Packing Buah Nan Cantik Dan Ekonomis

Nun di Bukit Naftali, Israel, Sardi Duryatmo, wartawan Trubus, melihat proses pengemasan buah yang lebih canggih di Kibbutz Iftach. Dengan sistem komputer, pekerjaan pengemasan buah jadi lebih singkat. Boks-boks berukuran 2 mx l,5mx 1 m berisi apel diangkat menggunakan forklift. Lalu isinya ditumpahkan ke dalam bak berair sedalam 50 cm.

Di sana apel dicuci secara mekanis sebelum “dialirkan” untuk disortir. Apel berkualitas baik tanpa luka, terus berjalan di lorong berair sepanjang 10 m. Apel berkualitas jelek langsung masuk keranjang sampah. Proses pencucian berlangsung 3 kali sehingga buah benar-benar bersih.

Setelah ditiriskan, apel dikemas dalam boks putih berkapasitas 7 kg dan siap diekspor ke negara-negara di Timur Tengah dan Eropa.

Wadah Yang Panjang


[caption id="attachment_9286" align="aligncenter" width="605"] Buah tampil lebih eksklusif[/caption]

Kemasan buah pisang di Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, dan apel di Kibbutz Iftach, Israel, sama-sama menggunakan boks kardus berflute. Dengan begitu buah tetap aman selama perjalanan,” tambah Adrian Arditiar, anggota Customer Service Team PT Indah Kiat Pulp & Paper Serang Mill, Banten. Tingkat kerusakan buah saat pengangkutan kecil, hanya 10%.

Umumnya kardus buah memiliki banyak lubang dan bagian terbuka. “Dengan adanya pori-pori, buah bisa bernapas,” tutur Darius Tamizi, manajer produksi PUAS Molded Pulp Products di Medan. Dengan begitu aerasi udara selama perjalanan berlangsung baik sehingga kualitas buah terjaga dan tak gampang busuk.

Selain alat kemas, boks buah berfungsi sebagai wadah pajang. Kerusakan buah akibat pemindahan wadah dapat dihindari. Contohnya boks apel yang digunakan Kibbutz Iftach. Tinggi kardus di dua sisi pinggir hanya setengah dari dua sisi lainnya.

Pada 2 sisi yang tertutup penuh, di bagian tengahnya terdapat lubang berbentuk elips yang berfungsi sebagai pegangan ketika boks diangkat. Di bagian atasnya ada pengaman berupa tambahan kuping. Fungsinya sebagai penyangga dan pemersatu boks saat ditumpuk. Bagian atas terbuka sehingga apel bisa langsung dijual tanpa proses pemindahan wadah.

Supaya pas sebagai wadah pajang, boks didesain sebagus mungkin. Pada bagian luar boks tertera gambar jenis buah, nama buah, dan nama produsen buah. Tak hanya itu, warna boks pun beragam, ada yang kuning, putih, hijau, merah, dan hitam. Dengan begitu penampilannya tampak menarik untuk dipakai sebagai wadah pajang.

Sesuai karakter


[caption id="attachment_9285" align="aligncenter" width="1389"] Ragam kemasan sesuai jenis buah[/caption]

Bentuk boks biasanya disesuaikan dengan karakter dan ukuran buah. Sebut saja stroberi yang dikemas dalam KKG kecil, 25 cm x 20 cm x 10 cm, mampu menampung 4 kg buah. Keempat sisi kardus dibuat 2 lapis dengan jarak antara lapisan dalam dan luar 1 cm.

Kemasan jadi tebal dan lebih tahan benturan. Sementara melon dimasukkan dalam KKG yang lebih besar, 50 cm x 40 cm x 20 cm, berkapasitas 12 kg. Kemasan terdiri dari 2 bagian: penutup dan bawah. Setiap sisi bagian penutup terdiri dari satu lapis kardus, sedangkan 4 sisi bagian bawah, 2 lapis. Total jenderal, sisi-sisi kemasan berlapis 3. Kemasan seperti itu memiliki ketahanan tekanan 498 kg, ketahanan retak 17,54 kgf/cm2, dan dapat disusun 12 tumpuk.

Dalam kotak kardus bergelombang, buah disusun rapi satu per satu dengan cara diberdirikan. Bila mau ditumpuk, antarbuah diletakkan fruit tray dengan bentuk sesuai jenis buah seperti yang diproduksi PUAS Molded Pulp Products di Medan. Buah seperti berada di dalam lubang. Misalnya tomat, lekukan karton tidak menyentuh buah lantaran buah lembek.

Beda dengan apel yang keras. Lekukan karton dibuat menyentuh buah sehingga apel tak bergerak. Dengan lapisan karton itu, buah aman dari gesekan yang mengakibatkan kerusakan selama perjalanan. Kelebihan lain, “Memudahkan proses penghitungan,” ujar Darius. Bandingkan dengan buah yang ditumpuk dalam keranjang, pasti sulit dan lama untuk mengetahui jumlahnya.

Sayang, kebutuhan kemasan yang sesuai dengan jenis buah belum banyak mendapat perhatian dari pekebun dan pedagang di Indonesia. Selama ini, kemasan buah hanya berfungsi sebagai alat angkut sehingga tak membedakan bentuk dan karakter setiap jenis buah. Saat Trubus berkunjung ke Barusjahe, Karo, Sumatera Utara, pada awal Agustus 2007, Agus, pengumpul buah, mengemas jeruk ke dalam keranjang bambu.

Eksklusif


Di lokasi lain, keranjang yang sama dipakai sebagai kemasan pepaya, pisang, melon, dan jambu biji. Kemasan lain yang sering digunakan pekebun buah di tanahair: boks kayu albisia, keranjang rotan, atau keranjang plastik. Intinya, satu kemasan untuk banyak komoditas.

Padahal, dengan bentuk kemasan seperti itu penampilannya menjadi kurang menarik. Buah rusak selama perjalanan cukup tinggi. Bayangkan bila tomat ditumpuk dalam keranjang bambu setinggi 1 m, dipastikan yang terletak paling bawah tergencet sehingga rusak.

Keuntungan lain menggunakan KKG, ramah lingkungan lantaran berasal dari limbah kertas. Contohnya kardus yang diproduksi PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill dan fruit tray yang diproduksi PUAS Molded Pulp Products. Sebagian besar hasil produksi kedua perusahaan itu lebih banyak diminati konsumen luar negeri.

PT Indah Kiat Pulp and Paper Products mengekspor kemasan buah kardus ke Australia sejak 5 tahun silam. “Kami mengekspor berkisar 600.000 lembar karton/bulan,” ujar Freddy H.L. Manullang, marketing deputy general manager PT Cakrawala Mega Indah di Serang. Sementara PUAS mengekspor fruit tray ke Korea Selatan.

Di tanahair, KKG mulai digunakan produsen buah besar seperti PT Masindo Mitra Mandiri dan PT Sewu Segar Nusantara. Kedua produsen buah itu menggunakan kotak kardus bergelombang untuk mangga, manggis, rambutan, dan pisang untuk pasar ekspor dan dalam negeri. Dengan KKG, buah aman selama transportasi dan tampil lebih eksklusif di pasar tanahair maupun mancanegara.
Lebih baru Lebih lama