Algojo Penggerek Bonggol Pisang

Beauveria bassiana efektif membunuh serangga patogen, di antaranya hama penggerek bonggol pisang C. sordidus. Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Solok membuktikan, cendawan entomopatogen itu mampu mematikan 95% serangga uji. Bagaimana mendapatkannya?

Cendawan Beauveria bassiana Banyak digunakan sebagai pengganti pestisida untuk mengendalikan serangga hama. Di luar negeri penggunaan B. Namun, tingkat keberhasilannya masih belum konsisten. Beberapa faktor penyebab ialah viabilitas, virulensi, kondisi lingkungan, dan faktor formulasi.

Viabilitas dan virulensi B. bassiana yang disubkultur berulang-ulang pada medium buatan cepat menurun. Daya patogenisitas serangga terinfeksi di lapangan sebagai sumber inokulum juga rendah. Oleh karena itu perlu cara mudah untuk mendapatkan B. bassiana berdaya patogenisitas tinggi.

Ada di tanah


Cendawan B. bassiana dapat diperoleh dari tanah terutama di lapisan top soil pada ketebalan 5—15 cm. Pada horizon tanah itu diperkirakan banyak terdapat inokulum B. bassiana. Teknik pengambilan menggunakan metoda umpan serangga (insect bait method). Serangga umpan dipakai larva Tenebrio molitor [efn_note]Lee, Se Jin, et al. “Management of Entomopathogenic Fungi in Cultures of Tenebrio Molitor (Coleoptera: Tenebrionidae).” Entomological Research, vol. 44, no. 6, 2014, pp. 236–43. Wiley Online Library, doi:https://doi.org/10.1111/1748-5967.12068.[/efn_note].

Isolat cendawan diambil dari tanah di sekitar pertanaman pisang. Pengambilan isolat dilakukan secara acak kedalaman 5-10 cm. Volume tanah diambil sebanyak 4 x 500 g. Masukkan setiap sampel ke dalam kantung plastik lalu diberi label berisi informasi lokasi dan tanggal pengambilan. Ayak tanah dengan ayakan berukuran 600 mesh lalu masukkan ke dalam kotak plastik berukuran 13 cm x 13 cm x 10 cm. Setiap kotak diisi tanah ayakan 400 g.

Masukkan larva Tenebrio molitor stadia instar 3 [efn_note]Vigneron, Aurélien, et al. “Immune Defenses of a Beneficial Pest: The Mealworm Beetle, Tenebrio Molitor.” Frontiers in Physiology, vol. 10, 2019. Frontiers, doi:10.3389/fphys.2019.00138.[/efn_note] yang baru berganti kulit (kulit masih berwarna putih) ke dalam kotak. Masing-masing kotak diisi 10 ekor larva. Tutup larva dengan selapis tipis tanah, lalu semprot dengan akuades.

Tutup kotak dengan potongan kain puring hitam berukuran 25 cm x 25 cm. Kain penutup juga harus dalam kondisi lembap. Amati kotak setiap hari. Biasanya dalam 3 hari larva mulai terserang cendawan B. bassiana. Segera setelah terserang, cendawan diisolasi sebagai sumber isolat.

Larva terinfeksi disterilisasi dengan 1% natrium hipoklorit selama 3 menit. Kemudian dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali dan dikeringanginkan di atas kertas filter steril. Setelah itu larva diletakkan dalam cawan petri berisi tisu lembap dan diinkubasikan untuk merangsang pertumbuhan cendawan. Ambil spora yang keluar dari tubuhnya menggunakan jarum inokulasi. Biakkan pada PDA (Potato Dextrose Agar) dan diinkubasikan selama 7 hari.

Serangga cacat


Isolat cendawan B. bassiana dapat mematikan serangga dewasa dan pradewasa (telur, larva, pupa) hama penggerek bonggol pisang, C. sordidus. Meski pupa terinfeksi dapat hidup, tetapi serangga imago akan cacat; perkembangan sayapnya tidak sempurna.

Mula-mula cendawan B. bassiana keluar dari bagian alat tambahan (apendages) tubuh serangga terinfeksi. Seperti antara segmen-segmen antena, segmen kepala dengan toraks, segmen toraks dengan abdomen, dan segmen abdomen dengan cauda (ekor). Beberapa hari kemudian seluruh permukaan tubuh serangga terinfeksi tertutup oleh massa cendawan berwarna putih.

Penetrasi cendawan entomopatogen sering terjadi pada membran antara kapsul kepala (head capsule) dengan toraks atau di antara segmen-segmen apendages. Demikian pula miselium cendawan, keluar pertama kali pada bagian-bagian tersebut.

Serangga dewasa C. sordidus terinfeksi, masuk ke dalam batang semu yang digunakan sebagai penutup perangkap bonggol setelah aplikasi cendawan B. bassiana. Lama kelamaan serangga akan mati. Kematian serangga dewasa C. sordidus meningkat karena kelembapan di dalam batang semu relatif lebih tinggi.
Lebih baru Lebih lama