Mycorrhiza alias fungi itu memang memberikan dampak nyata terhadap' peningkatan produksi tanaman. Itulah sumbangsih anggota famili Glomeraceae. Mereka menumpang di akar tepatnya di jaringan korteks beragam tanaman, termasuk bawang merah.
Ketika akar sulit mendapatkan fosfor, melalui hifa atau benang-benang halus nan panjang ia akan mengambilnya dari dalam tanah. Hebatnya, Mycorrhiza menyediakan fosfor sesuai kebutuhan tanaman.
Tidak kurang, tidak lebih. Begitu juga keperluan tanaman akan air dan unsur hara lain, juga disediakan oleh Glomus aggregatum. Bahkan ketika tanaman tumbuh di lahan berbatu cadas pun, Mycorrhiza mampu menembusnya.
Harmastini Sukiman, ahli mikrobiologi Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi mempunyai ilustrasi begini. Mycorrhiza ibarat orang yang dapat belanja untuk keperluan sehari-hari, tetapi tak dapat masak. Sedangkan tanaman inang seperti bawang merah, sulit menyediakan bahan kebutuhan pokok tetapi dapat memasak [1]
Akhirnya, pasokan bahan baku dari Mycorrhiza itu dimasak oleh tanaman inang. Setelah matang, Mycorrhiza Glomus aggregatum boleh menikmatinya. Kerja sama yang sempurna. Harmastini meneliti pemanfaatan Mycorrhiza selama 8 tahun, sejak 1998.
Alumnus Sydney University itu meneliti Mycorrhiza dengan periset dari berbagai lembaga seperti Pusat Penelitian Biologi dan Osaka Gas.
Harmastini mengisolasi Mycorrhiza di bawah tegakan dengan karier tanah. Oleh Subandi, pekebun bawang merah di Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul, Yogyakarta, Mycorrhiza itu dimanfaatkan sebagai pupuk. Semula Subandi memberikan 200 gram per lubang tanam.
Namun, pada penanaman musim berikutnya, ia mencairkan tanah yang mengandung Mycorrhiza. Bentuknya jadi seperti bubur berwarna cokelat. Nah, sebelum umbi lapis bawang merah ditanam, ia mecelupkannya dalam bubur Mycorrhiza itu.
Ketika panen, tekstur umbi lapis lebih keras, ukuran lebih besar. Total volume panen mencapai 20 sampai 23 ton per ha. Padahal, pria 57 tahun itu menanam bawang merah varietas tiron bantul bukan di lahan subur. Ia memanfaatkan lahan pasir di Pantai Samas, Yogyakarta. Lokasi lahan 1,5 km dari bibir pantai tempat pecahnya ombak. Toh, anggota famili Liliaceae itu tumbuh subur.
Daun tetap hijau dan tegak meski sepekan menjelang panen. Harap mafhum, Mycorrhiza juga menghasilkan hormon pertumbuhan.
Menurut Prof. Dr. Ir.Syekhfani,MS, ahli tanah dari Universitas Brawijaya, Mycorrhiza berperan melepas unsur fosfor yang diperlukan tanaman. Jika kekurangan unsur fosfor, “Tanaman tak dapat tumbuh normal,” ujar doktor Tanah alumnus Institut Pertanian Bogor itu.
Nah, Mycorrhiza itu mampu melepas ikatan fosfor. Caranya? Makhluk liliput itu mengeluarkan senyawa-senyawa organik seperti asam malat dan asam asetat untuk melepas-ikatan fosfor [2].
Dampaknya tanaman pun mampu mengambil unsur hara makro itu bagi pertumbuhannya. Dengan simbiosis itu pantas jika produksi bawang merah menjulang. “Selisih panen 5 sampai 7 ton per ha amat signifikan bagi pekebun,” ujar Fani.
