Coba Anda bayangkan, ruangan seluas 190 m2 diisi 98 akuarium berukuran 40 cm x80cmx 30 cm.
Jumlah itu masih ditambah dengan 700 akuarium 15 cm x 15 cm x 20 cm. Terasa sumpek, bukan? Namun, di tengah kesumpekan itu David justru merasa nyaman. Di situ setiap hari ia menikmati keindahan white opaque, melano, gold, atau platinum.
Nama-nama aneh bagi orang awam, tetapi akrab di telinga penggemar cupang. Ya, itulah 4 jenis cupang yang lagi naik daun saat ini. David Je menerbangkan mereka dari Thailand sejak 2 tahun silam. Koleksi lain: plakat orange, blue, green, steel, dan red. Total jumlah cupang koleksi pemilik Saudara Optical di Medan itu 3.000 ekor, senilai Rp60-juta. Plakat orange, cupang termahal dibeli seharga Rp1,5-juta/ ekor. David Je memiliki 2 pasang jenis cupang yang banyak diburu kolektor itu.
David Je mengoleksi plakat orange gara-gara kepincut bentuknya yang unik. Sirip seperti huruf D dan ekor membentuk lingkaran 180°. “Kalau lagi ngedok indah dilihat,” ujar alumnus University of New South Wales, Australia itu. Kenikmatan bertambah jika sukses berburu cupang langka, seperti white opaque dan platinum.
Ahli biologi molekuler itu kini mencoba menangkarkan plakat white opaque, platinum, yellow, gold, dan blue mask. Lahan seluas 5.000 m2 di belakang rumah sudah dilengkapi dengan rak besi dan ratusan akuarium. Hasilnya mulai tampak. Sejak 3 bulan lalu burayak-burayak bermunculan setelah ia mengawinkan plakat putih dengan halfmoon putih.
[caption id="attachment_8053" align="aligncenter" width="1539"]
Dark body metallic[/caption]
Pamor plakat memang menanjak sejak setahun silam. Pada kontes cupang di Metro Trade Center, Bandung, awal Juni , plakat baru masuk kategori ekshibisi. Kondisi itu berubah sejak awal tahun hingga sekarang. Pada 3 kontes besar di Raiser, Cibinong, dan InBS International Betta Show, kategori plakat sudah dibagi dalam beberapa kelas, seperti dark solid color non-iridescent, solid color iridescent, bicolor, patterned, dark body metallic color, dan light body metallic color. Jumlah peserta pun meningkat. Bila semula diikuti rata-rata 10 sampai 15 peserta, kini minimal 2 kali lipat.
Indikasi bertambahnya penggemaR plakat terlacak dari penjualan di para penangkar. Ambil contoh Hermanus J Haryanto, setiap bulan ia mengirim belasan red dragon ke berbagai daerah: Medan, Pekanbaru, Lampung, Banjarmasin, Samarinda, dan Gorontalo. Lacakan Trubus menunjukkan, di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Makassar, dan Denpasar, penggemar plakat menggeliat.
Kehadiran jenis-jenis baru memacu hiruk-pikuk memelihara plakat. Red dragon misalnya, “Yang pesan banyak tapi barangnya terbatas,” kata Hermanus. Pantas jika harga red dragon 2 inci mencapai Rp350.000 sampai Rp500.000/ekor.
Kini ayah 2 putra itu berancang-ancang melepas jenis yellow dragon, metallic blue, metallic green, gold, master gas, dan salamander.
Hal sama dialami Joty Atmadjaja. Ketua Klub Indo Betta Splendens (InBS) itu tengah giat menangkarkan gold, red gold, salamander, lafender, dan black dragon.
“Menjelang kontes banyak permintaan dari kolektor di Sumatera hingga Sulawesi,” ujar mantan direktur Pemasaran Internasional PT Dian Aneka Sejahtera di Jakarta Pusat itu.
[caption id="attachment_8054" align="aligncenter" width="1569"]
DavidJe, berburu plakat hingga ke Thailand[/caption]
Keseriusan Joty itu dibuktikan dengan rutin membeli plakat asal penangkar-penangkar top di Thailand. Ia mewajibkan diri untuk mengunjungi farm-farm ternama di seputaran Bangkok seperti Blue Betta; Inter Betta, Inter Fish, Atison Betta, Suthasine Betta, Ploy Betta, Nong Betta, dan South Betta. “Terkadang saya pesan lewat e-mail” ujar ayah 2 putra itu.
