Jadi Pekebun Krisan Sukses dengan Strategi Pemasaran ke Pasar Ekspor yang Terbuka!

Jadi Pekebun Krisan Sukses dengan Strategi Pemasaran ke Pasar Ekspor yang Terbuka!

Bisnis krisan mengalami masa kejayaan kembali setelah beberapa bulan yang sulit. Permintaan terhadap bunga krisan meningkat pesat, dan produsen serta pekebun mengalami pemulihan yang signifikan. Kejadian ini menjadi fenomena menarik dalam industri krisan yang pernah mengalami tantangan besar.

Seiring dengan meningkatnya permintaan, para pebisnis krisan seperti Piet Christian menghadapi situasi di mana stok krisan habis terjual bahkan sebelum mencapai pasar utama di Jakarta. Kebutuhan akan krisan kembali tinggi, baik oleh konsumen individu maupun produsen besar seperti Alam Indah Bunga Nusantara (AIBN) dan Kebun Ciputri.

Pekebun Krisan Mengepack Krisan untuk Dikirim
Pekebun Krisan dengan Teliti Mengepack Krisan Sebelum Pengiriman

Peningkatan Permintaan Krisan Mendorong Pemulihan Bisnis Krisan

Sebelumnya, bisnis krisan menghadapi penurunan permintaan yang signifikan akibat berbagai faktor, termasuk masalah ekonomi dan keamanan. Banyak pekebun kecil terpaksa menutup usahanya, sementara produsen besar mengurangi produksi secara drastis. Akibatnya, harga krisan turun secara tajam, memberikan dampak yang merugikan petani.

Namun, beberapa pekebun bunga seperti Ciputri mencoba mencari alternatif bisnis dengan menanam sayuran, seperti tomat, cabai merah, paprika, buncis, dan kentang. Namun, mereka menemui tantangan baru karena fluktuasi harga sayuran yang tidak stabil. Akhirnya, mereka kembali ke bisnis asal mereka, yaitu bunga potong.

Saat ini, produksi bunga krisan di Kebun Ciputri mencapai 400 sampai 500 ikat per hari, namun permintaan masih melebihi produksi mereka. Oleh karena itu, mereka harus mencari produsen lain untuk memenuhi permintaan tersebut, dengan melakukan penyortiran kualitas terlebih dahulu.

AIBN juga menghadapi pengalaman serupa dan telah mempersiapkan diri untuk meningkatkan produksi mereka. Mereka bahkan telah menjadwalkan produksi hingga 800 ikat per hari. Selain itu, AIBN juga berhasil memperluas jaringan pasar mereka, termasuk ekspor ke Brunei, Singapura, Jepang, dan Abu Dhabi.

Krisan potong yang menjadi favorit konsumen di pasar ekspor adalah jenis krisan standar berwarna kuning. Pasar ekspor menjadi peluang besar bagi AIBN, terutama dengan fluktuasi nilai tukar yang menguntungkan. Di pasar lokal, permintaan juga tetap tinggi meskipun harga yang ditawarkan cukup mahal, karena konsumen memiliki preferensi terhadap kualitas dan jenis krisan tertentu.

Perubahan selera konsumen juga mempengaruhi permintaan. Krisan standar, yang sebelumnya diabaikan, kini menjadi primadona baru. Beberapa produsen mematok harga lebih tinggi untuk krisan standar yang berkualitas. Namun, kesulitan dalam menghasilkan krisan berkualitas tinggi menjadi salah satu faktor penentu harga yang tinggi tersebut.

Pasar krisan tetap dipengaruhi oleh musim tertentu seperti musim perkawinan, Natal, Lebaran, Tahun Baru, dan Imlek. Permintaan biasanya meningkat saat periode ini, namun ada bulan-bulan khusus seperti Ramadhan, Muharam, dan Safar di mana permintaan cenderung sepi.

Tantangan dan Peluang di Pasar Krisan

Beberapa bulan yang lalu, bisnis krisan menghadapi tantangan besar akibat penurunan permintaan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah ekonomi dan keamanan. Banyak pekebun kecil terpaksa menutup usahanya, sementara produsen besar mengurangi produksi secara drastis. Akibatnya, harga krisan turun secara tajam, memberikan dampak yang merugikan petani. Namun, saat ini bisnis krisan mengalami pemulihan yang signifikan, dengan permintaan yang meningkat pesat.

Seorang pekebun krisan sedang mengepak krisan untuk dikirim ke luar kota.
Pekebun krisan dengan hati-hati mengepak bunga krisan yang indah, siap dikirim ke berbagai kota di seluruh negeri.

Masa Depan Cerah untuk Bisnis Krisan

Pemulihan bisnis krisan menunjukkan adanya potensi dan peluang bagi industri ini. Permintaan yang tinggi menunjukkan bahwa krisan memiliki daya tarik yang kuat bagi konsumen baik di pasar lokal maupun ekspor. Selain itu, pengalaman yang dialami oleh produsen dan pekebun krisan dalam menghadapi tantangan sebelumnya juga mengindikasikan keuletan dan adaptabilitas industri ini.

Implikasi dari pemulihan bisnis krisan ini adalah meningkatnya peluang ekonomi bagi pekebun dan produsen. Mereka dapat memanfaatkan permintaan yang tinggi untuk meningkatkan produksi dan mengoptimalkan potensi pasar lokal maupun ekspor. Selain itu, bisnis krisan juga memberikan peluang untuk diversifikasi usaha dengan menanam varietas bunga lainnya atau dengan mengembangkan kemitraan dengan pelaku bisnis terkait.

Referensi dan Data:

Data permintaan dan produksi bunga krisan diambil dari pernyataan Budhi Hatjoko, salah satu manajer di Kebun Ciputri, dan Ir. Sarkad Saleh, General Manager di AIBN. Pernyataan tersebut menunjukkan peningkatan produksi yang mencapai 1000 ikat per hari dan pengiriman ke pasar ekspor seperti Brunei, Singapura, Jepang, dan Abu Dhabi.

Penutup

Pemulihan bisnis krisan memberikan optimisme bagi industri bunga di Indonesia. Dengan meningkatnya permintaan dan peluang ekspor yang semakin terbuka, produsen dan pekebun krisan dapat memanfaatkan situasi ini untuk mengembangkan usaha mereka. Penting bagi mereka untuk menjaga kualitas produk dan menjaga hubungan dengan pasar lokal maupun ekspor.

Apakah Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang industri bunga krisan? Kunjungi sumber terkait untuk informasi lebih lanjut tentang perkebunan krisan, tren pasar, dan peluang bisnis yang tersedia. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari industri yang sedang berkembang ini dan ikuti perkembangannya secara teratur.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus