Karpet Talang untuk Sayuran


Inilah kreasi baru dari Yogyakarta. Karpet talang air alias bonet yang biasa dipakai di atap rumah dijadikan wadah tanaman. Cabai, tomat, semangka, melon tumbuh di tabung karpet setinggi 1m

Tidak ada ruang kosong di areal seluas 1.000 m2. Trubus menghitung pada 40 lajur penanaman dengan jumlah tabung 1.000 buah. Setiap lajur sepanjang 25 m berisi 25 tabung. Tabung karpet talang dipendam di atas guludan sedalam 10 cm.

Jarak antar tabung 1 m. Untuk penguat dan penyangga, tabung dijepit 3 bilah bambu yang diserut tipis. Guludan membantu pembuangan sehingga air tidak sampai menggenang di areal pertanaman.

Sekeliling kebun dipasang screen net untuk mencegah serangan thrips atau hama lain. Bahan ini didatangkan Bawari langsung dari Thailand. “Meskipun terlihat sederhana, saya rela merogoh kocek Rp24-juta demi hobi,” tuturnya kalem.

Teknik adaptasi dari belanda

“Saya tidak memilih pipa pvc atau talang air karena ukurannya terbatas. Daya tahan keduanya boleh dibilang sama dengan karpet talang. Ukuran karpet talang bisa diatur sesuai selera. Saya pun bisa berkreasi lebih banyak,”papar Bawari.

Bawari mengenal teknik ini 3 tahun silam. Ia melihat model bertanam secara vertikal di Amsterdam, Belanda. “Petani di sana leluasa menanam aneka sayuran dan bunga secara bertingkat.

Cara itu menghemat lahan sehingga 1 meter bisa diisi 5 sampai 6 tanaman. Bahkan teknologi mereka sudah maju. Pemakaian screen house atau green house bukan hal yang aneh,” jelas ayah Herdiansyah, crosser motor nasional.

Keinginan pria asal Sumatera Selatan itu untuk membuat vertikultur di rumah akhirnya terkabul. Ia memanfaatkan halaman belakang kantornya di sebelah selatan ring road selatan Yogyakarta. Wilayah itu cukup panas karena berjarak sekitar 20 km dari pantai Parangtritis.

Konstruksi vertikultur yang dipakai Bawari cukup sederhana. Karpet talang dibuat seperti tabung berdiameter 35 cm dan tinggi 1 m. Untuk memperoleh ukuran tersebut ia menggunakan lembaran karpet berukuran 0.8 x 1 m. Kedua ujung karpet disatukan lalu disteples.

Untuk memperkokoh talang Bawari menjepit sambungan dengan bilah bambu. Bentuk lubang tanam segitiga sama sisi dibuat berseling jarak 15 cm secara melingkar. Jumlah lubang tanam 6 buah di setiap tabung.

Bergilir

Bawari memakai tanah dan pasir sebagai media tanam dengan perbandingan 2:1. Saat pengisian media ia memasang pipa pvc ukuran 5 inci tepat di tengah tabung. Media yang telah dicampur merata itu dimasukkan ke tabung sambil ditekan agar padat sampai wadah penuh.

Sedangkan pipa pvc diisi sekam padi sambil diangkat secara perlahan-lahan hingga penuh. Sekam dipilih karena memiliki drainase baik dan tahan lama.

Bibit ditanam ke masing-masing lubang. Caranya, media ditusuk dengan kayu atau bambu kemudian masukkan bibit.

Cabai atau tomat bisa ditanam pada ke-6 lubang. Namun, untuk melon dan semangka Bawari hanya memanfaatkan 5 lubang bagian atas saja.

Setiap tanaman diatur per blok. Tampak terlihat cabai keriting, hijau, dan hot beauty. Tomat chery, mentimun, semangka, dan f melon menggelantung teratur di pohon. Lahan di antara tabung pada setiap lajur ditanami caisim dan selada.

Menurut Bawari tidak ada tabung yang nganggur setiap usai panen. Tanaman selalu diganti secara bergilir. Bibit selalu dipersiapkan jauh hari sebelum panen.

Perawatan sederhana, seperti . penyiraman diberikan setiap hari sebanyak 1 liter per tanaman dengan cara mengguyurkan air dari atas tabung. Pupuk disemprotkan ke setiap lubang tanam sehingga pemakaian pupuk efektif. Sisa penyiraman atau pemupukan dimanfaatkan untuk tanaman sela. Pestisida atau fungisida hampir tidak pernah diberikan. (Nyuwan SB)

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus