Pemandangan di nurseri Borneo Exotics di dataran rendah Thalawathugoda, Sri Langka, membuat mulut berdecak kagum. Enam puluh pot Nepenthes ampullaria berkantong merah membentuk kantong-kantong roset, menutup wadah. Penampilannya jadi mirip hamparan karpet merah.
Kami pernah melihat pemandangan serupa di pedalaman Kalimantan Barat pada Juli silam. Namun, karpet ampullaria merah itu menghampar di alam. Nyaris tak pernah dijumpai yang tertata apik dalam pot. Trubus baru menemukannya sebulan kemudian dalam sebuah pameran Flora dan Fauna di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Karpet ampullaria dalam pot menghias stan milik Khuby Orchids.
Ada 2 warna berbeda yang terlihat: berkantong merah darah dan hijau bercak merah. Baru beberapa hari dipajang entuyut itu langsung berpindah tangan. Yang berwarna merah diboyong hobiis asal Bandung, sedangkan hijau bercak merah jadi koleksi hobiis di Jakarta. Lantaran langka kancung beruk karpet itu dilepas dengan harga Rp450.000/pot berdiameter 20 cm untuk yang merah. Sedangkan hijau bercak merah, Rp350.000/pot berdiameter 30 cm.
Wajar bila para hobiis terpikat Nepenthes ampullaria. Ia satu-satunya jenis nepenthes yang bisa membentuk kantong roset seperti karpet. Dengan perbanyakan apa pun biji, setek, anakan mampu membentuk hamparan karpet. Bila ditanam dari biji, karpet baru terbentuk setelah berumur 1 sampai 2 tahun; dari setek atau anakan butuh waktu 2 sampai 6 bulan.
Karpet terbentuk secara alamiah. Namun dengan perlakuan khusus, kantong roset jadi lebih rajin muncul dan tertata apik. Robert Cantley, BSc, managing director Borneo Exotics, membagi rahasia. “Potong saja setiap batang yang tumbuh ke atas. Kantong roset pasti terbentuk,” tuturnya. Ir Agustina Liestiawati, MP, pemilik Khuby Orchids juga melakukan hal serupa.
Lazimnya Nepenthes ampullaria berumur di atas 2 tahun sudah berkantong roset yang muncul di dalam dan permukaan media. Sayang, pertumbuhannya lambat. Untuk memacunya Lies memotong batang utama hingga tinggal 1 sampai 2 cm. Sedangkan Robert menyisakan 1 sampai 2 daun terbawah. Pemenggalan itu untuk merangsang pertumbuhan kantong roset lebih cepat dan dalam jumlah banyak. Jika terlihat ada batang vertikal yang tumbuh, potong lagi. Begitu seterusnya. Dengan begitu yang muncul hanya kantong roset yang membentuk karpet.
Menurut Agustina Liestiawati, yang juga dosen di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, ketakung yang batang atasnya dipotong, sebaiknya sudah memiliki kantong roset. Selang 2 sampai 6 bulan kemudian, kantong roset muncul dari ruas-ruas batang yang tertutup atau menjalar di media.
Berdasarkan pengalaman Robert, tanaman berumur 2 tahun membutuhkan waktu 18 bulan untuk menghasilkan 50 kantong roset. M Apriza Suska, hobiis nepenthes di Bogor, memacu kantong roset dengan menyiram air kelapa seminggu sekali.
Pengulangan 2 sampai 3 kali. Cara lain, setek batang ditanam secara horizontal di media. Setek yang diambil memiliki ruas atau buku. Kantong roset akan muncul dari ruas batang. Buang setiap batang yang tumbuh ke atas agar terbentuk karpet kantong.
Choon Thin Yat dari EQ Resources, Perak, Malaysia, menanam 2 Nepenthes ampullaria dalam satu pot. Dengan demikian kantong roset cepat muncul dan ukurannya besar karena persaingan antara keduanya. Kantong semar memperoleh nutrisi dari kantong.
Bila tanaman yang satu telah berkantong, maka tanaman yang lain akan terpacu membuat kantong agar dapat memperoleh makanan juga. “Jadi ada persaingan dari kedua tanaman itu,” ujar Choon. Untuk memperoleh karpet kantong, Choon membuang batang yang tumbuh ke atas rata dengan media.
Supaya pertumbuhan kantong roset optimal, perlu dukungan media yang baik dan pemupukan. Nepenthes menyukai media lembap dan porous. Robert menggunakan cocopeat, sedangkan Lies, moss. Kolektor anggrek spesies itu, setiap minggu memberi pupuk majemuk seimbang seperti Hyponex, Growmore, dan Gandasil sampai dan vitamin BI. Dosis setengah dari yang dianjurkan. Pemupukan dilakukan pagi supaya pupuk efektif terserap stomata yang terbuka pagi sampai siang hari.
Robert hanya memberikan Osmocot pupuk lambat urai dengan perbandingan NPK, 10:11:18, plus MgO dan TE. Dosis sangat rendah. Untuk pot berdiameter 30 cm cukup ditaburi 15 sampai 20 butir. “Jika terlalu banyak, warna kantong pudar,” ujar pria kelahiran Ghana, 12 Oktober 1958 itu.
Penyiraman cukup 2 sampai 3 kali sehari pada musim kemarau. Pada musim hujan frekuensi penyiraman dikurangi. Dengan melakukan cara seperti di atas, Nepenthes ampullaria tampil bagaikan permadani kantong.
