Jika bukan memakai senjata biologi pestisida nabati para pekerja itu pasti teracuni. Meski efektivitas tak sedahysat pestisida kimiawi, tapi ia mampu menyingkirkan hama. Pekerja tetap sehat wal'afiat dan biaya produksi terpangkas.
Menurut Acep Gunawan, pestisida nabati itu dipakai setelah ia dinyatakan mengidap bronkhitis akut. Vonis dokter itu diterima pada 1991 sekembalinya mengikuti pelatihan pertanian selama 1,5 tahun di Shikoku, Jepang. “Paru-paru rasanya mau rontok. Ini akibat sering bekerja di dalam rumah kaca setelah pestisida sintetis baru disemprot,” tutur suami Shirley Gunawan itu.
Enggan terperosok di lubang serupa, sejak Juli 2020, 33 greenhouse di Cimahi Utara, Kabupaten Bandung, rutin disemprot pestisida nabati 2 kali seminggu. Bahan utama pestisida diambil dari daun beragam tanaman. Ada cengkih, sirih, bebadotan, dan jarak. Kacang babi, kencur, dan bawang putih hanya sesekali dipakai.
Kandungan eugenol Alami
[caption id="attachment_3142" align="aligncenter" width="452"]

Seluruh bahan itu ditumbuk dan diambil ekstraknya. Masing-masing ekstrak lalu ditaruh di botol terpisah. Pencampuran dilakukan menjelang penyemprotan. Untuk knapsac kapasitas 20 1 dibutuhkan ekstrak dari masing-masing segenggam daun cengkih, sirih, bebadotan, dan jarak. Senjata itu terbukti ampuh mengusir cendawan, kutu kebul, dan thrips yang menyatroni greenhouse.
Hama-hama terusir karena eugenol yang dikandung oleh ke-4 tanaman itu. Dari beberapa penelitian diketahui eugenol bersifat antibiotik dan toksik pada beberapa cendawan patogenik seperti Fusarium oxysporum, Phytophthora capsici, Rhizoctonia solani, dan Scelotium rofsii [efn_note]Fernandes, Maria José G., et al. “New Eugenol Derivatives with Enhanced Insecticidal Activity.” International Journal of Molecular Sciences, vol. 21, no. 23, Dec. 2020. PubMed Central, doi:10.3390/ijms21239257.[/efn_note].
Kembali ke alam
[caption id="attachment_3143" align="alignleft" width="195"]

Secara tradisional pestisida nabati sudah dipakai sejak lama. “Dulu pekebun memakai ekstrak tembakau untuk memberantas hama,” kata Ir Agus Kardinan MSc, peneliti Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Sayang, sejak produk kimiawi beredar luas, cara itu disingkirkan.
Banyak pekebun terpincut kecepatan, ketepatan, dan efektivitas dari pestisida kimiawi. Namun, kini disadari jika produk itu tidak ramah lingkungan.
Semangat kembali ke alam pun kini merasuk. Berlomba-lomba penelitian membuktikan tumbuhan pun manjur membikin hama kebat-kebit. Dian, pemenang Lomba Penelitian Ilmiah Remaja 2002 menguak jika getah biduri Calotropis gigantea manjur meluluhlantakkan kitin di kulit serangga. “Idenya dari kebiasaan orang Jawa yang suka mengoleskan getah biduri kalau mau mencabut gigi,” ucap siswi SMUN 1 Yogyakarta itu.
Menurut siswi yang bercita-cita menjadi dokter itu, bahan kulit serangga mirip gigi, sama-sama berkitin. Dosis yang dipakai memang beragam. Semakin tinggi dosis dadak widuri itu, kian cepat proses kematian hama. Untuk pengunaan 50 g getah dicampur 1 1 air, bisa membunuh serangga dalam 1 jam. Sayang, jenis zat penghancur itu belum diketahui.
Kandungan bahan aktif
Beberapa bahan aktif di jaringan tumbuhan seperti daun, bunga, buah, kulit, dan kayu memang memiliki sifat berbeda terhadap hama. Semua itu didasarkan pada fungsi. Sebagai pembunuh digunakan piretrum Chrysantemum cinerariaefolium, tuba Derris elliptica, mimba Azadirachta indica, dan srikaya Annona squamosa.
Untuk penangkal (pest reppelant) dapat digunakan gadung Dioscorea composite. Jika sekadar menjebak hama (attractant), melaleuka Meulaleuka bracteata dan selasih Oncimum ballicum bisa dipakai.
Tanaman-tanaman itu dipilih lantaran memiliki kemampuan minimal 50% seperti kimiawi. “Jika kurang dari itu merepotkan pemakainya karena perlu bahan banyak,” ucap Agus Kardinan. Piretrum, misalnya, dipilih karena mengandung piretrin.
Ekstrak krisan putih itu pada dosis kurang dari 5 ml/1 bisa membuat susunan syaraf serangga berantakan ketika disemprotkan. Kurang dari 2 jam, serangga lumpuh lalu mati.
Pemakaiannya pun mudah, cukup menaruh ekstrak 10 sampai 15 ml/1 di botol bekas air kemasan lalu digantung
Pemakaian pestisida nabati sejauh ini aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Residu pestisida nabati cepat terurai. Itu berbeda dibanding residu kimiawi yang bertahan hingga seminggu lebih. Keuntungan itu sekaligus kelemahan pestisida nabati. Karena cepat terurai penyemprotan pun perlu sering-sering dilakukan.