Senin, 05 April 2021

Penanaman Salak Udang di Pasaman, Sumatera Barat: Sentra Buah Segar yang Menggoda Selera

Kelezatan Salak Udang dan Sentra Penanaman Salak di Pasaman

Tuk..tuk..tuk.... Dengan cekatan, Rahmi Lubis mengayunkan golok di tangan kanannya, memisahkan setandan salak dari pohon dalam hanya tiga tebasan. Ketika dikupas, daging buah salak tersebut terlihat berwarna merah gading yang memikat. Rasanya manis, segar, dan mengandung banyak air tanpa rasa sepat dan masir. Inilah salak udang asli Pasaman, sebuah kelezatan yang menggugah selera.

Salak Pasaman

Penanaman Salak Udang di Pasaman, Sumatera Barat

Pada suatu Minggu pagi di pertengahan bulan Juni, seorang teman mengajak kami untuk menyusuri jalan beraspal di Desa Tampus, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman. "Ayo, mari kita menikmati salak gratis di kebun," ajaknya. Meskipun tidak sepenuhnya gratis, pengunjung diperbolehkan menikmati salak sepuasnya dengan syarat harus membayar untuk salak yang dibawa pulang.

Kami melalui pemukiman yang tidak begitu padat, dan di sepanjang jalan terlihat kebun-kebun salak yang terhampar di kiri dan kanan. Suasananya sepi dan sedikit remang-remang karena tajuk pohon yang rimbun. Hal ini wajar karena kebanyakan pohon Salacca edulis yang tumbuh di sana berumur di atas 10 tahun.

Mengunjungi Kebun Salak dan Hasil Panen di Pasaman

Di salah satu kebun, terlihat sepeda Rahmi Lubis tersandar di dekat pintu masuk. Rahmi, seorang perempuan yang baru satu tahun terakhir mengontrak kebun milik seorang juragan tanah, sedang sibuk memanen salak bersama sang suami. "Kami akan menjualnya besok di Pasar Ujunggading," ujarnya. Senin adalah hari pasaran di ibukota kecamatan Lembah Melintang.

Kami pun berkeliling kebun, mendampingi perempuan paruh baya ini dalam proses panen. Setiap kali satu tandan salak dipanen, beberapa buah diberikan kepada kami untuk dicicipi. Rasanya manis dan segar dengan sedikit rasa asam. Kadar airnya tinggi, daging buahnya tebal dan renyah tanpa rasa sepat dan masir.

Yang menarik, dalam satu tandan salak seringkali muncul buah dengan daging yang berwarna merah seperti kulit udang. Biasanya, salak memiliki warna kuning gading. Diduga, ada persilangan alami dengan salak sidempuan asal Medan yang menghasilkan varietas salak udang. Setelah puas berkeliling kebun, kami membeli sekeranjang salak dengan harga Rp20.000 untuk 100 buah.

Pasaman, Sentra Penanaman Salak Terbesar di Sumatera Barat

Meskipun salak udang belum sepopuler salak pondoh, namun di Sumatera Barat, salak udang telah menjadi buah yang terkenal. Sentra penanaman salak tersebar di Kecamatan Pasaman, Lubuksikaping, Gunungtuleh, dan Ujunggading, dengan penanaman terluas terjadi di Lubuksikaping.

Total luas panen pada tahun ini mencapai 195 hektar dengan produksi sebanyak 1.450 ton. Luas penanaman yang begitu besar menjadikan Pasaman sebagai sentra penanaman salak terbesar di Sumatera Barat. Pohon-pohon salak ditanam di kebun-kebun perorangan dengan rata-rata kepemilikan lahan 1 hektar. Ada yang dikelola sendiri maupun dikontrakkan kepada pihak lain, seperti yang dilakukan oleh Rahmi Lubis. Dengan membayar sewa sebesar Rp1,5 juta per hektar per tahun, Rahmi memiliki seluruh hasil panen salak sebagai miliknya.

Salak Udang, Kelezatan Tersembunyi yang Menggoda

Meskipun belum sepopuler jeruk, salak udang tetap memiliki penggemar yang setia. Dalam acara resmi yang diadakan oleh dinas pertanian setempat, salak udang sering menjadi hidangan istimewa. Buah ini juga menjadi oleh-oleh favorit bagi para pelancong yang mengunjungi Lubuksikaping. Tidaklah mengherankan bahwa salak udang yang dijual di dekat gudang Dolog di antara Lubuksikaping dan Bukittinggi memiliki keunikan tersendiri.

Di sebuah kedai sederhana di Desa Muaramangguang, salak udang jumbo dan manis ditawarkan kepada pengunjung. Menurut Emmi, jenis salak yang dijual di sana sama dengan yang di tempat lain. Hanya saja, salak yang dijual di kedai ini telah melalui proses sortiran sehingga hanya yang besar dan matang yang dipilih sehingga rasanya lebih manis. Harga salak udang di kedai ini berkisar antara Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram, lebih mahal daripada harga salak biasa yang dijual seharga Rp3.000 hingga Rp3.500 per kilogram.

Pemanfaatan Potensi Salak Udang dan Kelezatannya

Meskipun salak udang belum mampu bersaing dengan popularitas jeruk, namun potensi salak udang sebagai komoditas unggulan di Pasaman tidak dapat diabaikan. Dalam upaya memasarkan salak udang, perlu adanya kerjasama antara pemerintah, petani, dan pengusaha agar salak udang dapat menembus pasar Jakarta dan wilayah lain di Indonesia.

Selain itu, perlu pula perhatian dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi salak udang. Peningkatan keahlian petani dalam penanaman dan perawatan tanaman salak, serta penerapan teknologi modern, dapat membantu dalam meningkatkan hasil panen. Dengan harga yang lebih tinggi dan permintaan yang terus meningkat, petani salak udang di Pasaman dapat mengoptimalkan potensi ekonomi lokal.

Kesimpulan

Salak udang asli Pasaman merupakan salah satu kelezatan kuliner yang layak untuk dijelajahi. Dengan sentra penanaman salak terbesar di Sumatera Barat, Pasaman menjadi tempat yang ideal untuk menemukan salak udang segar dan berkualitas. Potensi salak udang sebagai komoditas unggulan perlu terus dikembangkan melalui peningkatan produksi dan pemasaran yang efektif.

Dengan harga yang lebih tinggi dan permintaan yang terus meningkat, petani salak udang di Pasaman memiliki peluang yang cerah untuk mengembangkan ekonomi lokal. Semoga dengan adanya perhatian yang lebih dalam terhadap salak udang, kelezatan buah ini dapat dinikmati oleh masyarakat yang lebih luas dan menjadi salah satu komoditas unggulan Sumatera Barat yang dikenal secara nasional maupun internasional.

Document last updated at: Minggu, 4 Apr 2021