Setali tiga uang dengan Ronald dari Walet Fish Collection di Kelapagading, Jakarta Utara. “Saya rutin mendatangkan variasi baru dari Thailand terutama salamander dan copper gas butterfly,” ujar penangkar maskoki dan diskus itu. Tujuannya pasti untuk memenuhi keinginan kolektor plakat yang kian bertambah.
Plakat digemari lantaran perawatannya mudah dibandingkan serit dan halfmoon. “Tidak khawatir siripnya robek,” ujar Hermanus. Namun, bukan berarti ia kebal terhadap penyakit. Whitespot, elvet, finrot, dan dropsy tetap menghantui. Toh David Je tidak khawatir. Kalau kena, diobati dengan tetrasiklin, formalin, dan metylen blue. Pantas, David tetap rajin berburu plakat, meski ruangan 190 m2-nya sudah penuh sesak.
Sebut nama crowntail, mania cupang dunia pasti menyebut penangkar tanahair. Panggil plakat, penangkar Thailand yang ditunjuk. "Thailand memang barometer plakat dunia,"ujar Joty Atmadjaja. Haraf mafhum, di sana plakat sudah berkembang sejak 1980. Generasi tua sampai generasi plakat terbaru seperti red dragon, yellow dragon, dan supergreen, 'dirakit'penangkar di Negeri Gajah Putih itu.
Keistimewaan hasil tangkaran mereka tercermin dari pengakuan mania plakat dunia. "Mereka benar-benar menjaga kualitas genetik unggul, sehingga setiap turunan atau silangan yang dihasilkan pasti sangat bagus," ujar David Je.
Contoh plakat giant Tangkaran Supor Khumom di Rayong itu dikejar-kejar kolektor karena coraknya menawan, berdasi panjang, dan bukaan ekornya 180°. Harganya? Tidak kurang dari Rp2-juta/ekor.
Kualitas genetik tinggi itu diimbangi pula perawatan prima. Di sana penangkar tak segan membeli udang sebagai pakan pilihan selain menu harian, kombinasi cacing darah dan cacing tanah. Karena udang pula kualitas telur hingga warna plakat yang dihasilkan sangat prima.
Jumlah itu masih ditambah dengan 700 akuarium 15 cm x 15 cm x 20 cm. Terasa sumpek, bukan? Namun, di tengah kesumpekan itu David justru merasa nyaman. Di situ setiap hari ia menikmati keindahan white opaque, melano, gold, atau platinum.
Nama-nama aneh bagi orang awam, tetapi akrab di telinga penggemar cupang. Ya, itulah 4 jenis cupang yang lagi naik daun saat ini. David Je menerbangkan mereka dari Thailand sejak 2 tahun silam. Koleksi lain: plakat orange, blue, green, steel, dan red. Total jumlah cupang koleksi pemilik Saudara Optical di Medan itu 3.000 ekor, senilai Rp60-juta. Plakat orange, cupang termahal dibeli seharga Rp1,5-juta/ ekor. David Je memiliki 2 pasang jenis cupang yang banyak diburu kolektor itu.
David Je mengoleksi plakat orange gara-gara kepincut bentuknya yang unik. Sirip seperti huruf D dan ekor membentuk lingkaran 180°. “Kalau lagi ngedok indah dilihat,” ujar alumnus University of New South Wales, Australia itu. Kenikmatan bertambah jika sukses berburu cupang langka, seperti white opaque dan platinum.
Ahli biologi molekuler itu kini mencoba menangkarkan plakat white opaque, platinum, yellow, gold, dan blue mask. Lahan seluas 5.000 m2 di belakang rumah sudah dilengkapi dengan rak besi dan ratusan akuarium. Hasilnya mulai tampak. Sejak 3 bulan lalu burayak-burayak bermunculan setelah ia mengawinkan plakat putih dengan halfmoon putih.
Pamor plakat makin Naik daun
[caption id="attachment_8053" align="aligncenter" width="1539"]

Pamor plakat memang menanjak sejak setahun silam. Pada kontes cupang di Metro Trade Center, Bandung, awal Juni , plakat baru masuk kategori ekshibisi. Kondisi itu berubah sejak awal tahun hingga sekarang. Pada 3 kontes besar di Raiser, Cibinong, dan InBS International Betta Show, kategori plakat sudah dibagi dalam beberapa kelas, seperti dark solid color non-iridescent, solid color iridescent, bicolor, patterned, dark body metallic color, dan light body metallic color. Jumlah peserta pun meningkat. Bila semula diikuti rata-rata 10 sampai 15 peserta, kini minimal 2 kali lipat.
