Keduanya sama sekali tidak ada "hubungan darah". Namun, belimbing tasikmadu dan blitar punya keunggulan sama. Rasanya semanis madu. Anda tinggal pilih?
Belimbing habis. Ada lagi bulan Februari Agar lebih mudah, harap telepon dulu. Tulisan sederhana di depan rumah milik Mbah Djais, di Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, itulah yang menyambut kedatangan Kami Januari lalu.
Pengumuman itu bukan tanpa alasan. Sebab, "Tak sedikit pedagang yang mengincar belimbing madu milik Mbah Djais," papar Sapta Surya, penggemar belimbing. Hanya untuk mendapatkan sekilo saja harus berebut dengan pedagang begitu buah tiba dari kebun.
Dijuluki tasikmadu bukan lantaran berasal dari Desa Tasikmadu, tapi rasanya yang semanis madu tanpa sepat. Tekstur daging halus tak berserat dengan aroma khas menggiurkan. Tak heran jika buah bintang itu kini menjadi incaran konsumen.
Belimbing dari kebun Mbah Djais memang kesohor. Dulu pemasaran hanya sebatas pasar desa. Kini merambah ke pasar swalayan dan toko buah di beberapa kota besar. Malah menjadi belimbing kegemaran para pejabat dan pelaku bisnis kelas atas. Di pasar swalayan Surabaya, buah bintang berwarna kuning oranye itu dijual di atas Rp 11.000 per kg.
[caption id="attachment_6645" align="aligncenter" width="1511"]
Belimbing tasikmadu, rasanya semanis madu[/caption]
Tak pernah terlintas di benak Mbah Djais, kiai sepuh Desa Tasikmadu, dan keluarganya jika belimbing di halaman depan rumah membawa berkah. "Dulu setiap panen, buah hanya dibagi-bagikan gratis kepada tetangga," ungkap Yasin, putra Mbah Djais.
Pada 1983 mereka mencoba memasarkan ke pasar lokal. Respon konsumen sangat baik sehingga buah bintang itu dikebunkan mengganti kebun mangga produktif seluas 500 m2.
Sepuluh bibit asal biji dari pohon induk satu-satunya ditanam. Meski hanya dirawat seadanya, pohon tumbuh baik. Pada umur 2 tahun mulai memetik hasil. Pada awal produksi hanya 3 sampai 5 kg per pohon. Umur 4 sampai 5 tahun mencapai 30 sampai 50 kg. Ketika dipasarkan dengan nama belimbing tasikmadu selalu ludes diserbu pembeli.
Karena peminat terus bertambah, Mbah Djais dan keluarga menanam lagi 500 pohon di lahan seluas 2 ha pada 1996. Jarak tanam 6 m x 6 m. Pada awal penanaman ditumpangsarikan dengan kacang-kacangan. Setahun sekali diberi pupuk kandang 15 sampai 20 kg/pohon.
Dengan perlakuan itu, tanaman lebih cepat berbuah, hanya 1,5 tahun. Buah seukuran pentil langsung dibungkus kertas koran dan kantung plastik transparan. Hasilnya, belimbing madu itu mulus tanpa cacat.
Dua 2 tahun lalu dikembangkan lagi sekitar 1.000 pohon di areal seluas 3 ha. Dari total 1.500 pohon di lahan 5 ha, saat ini 800 pohon berproduksi. Hasil panen per tahun sekitar 25 ton dengan omzet Rp150-juta.
Melihat keberhasilan itu, beberapa warga desa ikut menanam. Bibitnya berasal dari biji yang berjatuhan di kebun Yasin. Setelah mencapai tinggi 25 sampai 30 cm, bibit dipindahkan ke lahan. Luas penanaman masing-masing mencapai 10 petak berisi 50 sampai 60 pohon, kini mulai berbuah.
Belimbing madu yang dikembangkan Mbah Djais asli Tuban. Sebatang pohon induk di halaman rumah sudah berumur lebih dari 50 tahun. Pohon setinggi 10 m dengan diameter tajuk 4 m itu ditanam Siti Aminah, istri Mbah Djais, pada 1950. Bibitnya diambil dari rumah kerabat di Desa Kutorejo, Kecamatan Tuban Kota.
