 4 sampai 5 tahun. Bahan yang digunakan mudah dijumpai seperti wadah minum ayam, corong air, dan styrofoam.
Wadah minum ayam
[caption id="attachment_4603" align="aligncenter" width="544"]

Sebuah ide dapat muncul saat berkunjung ke peternakan ayam. Mata Sudibyo Karsono tertumbuk pada wadah minum unggas itu yang terdiri atas tatakan dan tabung. Timbul gagasan mengggunakan wadah itu sebagai penampung air dan nutrisi hidroponik. Setelah diutak-atik selama 4 bulan, pemilik Parung Farm itu berhasil menciptakan hidroponik dengan wadah minum ayam. Agar permanen tatakan dan tabung disemen.
Bagian atas dipasang pipa untuk mengisi nutrisi. Demikian juga bagian bawah untuk mendistribusikan ke tanaman. Pipa dilengkapi keran untuk mengatur kecepatan nutrisi. Pipa di bawah sepanjang 30 cm disambung dengan paralon cabang seperti huruf T. Di ujung pipa paralon Sudibyo memasang masing-masing sebuah pot berdiameter 10 cm. Tempat minum ayam dapat menampung 6 liter air. Berarti hanya cukup mengairi 3 tanaman selada sejak benih hingga panen, umur 1 bulan.
Jumlah pot bisa lebih banyak asal harus rajin menambahkan nutrisi. Penambahan pot dengan membentuk cabang T lagi pada pipa di sayap kiri dan kanan. Hindari menyambung di pipa utama karena tanaman di sambungan itu pertumbuhannya tidak maksimal. Itu akibat hanya mendapat sisa nutrisi.
Tempat minum dicat hitam untuk memperkecil risiko tumbuhnya lumut. Selesai masa tanam peralatan dibersihkan dengan sistem klorinisasi sehingga kotoran yang menyumbat pipa larut. Keunggulan sistem ini pH dan electro conductivity (EC) stabil. Lantaran bak pampungan air tertutup dan tidak bersentuhan langsung dengan tanaman. Selain itu model ini cocok untuk semua jenis tanaman, tinggal menyesuaikan kebutuhan air, pH, dan EC. Harga satu paket cuma Rp60.000 dan dapat dipakai lebih dari 5 tahun.
Styrofoam
[caption id="attachment_4606" align="aligncenter" width="1511"]

Hidroponik portable styrofoam ini adopsi dari bentuk serupa di Singapura. Sosoknya lebih sederhana, terdiri dari bak berukuran 30 cm x 15 cm x 60 cm. Di atas bak terdapat papan styrofoam yang dapat dibuka-tutup. Di papan itu pula terdapat 6 lubang tanam.
Lubang untuk mengisi nutrisi dan pelampung kecil untuk mengontrol volume nutrisi melengkapi papan penutup.
Kapasitas bak 6 liter air. Padahal 6 tanaman hingga panen membutuhkan 12 liter air. Hobiis harus menambahkan nutrisi jika pelampung tenggelam.
Penambahan air dan nutrisi cukup 2 liter. Model ini tidak membutuhkan media, jadi benih langsung diletakkan di lubang tanam berongga. Agar tidak pengap, bak rajin digerakkan sehingga oksigen terlarut kian tinggi.
“Sayangnya hanya kangkung dan bayam yang cocok menggunakan alat ini. Lantaran kedua tanaman itu bandel, walau kurang air bisa tumbuh,” ujar Sudibyo. Selain itu pH dan EC tidak stabil, harus dicek setiap hari. Alat ini tahan hingga 3 tahun. Harganya Rp200.000 per bak.
Corong air
Jenis hidroponik portable lain berupa corong air yang disangga paralon setinggi 120 cm. Prinsipnya mirip sistem ebb and flow, yang dilengkapi aerator. Ia berfungsi seperti paru-paru, mengeluarkan udara kotor dan memasukkan yang bersih. Dengan sistem ini tanaman lebih sehat dan umur panen lebih cepat 1 minggu. Aerator akuarium bisa digunakan, tapi hanya tahan 2 bulan. Sebab aerator harus dinyalakan selama 24 jam.
Corong berdiameter 20 cm digunakan sebagai wadah penampung air dan nutrisi. Daya tampungnya 4 liter. Di atas permukaan corong ditutup styrofoam. Di situlah terdapat lubang tanam. Jarak antarlubang 5 cm, agar tanaman tidak beradu dan sirkulasi udara baik. Daya tampung terbatas, maksimal 5 tanaman dengan risiko jumlah air harus rajin ditambah. Model ini lebih pas untuk pembibitan, setiap lubang dapat diisi dan tidak perlu menambah air.
Alat ini hanya dapat dapat ditanami sayuran daun, seperti sawi atau selada. Selain itu pH dan EC tidak stabil. Di antara model lain, harga hidroponik corong air ini paling murah, kurang dari Rp50.000/set. Perawatan alat mudah dan awet, bisa digunakan lebih dari 5 tahun.