Indikasi bertambahnya penggemaR plakat terlacak dari penjualan di para penangkar. Ambil contoh Hermanus J Haryanto, setiap bulan ia mengirim belasan red dragon ke berbagai daerah: Medan, Pekanbaru, Lampung, Banjarmasin, Samarinda, dan Gorontalo. Lacakan Trubus menunjukkan, di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Makassar, dan Denpasar, penggemar plakat menggeliat.
Kehadiran jenis-jenis baru memacu hiruk-pikuk memelihara plakat. Red dragon misalnya, “Yang pesan banyak tapi barangnya terbatas,” kata Hermanus. Pantas jika harga red dragon 2 inci mencapai Rp350.000 sampai Rp500.000/ekor.
Kini ayah 2 putra itu berancang-ancang melepas jenis yellow dragon, metallic blue, metallic green, gold, master gas, dan salamander.
Hal sama dialami Joty Atmadjaja. Ketua Klub Indo Betta Splendens (InBS) itu tengah giat menangkarkan gold, red gold, salamander, lafender, dan black dragon.
“Menjelang kontes banyak permintaan dari kolektor di Sumatera hingga Sulawesi,” ujar mantan direktur Pemasaran Internasional PT Dian Aneka Sejahtera di Jakarta Pusat itu.
Plakat Impor Thailand
[caption id="attachment_8054" align="aligncenter" width="1569"]

Keseriusan Joty itu dibuktikan dengan rutin membeli plakat asal penangkar-penangkar top di Thailand. Ia mewajibkan diri untuk mengunjungi farm-farm ternama di seputaran Bangkok seperti Blue Betta; Inter Betta, Inter Fish, Atison Betta, Suthasine Betta, Ploy Betta, Nong Betta, dan South Betta. “Terkadang saya pesan lewat e-mail” ujar ayah 2 putra itu.
Setali tiga uang dengan Ronald dari Walet Fish Collection di Kelapagading, Jakarta Utara. “Saya rutin mendatangkan variasi baru dari Thailand terutama salamander dan copper gas butterfly,” ujar penangkar maskoki dan diskus itu. Tujuannya pasti untuk memenuhi keinginan kolektor plakat yang kian bertambah.
Plakat digemari lantaran perawatannya mudah dibandingkan serit dan halfmoon. “Tidak khawatir siripnya robek,” ujar Hermanus. Namun, bukan berarti ia kebal terhadap penyakit. Whitespot, elvet, finrot, dan dropsy tetap menghantui. Toh David Je tidak khawatir. Kalau kena, diobati dengan tetrasiklin, formalin, dan metylen blue. Pantas, David tetap rajin berburu plakat, meski ruangan 190 m2-nya sudah penuh sesak.
Thailand Rajanya Plakat
Sebut nama crowntail, mania cupang dunia pasti menyebut penangkar tanahair. Panggil plakat, penangkar Thailand yang ditunjuk. "Thailand memang barometer plakat dunia,"ujar Joty Atmadjaja. Haraf mafhum, di sana plakat sudah berkembang sejak 1980. Generasi tua sampai generasi plakat terbaru seperti red dragon, yellow dragon, dan supergreen, 'dirakit'penangkar di Negeri Gajah Putih itu.
Keistimewaan hasil tangkaran mereka tercermin dari pengakuan mania plakat dunia. "Mereka benar-benar menjaga kualitas genetik unggul, sehingga setiap turunan atau silangan yang dihasilkan pasti sangat bagus," ujar David Je.
Contoh plakat giant Tangkaran Supor Khumom di Rayong itu dikejar-kejar kolektor karena coraknya menawan, berdasi panjang, dan bukaan ekornya 180°. Harganya? Tidak kurang dari Rp2-juta/ekor.
Kualitas genetik tinggi itu diimbangi pula perawatan prima. Di sana penangkar tak segan membeli udang sebagai pakan pilihan selain menu harian, kombinasi cacing darah dan cacing tanah. Karena udang pula kualitas telur hingga warna plakat yang dihasilkan sangat prima.