Keunikan Sang Mawar Gurun Pembawa Keberuntungan

Keindahannya dikagumi diseantero dunia. Namun, adenium tak hanya dikagumi lantaran keelokannya. Mawar gurun itu dimanfaatkan sebagai obat penurun panas akibat malaria atau mengatasi gigitan ular. Masyarakat Cina percaya, adenium membawa keberuntungan.

Di habitat aslinya, Pulau Socotra, Yaman, adenium hampir tak tersentuh. Sebab, getahnya mengandung crystalline glycoside yang mengakibatkan iritasi kulit. Tanaman itu berbahaya bagi ternak, kecuali antelop. Kerabat kambing itu mengkonsumsi ujung batang sukulen.

Meski demikian racun adenium tetap bermanfaat. Suku primitif Heikom di Namibia menggunakan racun untuk berburu. Zat itu dioleskan di ujung mata panah. Malahan di Zimbabwe, racun itu untuk menangkap ikan, seperti potas di Indonesia.

Walau beracun, anggota famili Apocynaceae itu kerap digunakan sebagai obat. Adenium obesum dapat digunakan untuk meredakan demam malaria. Ekstrak akar diolah menjadi tonik dan obat demam.

Koliya sebutannya di Kenya juga dimanfaatkan untuk diuretik atau peluruh urine. Caranya dengan merendam umbi dalam air yang dijadikan minuman unggas.

Dibawa raja


[caption id="attachment_5642" align="aligncenter" width="439"] Adenium obesum subspesies socotranum, beracun[/caption]

Di negara asalnya, adenium memiliki beragam penampilan dan bunga. Sosoknya pun bongsor. Meski tumbuh lambat, tetapi mampu hidup hingga ratusan tahun. Adenium obesum merupakan jenis paling umum dijumpai. Terdiri dari banyak subspesies, antara lain oleifolium, boehmianum, socotranum, somalense, obesum, dan swazicum.

Kini adenium tak hanya ada di gurun. Ia merambah ke berbagai penjuru dunia. Mawar gurun itu memang cocok dikembangkan di daerah tropis. Tak heran, ia banyak dijumpai di Indonesia, India, Thailand, dan Taiwan. Juga di daerah beriklim panas Amerika seperti Hawaii dan Florida.

Di Cina dan Taiwan, orang biasa menyebutnya fu kwai fah tanaman kemakmuran. Di Inggris,L.M. Mason memelihara Adenium coetaneum sebagai tanaman pot di rumah tropisnya di King’s Lynn, Norfolk. Untuk itu ia pernah memperoleh penghargaan Award of Merit dari Royal Horticultural Society pada 1956.

Di Malaysia, orang biasa menyebutnya kamboja cina. Di kalangan hobiis Indonesia, mengoleksi adenium bukan merupakan hal aneh. Mereka tertarik lantaran sosoknya yang unik mirip bonsai. Perawatan pun relatif mudah. Apalagi, kini terdapat banyak jenis baru asal Thailand atau Amerika.

Sebutan ini diduga berkaitan dengan penampilan tanaman yang menarik. Maklum, bunganya beraneka bentuk dan warna, serta berbunga sepanjang musim.

Adenium diintroduksi ke negeri Siam lebih dari 70 tahun silam. Meski tak ada bukti nyata, mereka percaya tanaman itu dibawa oleh raja usai melakukan perjalanan ke negara-negara barat. Tak heran, chuanchom dapat dijumpai di halaman Royal Grand Palace, semacam kuil tempat sembahyang raja Thailand pada saat-saat khusus.

Makin Populer Di Kalangan Hobiis


[caption id="attachment_5641" align="aligncenter" width="618"] Adenium obesum var multiflorum di Zimbabwe[/caption]

Adenium semakin populer di Thailand sejak 1993. Sebut saja phet muang ngam, la on thong, ni ma ha kai, daeng mongkol, dan daeng siam (daeng = merah, red).

Dalam setiap pameran, adenium selalu menyedot perhatian masyarakat. Animo yang sangat tinggi mendorong para penjual untuk memperbanyak si mawar gurun. Di pasar Chatuchak misalnya, adenium mudah dijumpai. Populer di Hawaii

Adenium juga populer di Amerika, khususnya di daerah beriklim panas seperti Arizona, Hawaii, dan Florida. Di Florida selatan, adenium menggugurkan sebagian daun pada musim dingin. Bunga terbanyak muncul di akhir musim dingin hingga awal musim panas.

Saat musim panas, keterbatasan pasokan air kerap menjadi momok di negara Paman Sam. Namun, tak seperti tanaman lain, adenium mampu bertahan Itulah saat paling tepat untuk meningkatkan popularitas tanaman gurun itu. “Tanaman ini justru senang cuaca panas,” ucap Michael Miyashiro, ketua Cactus and Succulent Society of Hawaii. Bagi masyarakat Hawaii, memiliki adenium ibarat mengikuti perkembangan mode.

Beberapa tahun terakhir, mawar gurun itu berkembang menjadi tanaman yang lebih menarik melalui pembiakan selektif. Warna bunga lebih bervariasi. Lantaran jumlahnya melonjak, harga pun jatuh.

Dalam Hawaii Plant Expo yang diselenggarakan pertengahan 2000, adenium mendapat perhatian khusus. Tak hanya dijual, cara merawatnya pun didemonstrasikan.

Pada acara itu, berbagai varietas baru diperkenalkan. Harga jualnya berkisar US$20 sampai US$25 (Rp 165.000 sampai Rp206.250, red) untuk adenium setinggi 15 cm yang sedang berbunga. Untuk varietas khusus, harga dapat mencapai US$25 sampai US$100 (Rp206.250 sampai Rp825.000, red). Namun, harga tanaman US$50 (Rp412.500, red) saat pameran mungkin setara US$500 (Rp4,125-juta, red) beberapa tahun silam. Maklum, saat itu adenium masih tergolong langka.

Semula Disangka Oleander


[caption id="attachment_5640" align="aligncenter" width="718"] Oleander[/caption]

Hobiis adenium layak berterima kasih kepada Pehr Sorrskal. Sejarah mencatat, Pehr orang Eropa pertama yang melihat keindahan adenium.

Tim ekspedisi itu tiba di Yaman pada 1762. Di pantai selatan Semenanjung Arab itulah Pehr melihat adenium. Semula ia menduga itu oleander Nerium oleander. Itulah sebabnya dalam publikasi pertama berjudul Flora Aegyptiaco-Arabia, Pehr menulis adenium sebagai Nerium obesum. Nerium merupakan nama genus, oleander salah satu anggotanya. Penyebaran informasi pertama 13 tahun setelah ekspedisi.

Empat puluh empat tahun berselang, nama itu diralat oleh Johann Roemer dan Joseph Schultes. Mereka memberikan nama adenium, sebagai penghormatan terhadap Yaman. Pada masa lalu negara yang berlagu kebangsaan Pecae to the Land itu dikenal sebagai Oddaejn.
Lebih baru Lebih lama