Jika rata-rata harga jual bawang merah di tingkat pekebun 2.500 per kg, ia mengantongi tambahan Rp17,5-juta. Harga beli pupuk Mycorrhiza kini tersedia di pasaran Rp50.000 per kg. Bandingkan harga pupuk sejenis di Jepang, ¥11.000 setara Rp880.000 per kg.
Untuk luasan 1 ha, ia memerlukan 5 kg pupuk Mycorrhiza untuk dijadikan bubur. Artinya, ia menghabiskan Rp250.000 per ha. Yang menggembirakan, setelah menggunakan Mycorrhiza, penggunaan pupuk kimiawi turun 40 sampai 60%. Biasanya, Subandi menghabiskan Urea dan KC1 masing-masing 200 kg per periode tanam, serta 500 kg SP36. Artinya, ada penghematan belanja pupuk Rp856.000 sampai Rp1.284.000 per hektar.
Menurut Harmastini Mycorrhiza ramah lingkungan, tak menyebabkan polusi, dan aplikatif. Pupuk hayati itu dapat digunakan di persemaian, pembibitan, hingga di lahan. Apalagi pupuk kimia kerap mengalami keterlambatan sehingga waktu tanam juga terlambat,” ujar Harmastini.
Uji coba pada budidaya organik pun menghasilkan produksi tinggi. Dengan demikian, Mycorrhiza dapat digunakan dalam sistem budidaya organik dan nonorganik. Pemanfaatan Mycorrhiza dalam budidaya tanaman berdampak ganda: tanaman subur, produksi meningkat, dan penghasil senyawa antimikroba.
Beragam penyakit yang menyerang akar seperti layu fusarium pun dapat dicegah. Ada juga yang berpendapat, jika populasi Mycorrhiza berlebihan justru menjadi parasit. “Itu perlu penelitian untuk membuktikannya,” kata Fani
Manfaat Mycorrhiza tak hanya dirasakan pekebun bawang merah. Riset itu juga membuktikan Mycorrhiza memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi beragam tanaman anggota 67 famili lain di luar Liliaceae. Sekadar menyebut contoh, cabai anggota famili Solanaceae dan jagung (Gramineae) berproduksi meningkat setelah diberi Mycorrhiza. Makhluk liliput itu bukan sekadar indekos. Mereka menyediakan hara tanaman inang.
Ketika akar sulit mendapatkan fosfor, melalui hifa atau benang-benang halus nan panjang ia akan mengambilnya dari dalam tanah. Hebatnya, Mycorrhiza menyediakan fosfor sesuai kebutuhan tanaman.
Tidak kurang, tidak lebih. Begitu juga keperluan tanaman akan air dan unsur hara lain, juga disediakan oleh Glomus aggregatum. Bahkan ketika tanaman tumbuh di lahan berbatu cadas pun, Mycorrhiza mampu menembusnya.
Harmastini Sukiman, ahli mikrobiologi Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi mempunyai ilustrasi begini. Mycorrhiza ibarat orang yang dapat belanja untuk keperluan sehari-hari, tetapi tak dapat masak. Sedangkan tanaman inang seperti bawang merah, sulit menyediakan bahan kebutuhan pokok tetapi dapat memasak [1]
Bubur Mycorrhiza

Alumnus Sydney University itu meneliti Mycorrhiza dengan periset dari berbagai lembaga seperti Pusat Penelitian Biologi dan Osaka Gas.
Harmastini mengisolasi Mycorrhiza di bawah tegakan dengan karier tanah. Oleh Subandi, pekebun bawang merah di Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul, Yogyakarta, Mycorrhiza itu dimanfaatkan sebagai pupuk. Semula Subandi memberikan 200 gram per lubang tanam.
Namun, pada penanaman musim berikutnya, ia mencairkan tanah yang mengandung Mycorrhiza. Bentuknya jadi seperti bubur berwarna cokelat. Nah, sebelum umbi lapis bawang merah ditanam, ia mecelupkannya dalam bubur Mycorrhiza itu.
