Jawa Barat, belum juga dapat memenuhi permintaan. "Berapa pun akan saya tampung," kata peternak di Rancamaya, Bogor, Jawa Barat, itu.
Peningkatan permintaan bibit patin dirasakan Erik panggilan Eric Lesmana sejak 3 bulan silam. Ia mensinyalir peningkatan itu karena musim tebar di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. "Biasanya awal musim hujan yang jatuh pada Oktober," kata alumnus Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat.
Bibit yang diminta bervariasi, 0,5 sampai 0,75 inci dan 1 inci. Itu tergantung kebutuhan peternak pembesar. Namun,kebanyakan mereka membeli bibit berukuran 1 inci ke atas karena aman diangkut ke luar kota. Jika terlalu besar, sirip atas sudah keras dan jika bergesekan saat diangkut dapat menimbulkan luka. Harga bibit ukuran 1 inci ke atas berkisar Rp80 sampai Rp90 per ekor.
Saat ini usaha yang dirintis Erik sejak 1999 itu mampu memproduksi 100.000 sampai 150.000 benih berbagai ukuran per bulan. Jumlah itu sesuai dengan kapasitas 70 akuarium ukuran 1 m x 0,3 m x 0,4 m, masing-masing berisi 1.500 sampai 2.000 ekor.
[caption id="attachment_16959" align="aligncenter" width="1024"]

Dengan harga Rp80/ekor, manajer HRD di sebuah laboratorium kesehatan di Jakarta Barat itu mengantongi laba Rp3-juta/bulan.
Pasokan yang Stabil
Yang juga kerepotan memenuhi permintaan bibit adalah Jeffry Jow, pembenih di Karanganyar, Jawa Tengah. Sejak satu setengah tahun silam ia pontang-panting memenuhi pesanan sebanyak 300.000 sampai 400.000 bibit berukuran 1 inci per 2 minggu dari pelanggan di Jawa Timur. Permintaan meningkat ketika ia menerima pesanan dari Sumatera. Saat ini kapasitas produksi paling banter separuhnya. "Kadang saya harus minta ke pembenih di Bogor," ujarnya.
Tingginya perniintaan juga diakui Budi, pembenih di Desa Maleber, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Ia terpaksa menolak permintaan 50.000 bibit/ minggu lantaran produksi minim. "Jangankan segitu. Separuhnya saja belum ada," katanya.
Budi memperkirakan permintaan bibit bakal melonjak pada Oktober sampai Januari. Pasalnya, ikan mas rawan penyakit bila ditebar saat penghujan. Di situlah patin untuk mensubstitusi ikan mas.
Menurut Euis S. Djohan, pembenih di Bogor Utara, Jawa Barat, penjualan bibit Pangasius pangasius itu boleh dikatakan hampir tak ada masalah. Prospek cat fish itu cukup baik. Ia rutin memasok 200.000 bibit/bulan ke pelanggan tetap di Sumatera dan Kalimantan. "Jumlah produksi bisa ditingkatkan bila banyak pesanan," kata penanggung jawab Taufan’s Fish Farm itu. Selain mengandalkan induk sendiri, ia juga bermitra dengan pembenih skala kecil di Ciampea, Bogor, Jawa Barat.
Sejak 2 tahun silam, harga bibit patin stabil, fluktuasi hanya selisih Rp 10. Ini menarik minat orang untuk membenihkan keluarga Pangasidae itu. Dengan begitu mereka berharap keuntungan bakal diraup. Menurut Euis modal per ekor Rp40 sampai Rp50. Jika seekor induk bertelur 100.000 dan tingkat kelulusan hidup 70%, maka pembenih mengantongi laba Rp2,8-juta/ bulan. Itu sudah dipotong biaya penyusutan sarana, seperti kolam, bak, dan akuarium.
[caption id="attachment_16962" align="aligncenter" width="1024"]

Pepen Effendi, pembenih di Cianjur, Jawa Barat pun sudah ancang-ancang dengan 20 induk untuk mesin produksi benih sejak September 2004. Ia mentargetkan produksi 150.000 bibit/ bulan. Namun, saat dihubungi Budidaya tani induk masih disimpan di jaring apung di Cirata, Cianjur, Jawa Barat. "Musim pemijahan di perkirakan November hingga Desember," katanya.
Lokasi tertentu
Meski sekilas manis, ternyata beragam kendala sudah menanti. "Patin termasuk ikan rewel dan sulit," kata Erik. Kematangan gonad sulit diprediksi sehingga telur gagal menetas atau keluar sebagian. Dosis dan cara penyuntikan ovaprim ormon pemacu kematangan telur kadang tidak seragam. Keberhasilan memijahkan sangat tergantung kondisi induk dan lingkungan.
Kelangsungan hidup benih juga terkait dengan musim. Di beberapa lokasi terjadi masa seret alias sulit produksi pada Juni sampai Agustus. Bulan bagus untuk pemijahan jatuh pada Oktober sampai Januari. Saat itulah pembenih menuai untung lantaran benih melimpah.
Burayak pun perlu penanganan khusus agar tingkat kelangsungan hidup meningkat. Benih butuh air ber-pH 6,5. Patin tidak dapat dibenihkan di sembarang lokasi. Angka pH yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kondisi benih drop dan mati.
"Di Sumatera dan Kalimantan rata-rata airnya ber-pH 7 sehingga tingkat kematian tinggi," ujar Dr Rudhy Gustiano, peneliti di Balai Riset Perikanan Air Tawar di Bogor, Jawa Barat. Patin juga butuh air jernih dan suhu hangat, 29°C.
Setelah berhasil memijahkan, kendala lain menghadang. Saat pertama kali melepas bibit, Agus Safari, pembenih di Ciomas, Bogor, harus bergabung dengan pembenih besar. "Kayaknya ngga mungkin menawarkan sendiri ke peternak," ujarnya. Setelah jalur pemasaran lancar, justru pembeli yang datang atau memesan lewat telepon. Jika harga cocok, bibit dikirim.
Bila kendala itu mampu diatasi, segmen pembenihan patut dilirik sebagai usaha yang menjanjikan. Itulah yang dialami Suhemi, pembenih di Desa Kotomesjid, Kecamatan Tigabelas Kotokampar, Kampar. Kini, sebanyak 200.000 bibit berukuran 1 inci laris manis dikirim ke pelanggan di sekitar Riau. Dengan harga Rpl50/ekor, sekitar Rp30-juta masuk ke kantongnya. Untuk itu, ia rela bangun tengah malam dan keluar rumah menengok burayak di bak pembenihan. Di tempat itu ada mesin pencetak uang yang bakal memenuhi pundi-pundinya. (Pandu Dwilaksono)