"Hmm.... Sueger, Rek," ujar seorang pedagang di Pasar Banyakan, Kediri, berpromosi. Dengan cekatan buah dibelah dan disodorkan kepada Kami. Rasanya manis dan sedikit asam menyegarkan. Penampilannya sangat menggiurkan. Kulit buah merah jingga seperti udang rebus dan daging kuning menarik. Karena itulah ia dinamai podang urang (Bahasa Jawa, urang = udang, red).
Buah sebesar kepalan tangan itu mudah dikenali. Bentuk jorong berparuh, semakin cantik dengan warna merah cerah bersemburat kuning. Dari jauh tercium aroma buah yang tajam. Tak heran kehadirannya menyedot perhatian pengunjung pasar swalayan Hero di Jakarta. Pada panen tahun lalu, di sana ia dijual Rp15.000 sampai Rp20.000/kg. Lebih mahal daripada arumanis yang hanya berkisar Rp 12.000 sampai Rp 15.000/kg.
Daging buah kuning berserat halus. Rasa manis dengan sedikit asam menyegarkan. Kombinasi warna dan rasa seperti itu kegemaran konsumen luar negeri. Terutama Singapura, Jepang, Korea, dan beberapa negara di Eropa. Terbukti melalui pengepul di Batam si merah jingga itu mulai masuk ke negeri Singa.
[caption id="attachment_6050" align="aligncenter" width="1301"]
Pohon warisan, berusia 75 tahun[/caption]
Podang urang banyak ditemukan di Kabupaten Kediri. Penanaman meluas hingga ke Blitar dan Tulungagung. Namun, podang urang di Kediri yang paling enak. Di sana lebih dari 500 ribu pohon tersebar di 5 kecamatan, yakni Semen, Tarokan, Grogol, Banyakan, dan Mojo. Tak hanya di pekarangan, ia juga banyak ditanam di daerah perbukitan lahan kering, terutama di lereng Gunung Wilis.
Menurut Ir Baswarsiati, MS, peneliti BPTP (Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian) Jawa Timur, mangga podang di Kediri merupakan warisan nenek moyang. Rata-rata berumur puluhan hingga ratusan tahun. Itu tampak dari lingkar batang yang mencapai 2 m. Tak jarang umur pohon melebihi usia pemiliknya. Contoh Maijan,60 tahun. Petani di Kecamatan Banyakan, itu memiliki pohon berusia 75 tahun. “Meski tua produktivitas masih mencapai 60 sampai 100 kg/pohon,” tutur Baswarsiati.
Panen raya sekitar Oktober sampai Januari. Walau demikian ada juga yang panen di luar musim, seperti Agustus. Saat panen raya, muncul pasar kagetan khusus mangga podang urang di Banyakan. Di sana para pedagang siap menanti setoran mangga dari petani di sekitar Kediri. Dari sana buah dipasarkan hingga ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dan Batam. Harga rata-rata di tingkat pengepul Rp2.000/kg, sampai di tangan konsumen Rp4.000 sampai Rp5.000/kg.
[caption id="attachment_6052" align="aligncenter" width="1351"]
Merah Jingga, mengundang selera[/caption]
Sayangnya meski penampilan sama, rasa kerap berbeda. Podang urang masih dikembangkan dari biji. Akibatnya produksi tidak seragam, terutama rasa. Karena itu BPTP Jawa Timur yang dimotori Baswarsiati mencoba mensosialisasikan peremajaan secara vegetatif.
“Melalui sistem sambung diharapkan hasil lebih seragam dan produktif. Entres diambil dari tanaman induk berproduktivitas tinggi, mutu terbaik, dan tahan hama penyakit. Tujuannya agar hasil tanaman perbanyakan sesuai pohon induk,” ungkap wanita yang mahir memainkan kolintang itu.
Pohon induk diambil dari Tarokan dan Banyakan. Hasil penelitian BPTP Jawa Timur menunjukkan kedua kecamatan itu menghasilkan buah dengan rasa dan kualitas lebih baik. Di lokasi penanaman awal itu belum banyak terjadi segregasi kualitas buah.
