Kecamatan di selatan Jember itu juga menyimpan komoditas unggulan lain, keprok semboro.
Seorang rekan penangkar tabulampot di Cibinong, Bogor, pernah berkata “Cobalah datang ke Semboro, Jember. Di sana jeruk keproknya manis.” Selama ini untuk urusan keprok, nama garut, batu, dan tawangmangu lebih dikenal.
Karena penasaran, daerah berpenduduk 43.882 jiwa itu akhirnya Trubus sambangi. Terbukti ucapan rekan itu benar adanya. Belum sempat kaki menapak di sana, terlihat jejeran lapak dan mobil bak terbuka menjajakan keprok semboro. Panorama itu juga ditemukan di kota Jember dan Situbondo. Maklum, Agustus sampai Desember merupakan panen raya keprok semboro.
“Manis-manis Pak, ini asli Semboro, cuma Rp5.000 sekilo,” ucap Partono, penjual jeruk. Sosok buah bulat sebesar kepalan tangan dewasa. Kulit kuning kehijauan bertekstur kasar dan berpori. Saat kulit sedikit tebal itu dibelah terlihat daging kuning berserat halus.
Cocok Dibudidayakan di Tanah lempung
[caption id="attachment_3585" align="aligncenter" width="712"]

Semboro terletak 35 km di selatan Jember. Kecamatan seluas 36,55 km2 itu semula lebih kondang sebagai sentra salak. Jeruk baru masuk pada 1993. “Saat itu yang membawa bibit orang dari Desa Semboro Salakan,” ucap Sukiyam, pekebun di Desa Sidomekar.
Saat diketahui buahnya manis, berbondong-bondong beberapa pekebun ikut menanam. Wajar bila kemudian kebun jeruk semboro terus meluas ke desa-desa lain seperti Paleran, Umbulsari, Rejoagung, Sukoreno, dan Wonoroto.
Menurut Sukiyam, bibit serupa yang ditanam di luar Kecamatan Semboro rasanya tidak manis. Meski tidak diketahui penyebabnya, suami Rosidah itu menduga tanah lempung di Semboro rahasianya.
“Cara tanam, memberi pupuk, dan memangkas sama saja dengan yang di luar Semboro,” ucap ayah 2 putra itu.
Dari pengamatan Trubus rata-rata luas kebun keprok di Semboro bervariasi antara 1/4 sampai 1 ha. Yang utama tetap palawija. Meski demikian para pengepul di Jember dan Banyuwangi maklum akan keunggulan keprok semboro. Itu sebabnya mereka berani menebas dengan harga tinggi. Untuk lahan 1/4 ha dengan populasi 150 pohon berumur rata-rata 3 tahun ditebas Rpl2-juta per 5 bulan. Volume panen per pohon rata-rata 1/4 sampai 1/2 kuintal.
Produksi rata rata 1 kuintal
[caption id="attachment_3586" align="aligncenter" width="737"]

Pekebun membudidayakan keprok semboro secara intensif. Di lahan dibuat guludan 4 m x 3 m. Populasi tanaman tergantung dari luas kebun. Untuk 1 ha kepadatan mencapai 640 pohon. Yang ditanam bibit okulasi dengan tinggi sekitar 30 cm.
Perawatan sama seperti jeruk lain. Pemberian pupuk, sejak pertama tanam sampai 15 hari cukup dengan campuran ZA dan Urea. Dosis masing-masing 1 ons dilarutkan dalam 101 air. Menginjak umur 5 bulan, dosis ditambah. Pemupukan berupa campuran 1/4 kg TSP, ZA, dan Urea setiap 20 hari sekali. Jumlah itu meningkat terus seiring bertambahnya umur pohon.
Pohon belajar berbuah setelah berumur 2 tahun. Volume panen perdana cuma 2 kg. Volume melonjak saat tanaman berumur 3 tahun, minimal total 1/2 kuintal bisa dipanen dari satu pohon. Puncaknya terjadi saat umur 5 tahun. Dalam 1 periode masa panen sekitar 5 bulan dituai 1 kuintal buah per tanaman. Setelah itu produktivitas anggota keluarga Rutaceae berangsur menurun. Menginjak umur 7 tahun tanaman harus diregenerasi.