Kami pernah melihat pemandangan serupa di pedalaman Kalimantan Barat pada Juli silam. Namun, karpet ampullaria merah itu menghampar di alam. Nyaris tak pernah dijumpai yang tertata apik dalam pot. Trubus baru menemukannya sebulan kemudian dalam sebuah pameran Flora dan Fauna di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Karpet ampullaria dalam pot menghias stan milik Khuby Orchids.
Ada 2 warna berbeda yang terlihat: berkantong merah darah dan hijau bercak merah. Baru beberapa hari dipajang entuyut itu langsung berpindah tangan. Yang berwarna merah diboyong hobiis asal Bandung, sedangkan hijau bercak merah jadi koleksi hobiis di Jakarta. Lantaran langka kancung beruk karpet itu dilepas dengan harga Rp450.000/pot berdiameter 20 cm untuk yang merah. Sedangkan hijau bercak merah, Rp350.000/pot berdiameter 30 cm.
Pesona Karpet Ampullaria
Wajar bila para hobiis terpikat Nepenthes ampullaria. Ia satu-satunya jenis nepenthes yang bisa membentuk kantong roset seperti karpet. Dengan perbanyakan apa pun biji, setek, anakan mampu membentuk hamparan karpet. Bila ditanam dari biji, karpet baru terbentuk setelah berumur 1 sampai 2 tahun; dari setek atau anakan butuh waktu 2 sampai 6 bulan.
Karpet terbentuk secara alamiah. Namun dengan perlakuan khusus, kantong roset jadi lebih rajin muncul dan tertata apik. Robert Cantley, BSc, managing director Borneo Exotics, membagi rahasia. “Potong saja setiap batang yang tumbuh ke atas. Kantong roset pasti terbentuk,” tuturnya. Ir Agustina Liestiawati, MP, pemilik Khuby Orchids juga melakukan hal serupa.
Lazimnya Nepenthes ampullaria berumur di atas 2 tahun sudah berkantong roset yang muncul di dalam dan permukaan media. Sayang, pertumbuhannya lambat. Untuk memacunya Lies memotong batang utama hingga tinggal 1 sampai 2 cm. Sedangkan Robert menyisakan 1 sampai 2 daun terbawah. Pemenggalan itu untuk merangsang pertumbuhan kantong roset lebih cepat dan dalam jumlah banyak. Jika terlihat ada batang vertikal yang tumbuh, potong lagi. Begitu seterusnya. Dengan begitu yang muncul hanya kantong roset yang membentuk karpet.
Menurut Agustina Liestiawati, yang juga dosen di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, ketakung yang batang atasnya dipotong, sebaiknya sudah memiliki kantong roset. Selang 2 sampai 6 bulan kemudian, kantong roset muncul dari ruas-ruas batang yang tertutup atau menjalar di media.
Berdasarkan pengalaman Robert, tanaman berumur 2 tahun membutuhkan waktu 18 bulan untuk menghasilkan 50 kantong roset. M Apriza Suska, hobiis nepenthes di Bogor, memacu kantong roset dengan menyiram air kelapa seminggu sekali.
Pengulangan 2 sampai 3 kali. Cara lain, setek batang ditanam secara horizontal di media. Setek yang diambil memiliki ruas atau buku. Kantong roset akan muncul dari ruas batang. Buang setiap batang yang tumbuh ke atas agar terbentuk karpet kantong.
Choon Thin Yat dari EQ Resources, Perak, Malaysia, menanam 2 Nepenthes ampullaria dalam satu pot. Dengan demikian kantong roset cepat muncul dan ukurannya besar karena persaingan antara keduanya. Kantong semar memperoleh nutrisi dari kantong.
Bila tanaman yang satu telah berkantong, maka tanaman yang lain akan terpacu membuat kantong agar dapat memperoleh makanan juga. “Jadi ada persaingan dari kedua tanaman itu,” ujar Choon. Untuk memperoleh karpet kantong, Choon membuang batang yang tumbuh ke atas rata dengan media.
Penampilan Prima

Robert hanya memberikan Osmocot pupuk lambat urai dengan perbandingan NPK, 10:11:18, plus MgO dan TE. Dosis sangat rendah. Untuk pot berdiameter 30 cm cukup ditaburi 15 sampai 20 butir. “Jika terlalu banyak, warna kantong pudar,” ujar pria kelahiran Ghana, 12 Oktober 1958 itu.
Penyiraman cukup 2 sampai 3 kali sehari pada musim kemarau. Pada musim hujan frekuensi penyiraman dikurangi. Dengan melakukan cara seperti di atas, Nepenthes ampullaria tampil bagaikan permadani kantong.
- Siapkan pot berdiameter 30 cm berisi media cocopeat atau sphagnum moss.
- Tanam bibit Nepenthes ampullaria asal anakan atau setek.
- Pelihara Nepenthes ampullaria hingga muncul kantong roset di permukaan media.
- Potong batang yang tumbuh ke atas hingga tinggal 1 sampai 2 cm atau tinggalkan 1 sampai 2 daun dari permukaan media.
- Kantong roset tumbuh 2 sampai 6 bulan kemudian.
- Potong kembali setiap batang yang tumbuh ke atas sampai kantong roset tumbuh memenuhi permukaan media. Karpet kantong Nepenthes ampullaria diperoleh dalam 2 tahun.