Ketika panen, tekstur umbi lapis lebih keras, ukuran lebih besar. Total volume panen mencapai 20 sampai 23 ton per ha. Padahal, pria 57 tahun itu menanam bawang merah varietas tiron bantul bukan di lahan subur. Ia memanfaatkan lahan pasir di Pantai Samas, Yogyakarta. Lokasi lahan 1,5 km dari bibir pantai tempat pecahnya ombak. Toh, anggota famili Liliaceae itu tumbuh subur.
Daun tetap hijau dan tegak meski sepekan menjelang panen. Harap mafhum, Mycorrhiza juga menghasilkan hormon pertumbuhan.
Cara Kerja Mycorrhiza
Menurut Prof. Dr. Ir.Syekhfani,MS, ahli tanah dari Universitas Brawijaya, Mycorrhiza berperan melepas unsur fosfor yang diperlukan tanaman. Jika kekurangan unsur fosfor, “Tanaman tak dapat tumbuh normal,” ujar doktor Tanah alumnus Institut Pertanian Bogor itu.
Nah, Mycorrhiza itu mampu melepas ikatan fosfor. Caranya? Makhluk liliput itu mengeluarkan senyawa-senyawa organik seperti asam malat dan asam asetat untuk melepas-ikatan fosfor [2].
Dampaknya tanaman pun mampu mengambil unsur hara makro itu bagi pertumbuhannya. Dengan simbiosis itu pantas jika produksi bawang merah menjulang. “Selisih panen 5 sampai 7 ton per ha amat signifikan bagi pekebun,” ujar Fani.
Jika rata-rata harga jual bawang merah di tingkat pekebun 2.500 per kg, ia mengantongi tambahan Rp17,5-juta. Harga beli pupuk Mycorrhiza kini tersedia di pasaran Rp50.000 per kg. Bandingkan harga pupuk sejenis di Jepang, ¥11.000 setara Rp880.000 per kg.
Untuk luasan 1 ha, ia memerlukan 5 kg pupuk Mycorrhiza untuk dijadikan bubur. Artinya, ia menghabiskan Rp250.000 per ha. Yang menggembirakan, setelah menggunakan Mycorrhiza, penggunaan pupuk kimiawi turun 40 sampai 60%. Biasanya, Subandi menghabiskan Urea dan KC1 masing-masing 200 kg per periode tanam, serta 500 kg SP36. Artinya, ada penghematan belanja pupuk Rp856.000 sampai Rp1.284.000 per hektar.
Efek ganda

Uji coba pada budidaya organik pun menghasilkan produksi tinggi. Dengan demikian, Mycorrhiza dapat digunakan dalam sistem budidaya organik dan nonorganik. Pemanfaatan Mycorrhiza dalam budidaya tanaman berdampak ganda: tanaman subur, produksi meningkat, dan penghasil senyawa antimikroba.
Beragam penyakit yang menyerang akar seperti layu fusarium pun dapat dicegah. Ada juga yang berpendapat, jika populasi Mycorrhiza berlebihan justru menjadi parasit. “Itu perlu penelitian untuk membuktikannya,” kata Fani
Manfaat Mycorrhiza tak hanya dirasakan pekebun bawang merah. Riset itu juga membuktikan Mycorrhiza memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi beragam tanaman anggota 67 famili lain di luar Liliaceae. Sekadar menyebut contoh, cabai anggota famili Solanaceae dan jagung (Gramineae) berproduksi meningkat setelah diberi Mycorrhiza. Makhluk liliput itu bukan sekadar indekos. Mereka menyediakan hara tanaman inang.
Referensi
[1] Sukiman, Harmastini. “The Use of Mycorrhizae for Improving the Quality of Seedling and Land Productivity in the City Area.” Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, vol. 1, no. 8, Dec. 2015, pp. 2021–26. smujo.id, doi:10.13057/psnmbi/m010829.
[2] Mycorrhizae. https://www2.nau.edu/~gaud/bio300/mycorrhizae.htm. Accessed 29 Apr. 2021.