Kentang Atlantik Turun Gunung

Kentang Atlantik, kentang industri yang banyak diincar pabrik keripik kini tumbuh baik di ketinggian 300 m dpi. Produksi mencapai 15 sampai 21 ton/ha, sebanding dengari kentang pegunungan. Malah, umur panen lebih singkat, hanya 70 sampai 80 hari. Kabar gembira untuk Anda yang punya lahan di dataran menengah.

Petani di daerah Gondanglegi dan Sumberpucung, Kabupaten Malang, membuktikan hal itu sejak 1997. Inovasi teknologi budidaya kentang di dataran menengah itu cukup menggembirakan.

Pasalnya, luas lahan kering dataran tinggi sangat terbatas. Padahal, kebutuhan kentang sayur maupun olahan terus meningkat. Selain itu, lokasi penanaman di dataran tinggi biasanya jauh dari pusat pemukiman. Input biaya operasional jadi lebih tinggi.

Panen Sekali setahun


Kentang tidak bisa ditanam sepanjang tahun di dataran menengah. Ia membutuhkan kondisi suhu minimum 15° sampai 18°C pada awal pembentukan umbi. Kondisi seperti itu hanya berlangsung 2 sampai 3 bulan setahun.

Pengamatan di Gondanglegi dan Sumberpucung misalnya, kondisi suhu minimum dicapai pada Juni sampai Agustus. Oleh karena itu saat tanam terbaik pada Mei hingga Juli. Dengan begitu, pada usia 1 bulan saat tanaman mulai membentuk umbi, suhu minimum malam hari dapat tercapai.

Kentang Atlantik di dataran menengah dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari. Lahan budidaya diusahakan bukan bekas famili Solanaceae. Paling baik dipilih lahan sawah atau tegalan bekas padi untuk memperkecil kemungkinan serangan layu bakteri. Lahan juga sebaiknya berada di dekat sumber air supaya mudah pengeleban 5 sampai 8 hari sekali, atau 5 sampai 7 kali selama penanaman.

Dari pengamatan selama 3 tahun, penggunaan pestisida di dataran menengah dapat ditekan, hanya sekitar 10%. Sebab, layu bakteri baru tampak gejalanya setelah tanaman berumur 30 hari, atau setelah muncul bunga. Berbeda dengan di dataran tinggi, tanaman terserang sejak dini. Selain itu, serangan ulat juga hampir tak kelihatan di dataran menengah.

Benih bertunas


Sebelum ditanami, lahan bekas padi dibajak atau dicangkul agar pertukaran udara dalam tanah leluasa. Jika pola tanamnya baris ganda (double row), buat bedengan-bedengan selebar 1,2 m dengan jarak antarbedeng 50 cm. Pola single row hanya membutuhkan guludan setinggi 50 sampai 70 cm dengan jarak antarguludan 70 sampai 80 cm.

Satu atau dua hari setelah bedengan atau guludan terbentuk, taburkan pupuk kandang secara merata di atasnya. Pupuk kandang berupa kotoran ayam 10 ton/ha, kambing 15 ton/ha, atau kotoran sapi 20 ton/ha. Biarkan selama 2 hari sebelum dibuat larikan. Setelah itu tanah dibiarkan minimal 2 minggu sebelum ditanami, agar tanah benar-benar matang.

Benih impor, kultur jaringan, atau pembibitan lokal harus bebas penyakit terutama layu bakteri. Bobot per umbi 35 sampai 50 g. Penanaman dilakukan dengan jarak dalam barisan 25 sampai 30 cm. Untuk pola double row 50 cm. Pada pola baris tunggal jarak antarbaris tergantung jarak antarguludan 70 sampai 80 cm. Populasi per hektar mencapai 50.000 sampai 52.000 tanaman dan membutuhkan 2 sampai 2,2 ton benih.

Benih ditanam sedalam 5 sampai 7 cm. Karena itu umbi harus sudah bertunas sepanjang 2 sampai 3 cm. Penanaman sebelum bertunas menyebabkan umbi busuk. Bersamaan dengan penanaman ditaburkan NPK 15-15-15 sebanyak 1 ton/ha. Untuk menekan biaya, campuran 400 kg Urea, 400 kg SP-36, dan 200 kg KC1 pun dapat diberikan.

Pupuk NPK diberikan sekaligus pada saat tanam. Seandainya memakai campuran Urea, SP-36, dan KC1, frekuensinya menjadi 2 kali. Sebanyak 2/3 dosis pada saat tanam, dan sisanya diberikan 1 bulan setelah tanam. Pupuk ditaburkan di dalam larikan pada jarak 5 cm dari baris tanaman. Setelah itu larikan pupuk ditutup kembali dengan tanah.

Sehari setelah tanam, lahan dialiri air, tetapi benih jangan ikut terendam. Pengairan cukup mencapai kedalaman 30 cm atau 3/4 tinggi bedengan untuk melembapkan tanah bedengan. Air tidak boleh tergenang. Pengairan dilakukan setiap 5 sampai 8 hari.

Pada 15 sampai 21 hari setelah tanam dilakukan penyiangan pertama. Setelah itu tebarkan mulsa jerami setebal 3 sampai 4 cm. Kebutuhan jerami per ha sekitar 5 sampai 6 ton.

Pemasangan bumbun


Pada umur 30 hari setelah tanam, atau saat tanaman mulai berbunga dilakukan pembumbunan. Maksudnya agar umbi dapat terbentuk sempurna dan tidak terkena sinar matahari. Sinar matahari menyebabkan pertumbuhan umbi terganggu dan mengalami greening (umbi kehijauan, red). Greening juga menyebabkan kualitas umbi menurun, bahkan terasa getir dan tak bisa dikonsumsi.

Setelah berumur 55 sampai 60 hari, lahan tidak boleh diairi lagi. Sebab, tanaman sudah mencapai masa penuaan umbi. Setelah 75 hari, ditandai hampir 60% daun kering, umbi dapat dipanen. Jika ingin dipertahankan lebih lama, maksimal 80 hari sudah harus dipanen. Di atas usia itu umbi pecah dan mengurangi kualitas.

Pemanenan dilakukan dengan cara mencangkul bedengan. Umbi dihamparkan di atas bekas bedengan dan diangin-anginkan agar tanah terlepas dari umbi. Umbi sehat berbobot di atas 60 g dikemas dalam keranjang bambu dan dipasok ke perusahaan industri. Umbi di bawah 60 g dijual di pasar lokal, atau dipakai sebagai bibit.
Lebih baru Lebih lama