Selasa, 19 Oktober 2021

Rezeki Lele untuk Desa Cihowe: Kisah Sukses Budidaya Lele di Parung, Bogor

Desa Cihowe di Parung, Bogor, terkenal dengan budidaya lelenya yang melimpah. Inilah kisah sukses Haji Acim S, ketua kelompok tani dan pelopor budidaya lele di wilayah tersebut. Melalui upayanya sejak tahun 1982, Cihowe kini menjadi salah satu penghasil lele terbesar yang menyuplai ke Jakarta dan Tangerang dengan jumlah sekitar 2 ton setiap hari.

Perjalanan menuju "desa lele" Cihowe tidaklah mudah. Anda harus melewati jalan becek yang berkelok-kelok. Namun, setibanya di Desa Cogrek, Anda akan langsung diarahkan ke pusat budidaya lele oleh penduduk setempat. H. Acim S adalah orang yang menjadi tujuan utama, dia adalah pelopor budidaya lele di Cihowe.

Kolam lele di Desa Cihowe yang tenang dan hijau
Kolam lele dengan air tenang yang menghijau di Desa Cihowe, tempat utama budidaya lele yang memberikan rezeki kepada masyarakat setempat.

Budidaya Lele di Desa Cihowe

Di Desa Cihowe, Anda akan melihat deretan kolam lele dengan air yang tenang dan berwarna kehijauan. Kolam-kolam tersebut tersebar di berbagai lokasi dan digunakan untuk memelihara lele. Acim menjelaskan bahwa setiap lahan yang tidak terpakai akan diubah menjadi kolam lele. Kolam-kolam ini membutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang baik agar menghasilkan ikan lele yang berkualitas.

Proses Budidaya Lele

Setiap hari, para peternak di Cihowe melakukan panen lele. Suara mesin penyedot air terdengar di tengah desa, mengiringi para peternak yang sedang mengeringkan kolam. Mobil pick-up berjejer, siap mengangkut hasil panen lele dumbo (Clarias fuscus) yang dipanen pada sore hari. Pengepul dari berbagai daerah seperti Muarabaru, Tangerang, dan Citeureup datang untuk membeli lele. Permintaan mereka mencapai 2 ton setiap hari, dengan Tangerang meminta sekitar 1,4 ton dan Muarabaru serta Citeureup masing-masing meminta 5 kuintal.

Budidaya lele di Cihowe tidaklah mudah. Setiap hari, sekitar 400 kolam dengan ukuran 50 hingga 300 m2 dipanen bergantian. Untuk memenuhi kebutuhan budidaya lele ini, peternak harus mengimpor 33 ton pakan buatan dari pabrik setiap minggunya.

Program Kemitraan dan Pembagian Keuntungan

Selain memproduksi lele untuk memenuhi kebutuhan lokal, H. Acim juga membina 86 kelompok peternak melalui program kemitraan. Kelompok peternak ini mendapatkan pendanaan sebesar Rp6 juta dalam bentuk paket budidaya lele. Dana tersebut berasal dari investor Jakarta yang menanamkan modalnya di Cihowe. Dalam program ini, keuntungan bersih peternak mencapai 50%, investor mendapatkan 40%, dan pengelola mendapatkan 10%.

Fluktuasi Harga Jual Lele

Harga jual lele sangat fluktuatif. Dalam setahun, peternak di Cihowe dapat melakukan budidaya lele sebanyak 5 kali. Setiap siklus membutuhkan waktu 58 hingga 60 hari. Kolam dapat dipanen ketika ikan lele mencapai bobot 100 hingga 110 gram per ekor. Namun, budidaya lele tidak selalu mulus. Ada risiko serangan penyakit yang dapat menghancurkan hasil panen. Ketika terjadi serangan penyakit, peternak harus menghentikan budidaya agar tidak mengalami kerugian.