Tiga tahun setelah sambung, tanaman hanya menghasilkan 10 kg/pohon. Selanjutnya meningkat terus. Produksi maksimal 100 sampai 200 kg/pohon tercapai saat tanaman berumur 10 sampai 15 tahun. Setelah itu kembali menurun seiring bertambahnya umur tanaman.
Buah sebesar kepalan tangan itu mudah dikenali. Bentuk jorong berparuh, semakin cantik dengan warna merah cerah bersemburat kuning. Dari jauh tercium aroma buah yang tajam. Tak heran kehadirannya menyedot perhatian pengunjung pasar swalayan Hero di Jakarta. Pada panen tahun lalu, di sana ia dijual Rp15.000 sampai Rp20.000/kg. Lebih mahal daripada arumanis yang hanya berkisar Rp 12.000 sampai Rp 15.000/kg.
Daging buah kuning berserat halus. Rasa manis dengan sedikit asam menyegarkan. Kombinasi warna dan rasa seperti itu kegemaran konsumen luar negeri. Terutama Singapura, Jepang, Korea, dan beberapa negara di Eropa. Terbukti melalui pengepul di Batam si merah jingga itu mulai masuk ke negeri Singa.
Warisan keluarga
[caption id="attachment_6050" align="aligncenter" width="1301"]

Podang urang banyak ditemukan di Kabupaten Kediri. Penanaman meluas hingga ke Blitar dan Tulungagung. Namun, podang urang di Kediri yang paling enak. Di sana lebih dari 500 ribu pohon tersebar di 5 kecamatan, yakni Semen, Tarokan, Grogol, Banyakan, dan Mojo. Tak hanya di pekarangan, ia juga banyak ditanam di daerah perbukitan lahan kering, terutama di lereng Gunung Wilis.
Menurut Ir Baswarsiati, MS, peneliti BPTP (Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian) Jawa Timur, mangga podang di Kediri merupakan warisan nenek moyang. Rata-rata berumur puluhan hingga ratusan tahun. Itu tampak dari lingkar batang yang mencapai 2 m. Tak jarang umur pohon melebihi usia pemiliknya. Contoh Maijan,60 tahun. Petani di Kecamatan Banyakan, itu memiliki pohon berusia 75 tahun. “Meski tua produktivitas masih mencapai 60 sampai 100 kg/pohon,” tutur Baswarsiati.
Panen raya sekitar Oktober sampai Januari. Walau demikian ada juga yang panen di luar musim, seperti Agustus. Saat panen raya, muncul pasar kagetan khusus mangga podang urang di Banyakan. Di sana para pedagang siap menanti setoran mangga dari petani di sekitar Kediri. Dari sana buah dipasarkan hingga ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dan Batam. Harga rata-rata di tingkat pengepul Rp2.000/kg, sampai di tangan konsumen Rp4.000 sampai Rp5.000/kg.
Tumbuh Seragam
[caption id="attachment_6052" align="aligncenter" width="1351"]

Sayangnya meski penampilan sama, rasa kerap berbeda. Podang urang masih dikembangkan dari biji. Akibatnya produksi tidak seragam, terutama rasa. Karena itu BPTP Jawa Timur yang dimotori Baswarsiati mencoba mensosialisasikan peremajaan secara vegetatif.
“Melalui sistem sambung diharapkan hasil lebih seragam dan produktif. Entres diambil dari tanaman induk berproduktivitas tinggi, mutu terbaik, dan tahan hama penyakit. Tujuannya agar hasil tanaman perbanyakan sesuai pohon induk,” ungkap wanita yang mahir memainkan kolintang itu.
Pohon induk diambil dari Tarokan dan Banyakan. Hasil penelitian BPTP Jawa Timur menunjukkan kedua kecamatan itu menghasilkan buah dengan rasa dan kualitas lebih baik. Di lokasi penanaman awal itu belum banyak terjadi segregasi kualitas buah.
Tiga tahun setelah sambung, tanaman hanya menghasilkan 10 kg/pohon. Selanjutnya meningkat terus. Produksi maksimal 100 sampai 200 kg/pohon tercapai saat tanaman berumur 10 sampai 15 tahun. Setelah itu kembali menurun seiring bertambahnya umur tanaman.
Terima kasih telah berpartisipasi mempromosikan mangga Podang Urang...semoga semakin menasional dan pangsa pasar ekspor meningkat
BalasHapus