Jual Perkutut Murah Lebih Gampang

"Yang penting perputaran uang lebih cepat. Buat apa memproduksi yang mahal-mahal, jika hanya laku 2 sampai 3 ekor," ungkap Iwan Santoso, peternak di Teluknaga, Tangerang.

Pemilik Ipay Bird Farm itu setiap bulan mampu menjual 140 perkutut murah seharga Rp300.000/ pasang. Bahkan berapapun dihasilkan ternakan perkututnya masih terserap pasar dengan gampang.

Dengan berprinsip seperti itu Iwan Santoso alias Ipay tidak perlu mencari indukan berharga mahal ketika memulai usaha. Pria yang mulai beternak perkutut pada 1992 itu langsung membeli 30 ekor.

Kini ia memiliki 160 kandang. Harapan meraup untung dari perkutut kesampaian. Mantan pengusaha sepatu itu telah menjadikan usaha peternakannya sebagai tumpuan hidup. Omzet per bulan dari penjualan perkutut lebih dari Rp20-juta.

Hal sama dirasakan Sonny Agus Sudiharjo, peternak di Pucungrejo, Muntilan, Jawa Tengah. Pada 1993 ia membangun 200 kandang. Produksinya 250 sampai 300 piyik per bulan. Piyik berharga rata-rata Rp60.000/ekor itu diminta secara rutin para pedagang banyuwangi 100 ekor/ bulan. Selebihnya diambil para pedagang dari Yogyakarta dan Semarang.

"Mereka biasanya telepon dulu. Jika ada stok burung baru datang ke farm. Untuk pedagang grosir seperti itu harga seekor burung bervariasi, mulai dari Rp40.000 sampai Rp 100.000 per ekor," papar pemilik Veto Bird Farm itu.

Dengan cara itu Sonny meraup uang dari hasil penjualan perkutut tidak kurang Rpl5-juta/bulan. Wajar jika jabatan general manager Ungaran Tekstil di Ungaran, Semarang ia tinggalkan.

Gampang dijual


Menurut Ipay, menjual perkutut mahal perlu didengarkan kualitas suara segala macam. Perkutut murah cukup asal bunyi. Sebab, yang dijual piyik umur 1 sampai 1,5 bulan. Pada saat itu burung belum bisa dideteksi kualitas suaranya.

Asal-usul induk sama sekali tidak diperhatikan. "Pokoknya gampang sekali menjualnya. Dengan harga murah dijamin para pedagang akan berbondong-bondong datang," tegas Ipay.

Karena alasan itu pria asal Sumbawa itu lebih tertarik menjual perkutut murah. "Pasar burung seperti ini lebih terbuka, siapapun bisa masuk. Lain halnya dengan peternak perkutut berkualitas yang berharga tinggi.

Mereka paling tidak harus sudah lama bercokol di dunia perkutut kontes. Saya belum siap untuk menandingi mereka," lanjut Ipay.

[caption id="attachment_18098" align="aligncenter" width="770"]Ipay, meraup untung dari penjualan perkutut murah Ipay, meraup untung dari perkutut murali[/caption]

Setali tiga uang yang dialami Sonny. Pasar menengah ke bawah lebih potensial dibanding yang atas. Harga burung perkutut murah dijamin laku sekalipun dalam jumlah banyak. "Saya nggak pusing mikirin kualitas dan tidak repot harus ikut lomba ke lapangan," tegasnya.

Asal peternak besar


Selain mudah dipasarkan, memproduksi perkutut murah gampang mencari indukannya. Di sembarang tempat ada, harga terjangkau, dan tidak takut gagal. Lain jika yang dibeli indukan berkualitas berharga puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Tuntutan untuk menghasilkan anakan bagus menjadi keharusan. Padahal, indukan berkualitas tak selamanya menurunkan anakan yang sama baiknya.

Walaupun begitu Ipay tidak asal ambil indukan. Ia membeli indukan dari kandang non-unggulan farm-farm besar seperti ACC, Makita, Palem, atau Leo. Indukan itu dengan kejeliannya menganalisa suara burung ia pasang-pasangkan. "Tidak boleh sembarangan dipasangkan. Pasangan yang menelorkan piyik bersuara jelek segera dirombak. Bila tidak, kasihan para pembeli," tuturnya.

Sesekali Ipay juga mengikutkan perkutut ternakannya ke arena kontes. Tujuannya untuk mendongkrak harga. Sebab, dengan keberhasilan mendapat juara, perkutut saudara sekandang akhirnya banyak di-booking. Tentu saja harga booking-an jauh lebih mahal ketimbang dijual biasa.

Sonny menempuh cara lain untuk mengeruk rupiah dari perkutut. Selain mencetak perkutut untuk konsumen menengah ke bawah, ia bercita-cita menjangkau pasar papan atas.

Ia bekerjasama dengan teman seprofesi mengumpulkan indukan juara. "Kayaknya pasar burung jawara cukup menggiurkan," katanya sambil mengepulkan asap rokok berkali-kali.
Lebih baru Lebih lama