"Buah dari pohon asli manis legit, tapi berwarna putih," ungkap Yasin. Waktu bibit asal biji ditanam, warna berubah kuning menarik dengan rasa tetap manis. Di lokasi itu memang pernah ada belimbing kuning, tapi rasa asam sehingga ditebang. Diduga persilangan alami kedua belimbing itulah yang memunculkan varietas baru unggul. Belimbing madu asli Tuban.
Belimbing lokal berkualitas bagus juga ditemui Kami di Kelurahan Karangsono, Blitar. Rasanya juga manis, segar, dan tidak sepet. Di pasar-pasar swalayan Surabaya, Semarang, atau Jakarta ia disebut belimbing blitar.
Belimbing di Karangsono dijumpai hampir di setiap pekarangan rumah. Semula, sekitar 1980-an, daerah Karangsono itu terkenal sebagai sentra rambutan. Lantaran belimbing lebih menguntungkan ratusan pohon rambutan ditebang. Pekebun berbondong-bondong mengusahakan buah bintang itu secara intensif. Bibit diperoleh dari Kelurahan Karangsari, pelopor penanaman belimbing, berjarak 6 km dari Karangsono.
Sosok buah mirip belimbing bangkok. Namun ukuran sedikit lebih besar. Bobot 300 sampai 400 g/ buah, panjang 15 sampai 18 cm. Bahkan di Karangsari bobot buah bisa 400 sampai 500 g. Masyarakat kota Blitar menjulukinya belimbing super. Lantaran besar, "Cukup makan 1 buah sudah kenyang," ujar Hari Budi Harto, SP, penyuluh pada Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian.
Kelebihan lain biji sedikit, 5 sampai 10 bulir per buah dan tahan simpan, 7 sampai 10 hari. Dengan kualitas seperti itu konsumen tak bakal kecewa meski berharga Rp3.500 sampai 4.000/kg. Apalagi biji hanya 5 sampai 10 buah sehingga tidak merepotkan saat disantap.
Belimbing berkualitas, buah perawatan intensif. Pekebun di Karangsari dan Karangsono membenamkan 30 kg pupuk kandang per pohon pada awal penanaman. Lalu setiap 3 bulan diberi 0,5 kg campuran NPK dan KC1. Penyiraman rutin sehari sekali. Penyemprotan insektisida hanya jika ada serangan hama.
Dengan pola budidaya seperti itu, belimbing lebih rajin berbuah. Selain panen besar yang berlangsung 3 sampai 4 kali setahun, tiap bulan petani bisa memetik 5 sampai 10 kg/pohon. Pada panen besar produksi mencapai 20 kg per pohon.
Agar buah tampil mulus dan besar petani mejakukan seleksi dan pemberongsongan. Buah yang dipilih berbentuk lurus dan mulus tanpa noda hitam bekas gigitan lalat buah. Buah kerdil dan bertangkai pendek di ujung dahan dibuang.
Pemberongsongan dilakukan saat buah sebesar jempol atau umur 20 hari. Pembungkusan dilakukan serapat mungkin agar lalat tidak masuk. Pengerjaannya harus hati-hati agar tidak rontok.
"Agar buah lebih manis selesai pembungkusan taburkan ZA dosis 0,5 kg," papar Aminudin, pekebun di Karangsono. Sebulan setelah pembungkusan, bobot buah mencapai maksimal, 300 sampai 400 g. Namun, untuk mendapatkan warna kuning merata panen baru dilakukan seminggu kemudian.
[caption id="attachment_6646" align="aligncenter" width="1511"]
Belimbing blitar, besar, manis dan segar[/caption]
Bagi masyarakat Karangsono, belimbing komoditas andalan. Harganya cukup bagus. "Bakul berani bayar Rp1.400/kg di kebun," tutur Aminudin. Dengan kepemilikan 200 pohon itu ia dapat mengantungi Rp7-juta pada panen raya.
Keuntungan lain, umur produktif tanaman tidak terbatas. Pada umur 12 sampai 15 tahun tanaman biasanya diremajakan untuk memudahkan pembungkusan buah.
Yang pasti, masyarakat tak akan meninggalkan belimbing. "Harga jatuh sampai Rp700/kg kami tetap mempertahankannya," papar Nur Hasyim, petani lain. Dari belimbing itu juga ia mengantarkan ketiga putranya ke perguruan tinggi.
Belimbing habis. Ada lagi bulan Februari Agar lebih mudah, harap telepon dulu. Tulisan sederhana di depan rumah milik Mbah Djais, di Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, itulah yang menyambut kedatangan Kami Januari lalu.
Pengumuman itu bukan tanpa alasan. Sebab, "Tak sedikit pedagang yang mengincar belimbing madu milik Mbah Djais," papar Sapta Surya, penggemar belimbing. Hanya untuk mendapatkan sekilo saja harus berebut dengan pedagang begitu buah tiba dari kebun.
Dijuluki tasikmadu bukan lantaran berasal dari Desa Tasikmadu, tapi rasanya yang semanis madu tanpa sepat. Tekstur daging halus tak berserat dengan aroma khas menggiurkan. Tak heran jika buah bintang itu kini menjadi incaran konsumen.
Belimbing dari kebun Mbah Djais memang kesohor. Dulu pemasaran hanya sebatas pasar desa. Kini merambah ke pasar swalayan dan toko buah di beberapa kota besar. Malah menjadi belimbing kegemaran para pejabat dan pelaku bisnis kelas atas. Di pasar swalayan Surabaya, buah bintang berwarna kuning oranye itu dijual di atas Rp 11.000 per kg.
Produktif
[caption id="attachment_6645" align="aligncenter" width="1511"]

Tak pernah terlintas di benak Mbah Djais, kiai sepuh Desa Tasikmadu, dan keluarganya jika belimbing di halaman depan rumah membawa berkah. "Dulu setiap panen, buah hanya dibagi-bagikan gratis kepada tetangga," ungkap Yasin, putra Mbah Djais.
Pada 1983 mereka mencoba memasarkan ke pasar lokal. Respon konsumen sangat baik sehingga buah bintang itu dikebunkan mengganti kebun mangga produktif seluas 500 m2.
Sepuluh bibit asal biji dari pohon induk satu-satunya ditanam. Meski hanya dirawat seadanya, pohon tumbuh baik. Pada umur 2 tahun mulai memetik hasil. Pada awal produksi hanya 3 sampai 5 kg per pohon. Umur 4 sampai 5 tahun mencapai 30 sampai 50 kg. Ketika dipasarkan dengan nama belimbing tasikmadu selalu ludes diserbu pembeli.
Karena peminat terus bertambah, Mbah Djais dan keluarga menanam lagi 500 pohon di lahan seluas 2 ha pada 1996. Jarak tanam 6 m x 6 m. Pada awal penanaman ditumpangsarikan dengan kacang-kacangan. Setahun sekali diberi pupuk kandang 15 sampai 20 kg/pohon.
Dengan perlakuan itu, tanaman lebih cepat berbuah, hanya 1,5 tahun. Buah seukuran pentil langsung dibungkus kertas koran dan kantung plastik transparan. Hasilnya, belimbing madu itu mulus tanpa cacat.
Dua 2 tahun lalu dikembangkan lagi sekitar 1.000 pohon di areal seluas 3 ha. Dari total 1.500 pohon di lahan 5 ha, saat ini 800 pohon berproduksi. Hasil panen per tahun sekitar 25 ton dengan omzet Rp150-juta.
Asli Tuban
Melihat keberhasilan itu, beberapa warga desa ikut menanam. Bibitnya berasal dari biji yang berjatuhan di kebun Yasin. Setelah mencapai tinggi 25 sampai 30 cm, bibit dipindahkan ke lahan. Luas penanaman masing-masing mencapai 10 petak berisi 50 sampai 60 pohon, kini mulai berbuah.
Belimbing madu yang dikembangkan Mbah Djais asli Tuban. Sebatang pohon induk di halaman rumah sudah berumur lebih dari 50 tahun. Pohon setinggi 10 m dengan diameter tajuk 4 m itu ditanam Siti Aminah, istri Mbah Djais, pada 1950. Bibitnya diambil dari rumah kerabat di Desa Kutorejo, Kecamatan Tuban Kota.
