Kantong Semar Prima dari Rimba

Pemandangan di sebuah nurseri di kawasan Kaliurang, Yogyakarta, membuat decak kagum. Berpot-pot nepenthes berukuran besar tampil memikat. Sosok tanaman sehat, terlihat dari penampilan daun yang hijau mengkilap dan kekar. Kantong-kantong bergelayut di setiap ujung daun. Yang istimewa, sang entuyut bongsor. Dalam hitungan 2 bulan, tinggi tanaman bisa 2 kali lipat.

Kantong semar koleksi Aries Budiman itu sejatinya hasil eksplorasi dari alam. Pemilik nurseri Watu Putih itu mendapatkannya dari Sumatera dan Kalimantan 2 pusat keragaman nepenthes. Padahal selama ini banyak kolektor enggan merawat ketakung warisan rimba lantaran khawatir mati. Tidak sedikit yang mengeluh begitu dipajang di rumah, nepenthes dari alam merana. Mula-mula kantong mengering, lalu diikuti daun. Akhirnya periuk kera mati.

“Itu karena yang diambil tanaman cabutan. Baru diambil dari alam tidak sedikit yang tanpa akar langsung dipotkan, lalu dijual,” kata Adeng sapaan Aries Budiman membagi pengalaman. Belajar dari itu, pria yang semula banyak mengurusi adenium dan euphorbia itu hanya mau mengoleksi nepenthes alam hasil penangkaran. Cirinya, sosok sehat dengan tambahan daun baru. Waktu dibawa dari alam pun, menyertakan bola akar.

Lembap dan gelap


[caption id="attachment_7602" align="aligncenter" width="622"] N. hookeriana hijau[/caption]

Terbukti nepenthes warisan alam di Watu Putih tampil prima. Tanaman tumbuh bongsor setelah diberi perlakuan pengaturan cahaya dan kelembapan. Anggota famili Nepenthaceae itu diletakkan dalam greenhouse beratap jaring penaung berkerapatan 60 sampai 65% yang dipasang ganda. Dinding greenhouse juga dari shading net. Akibatnya suasana di dalam temaram.

Lantai greenhouse diberi selapis mulsa plastik hitam perak. Di atasnya dihamparkan batu koral. Setiap pagi dan siang, atap, tanaman, dan lantai disiram. Dengan cara itu kelembapan tinggi seperti yang nepenthes inginkan didapat. Itu persis seperti pemandangan di nurseri Malesiana Tropical di Kuching, Sarawak. Trubus merasakan udara sejuk di dalam greenhouse meski suhu di luar mencapai 33°C.

Hasilnya, N. ampullaria, N. rafflesiana, N. gracilis, N. mirabilis, dan N. reinwardtiana tumbuh bongsor. Dalam hitungan 2 bulan tinggi mencapai 2 kali lipat. Daun-daun baru yang muncul pun langsung membawa kantong. Ketuyut yang dirawat dalam nurseri terpisah berlapis plastik UV dengan selapis jaring sehingga suasana greenhouse panas  pertumbuhannya normal-normal saja. Menurut MA Suska, kolektor di Bogor, sang pitcher plant memang menyukai kelembapan tinggi agar tumbuh sehat.Pengaturan cahaya tergantung jenis.

Nepenthes alam


[caption id="attachment_7603" align="aligncenter" width="519"] N. reinwardtiana kantong kuning[/caption]

Nepenthes alam tampil memikat juga Kami lihat di nurseri Anti di Bogor. Di sana ketakung ditata di rak di atas kolam ikan air deras. Dari air kolam yang menguap, kelembapan tinggi didapat. Sama seperti nurseri di Kaliurang, kebun di Kota Hujan itu juga diselimuti jaring penaung. N. reinwardtiana berkantong kuning, N. gracilis hitam, N. hookeriana berkantong atas, dan N. ampullaria merah terus-menerus menampilkan kantong.
Lebih baru Lebih lama