Permintaan lele di pasar tidak pernah surut sepanjang tahun. Namun, keberadaan lele sangat dipengaruhi oleh musim. Terkadang wabah penyakit dapat menghancurkan budidaya lele dan menyebabkan kelangkaan pasokan. Hal ini berdampak pada fluktuasi harga lele. Ketika pasokan lele terbatas, harga lele melambung hingga mencapai Rp6.800 per kilogram. Namun, pada bulan Desember hingga Februari, harga lele cenderung turun hingga Rp5.200 per kilogram.

H. Acim mengontrol kolam lele di Desa Cihowe untuk memastikan keberhasilan budidaya
H. Acim S, pelopor budidaya lele di Desa Cihowe, sedang dengan penuh perhatian mengontrol kolam lele untuk memastikan kondisi yang optimal dalam proses budidaya.

Keuntungan dan Kendala dalam Budidaya Lele

Budidaya lele tidak selalu memberikan keuntungan bagi semua peternak. Kisah Cholik, seorang pengusaha lele asal Tegal, Jawa Tengah, menjadi bukti kesulitan dalam bisnis ini. Meskipun memiliki 20 kolam lele dengan target harga jual Rp6.000 per kilogram, ia mengalami kerugian ketika harga lele anjlok menjadi Rp4.000 per kilogram. Demikian pula dengan Sueb, seorang peternak lele di Gunungsindur, Bogor, yang mengalami kerugian besar karena kolam lele kebanjiran.

Budidaya lele telah menjadi sumber penghidupan utama masyarakat Cihowe sejak lama. Banyak sawah di daerah ini telah diubah menjadi kolam lele. Penduduk setempat lebih memilih budidaya lele karena menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan bertani padi. Setiap siklus budidaya, pendapatan peternak lele mencapai puluhan juta rupiah per kolam.

Budidaya lele di Cihowe menggunakan sistem semi-intensif yang tidak memerlukan pergantian air yang banyak. Peternak hanya perlu memberi pakan lele dua kali sehari. Meskipun demikian, penggunaan teknologi dalam budidaya lele masih terbatas. Peternak lebih memilih pengobatan alami menggunakan garam, daun pepaya, kihujan, dan pace untuk mengatasi penyakit lele.

Lele yang siap dipanen di Desa Cihowe, sumber rezeki yang tak ternilai
Kolam-kolam lele siap dipanen di Desa Cihowe, Bogor, menjadi sumber rezeki yang menghidupi masyarakat setempat.

Peran Lele dalam Ekonomi dan Keamanan

Tidak semua penduduk Cihowe menjadi peternak lele. Beberapa di antaranya berperan sebagai produsen benih. Ketersediaan benih lele bukanlah masalah di daerah ini, karena mereka dapat memproduksi benih sendiri.

Namun, bibit lele dari daerah lain tidak cocok untuk dibesarkan di Cihowe, begitu juga sebaliknya. Kondisi ini membuat peternak lebih memilih menggunakan bibit lele yang berasal dari daerah setempat.

Budidaya lele di Cihowe relatif aman dari tindakan pencurian. Masyarakat setempat memiliki sistem keamanan yang efektif dengan menggunakan lele sebagai bentuk pagar. Keuntungan dari budidaya lele tidak hanya untuk peternak, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Sebagian dari keuntungan tersebut digunakan untuk pembangunan jalan dan fasilitas umum lainnya.

Dalam rangka mendukung budidaya lele di Cihowe, H. Acim telah membentuk program kemitraan dengan 86 kelompok peternak. Kelompok peternak ini mendapatkan modal awal sebesar Rp6 juta dalam bentuk paket usaha.

Modal tersebut berasal dari investor Jakarta yang tertarik untuk berinvestasi di Cihowe. Dalam program ini, keuntungan bersih dibagi antara peternak (50%), investor (40%), dan pengelola (10%).

Budidaya lele di Cihowe merupakan bisnis yang menguntungkan jika dijalankan dengan baik. Selain menghasilkan pendapatan yang cukup besar, budidaya lele juga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Meskipun memiliki tantangan dan risiko, peternak lele di Cihowe terus berupaya untuk mengembangkan usaha mereka dan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Document last updated at: Selasa, 19 Okt 2021