"Buah dari pohon asli manis legit, tapi berwarna putih," ungkap Yasin. Waktu bibit asal biji ditanam, warna berubah kuning menarik dengan rasa tetap manis. Di lokasi itu memang pernah ada belimbing kuning, tapi rasa asam sehingga ditebang. Diduga persilangan alami kedua belimbing itulah yang memunculkan varietas baru unggul. Belimbing madu asli Tuban.
Blitar super
Belimbing lokal berkualitas bagus juga ditemui Kami di Kelurahan Karangsono, Blitar. Rasanya juga manis, segar, dan tidak sepet. Di pasar-pasar swalayan Surabaya, Semarang, atau Jakarta ia disebut belimbing blitar.
Belimbing di Karangsono dijumpai hampir di setiap pekarangan rumah. Semula, sekitar 1980-an, daerah Karangsono itu terkenal sebagai sentra rambutan. Lantaran belimbing lebih menguntungkan ratusan pohon rambutan ditebang. Pekebun berbondong-bondong mengusahakan buah bintang itu secara intensif. Bibit diperoleh dari Kelurahan Karangsari, pelopor penanaman belimbing, berjarak 6 km dari Karangsono.
Sosok buah mirip belimbing bangkok. Namun ukuran sedikit lebih besar. Bobot 300 sampai 400 g/ buah, panjang 15 sampai 18 cm. Bahkan di Karangsari bobot buah bisa 400 sampai 500 g. Masyarakat kota Blitar menjulukinya belimbing super. Lantaran besar, "Cukup makan 1 buah sudah kenyang," ujar Hari Budi Harto, SP, penyuluh pada Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian.
Kelebihan lain biji sedikit, 5 sampai 10 bulir per buah dan tahan simpan, 7 sampai 10 hari. Dengan kualitas seperti itu konsumen tak bakal kecewa meski berharga Rp3.500 sampai 4.000/kg. Apalagi biji hanya 5 sampai 10 buah sehingga tidak merepotkan saat disantap.
Dirawat Intensif
Belimbing berkualitas, buah perawatan intensif. Pekebun di Karangsari dan Karangsono membenamkan 30 kg pupuk kandang per pohon pada awal penanaman. Lalu setiap 3 bulan diberi 0,5 kg campuran NPK dan KC1. Penyiraman rutin sehari sekali. Penyemprotan insektisida hanya jika ada serangan hama.
Dengan pola budidaya seperti itu, belimbing lebih rajin berbuah. Selain panen besar yang berlangsung 3 sampai 4 kali setahun, tiap bulan petani bisa memetik 5 sampai 10 kg/pohon. Pada panen besar produksi mencapai 20 kg per pohon.
Agar buah tampil mulus dan besar petani mejakukan seleksi dan pemberongsongan. Buah yang dipilih berbentuk lurus dan mulus tanpa noda hitam bekas gigitan lalat buah. Buah kerdil dan bertangkai pendek di ujung dahan dibuang.
Pemberongsongan dilakukan saat buah sebesar jempol atau umur 20 hari. Pembungkusan dilakukan serapat mungkin agar lalat tidak masuk. Pengerjaannya harus hati-hati agar tidak rontok.
"Agar buah lebih manis selesai pembungkusan taburkan ZA dosis 0,5 kg," papar Aminudin, pekebun di Karangsono. Sebulan setelah pembungkusan, bobot buah mencapai maksimal, 300 sampai 400 g. Namun, untuk mendapatkan warna kuning merata panen baru dilakukan seminggu kemudian.
Menguntungkan
[caption id="attachment_6646" align="aligncenter" width="1511"]

Bagi masyarakat Karangsono, belimbing komoditas andalan. Harganya cukup bagus. "Bakul berani bayar Rp1.400/kg di kebun," tutur Aminudin. Dengan kepemilikan 200 pohon itu ia dapat mengantungi Rp7-juta pada panen raya.
Keuntungan lain, umur produktif tanaman tidak terbatas. Pada umur 12 sampai 15 tahun tanaman biasanya diremajakan untuk memudahkan pembungkusan buah.
Yang pasti, masyarakat tak akan meninggalkan belimbing. "Harga jatuh sampai Rp700/kg kami tetap mempertahankannya," papar Nur Hasyim, petani lain. Dari belimbing itu juga ia mengantarkan ketiga putranya ke perguruan tinggi.