Cari sawo di gerai buah pasar swalayan memang tidak gampang. Kalaupun ada penampilannya sudah tak keruan, lembek dan berair.
Jumlah pasokan tak tentu dan kualitas buruk dituding sebagai penyebab langkanya sawo di pasar swalayan. Buah ini memang cuma tahan 3 hari. Namun, kini ada sawo asli Sumedang yang tetap mulus meski disimpan 1 minggu.
Sawo apel kapas begitu orang Sumedang menyebutnya punya beberapa kelebihan. "Meski sudah masak, tetap mengkal (keras ) seperti apel Kalau dibelah, warna bagian dalamnya agak putih. Manis dan teksturnya lembut tanpa pasir, nggak seperti sawo lain, "tutur A’ang Wihama, staf Dinas Pertanian Sumedang.
Ukurannya memang tak sebesar sawo manila. Dalam 1 kg yang termasuk kelas sedang, berisi 8 sampai 9 buah. Bentuk agak lonjong, kulitnya cokelat terang dan mulus. Sebenarnya di Sumedang terdapat beberapajenis sawo seperti weleri, manila, dan sawo ngeres. Namun, saat ini apel kapas yang jadi primadona.
Ia dijual dengan harga bervariasi, Saat panen jenis super Rp 3.500 dan mencapai Rp 5.000 di luar musim. Bahkan Mei 2001, di arena bazar komoditas pertanian Jawa Barat, bisa laku Rp 8.000 per kg.
Pemasarannya masih dalam skala kecil lewat penjual eceran. "Kalau barang banyak, bisa sampai Bandung, Jakarta, dan Cirebon," kata Anda, pengepul sawo di kecamatan Situraja. Penen raya sawo apel kapas berlangsung 2 kali, pada Desember dan Agustus.

Konon sawo yang pertama dicangkok pada 1965 itu asli Sumedang. "Pohon induknya masih ada, milik aim Satir. Ditanamnya sejak jaman kolonial," tutur Ating petani sawo apel kapas di Situraja.
Ia memang mudah dikembangkan dengan sistem cangkok. Beberapa bulan setelah dipindah ke tanah, tanaman setinggi 1 m sudah keluar bunga. Dari berbunga hingga panen, sawo perlu waktu 6 bulan.
Tanaman sawo berbuah terus menerus tanpa perawatan rumit. Musuh besarnya hanya lalat buah. Pohon berumur lebih dari 5 tahun menghasilkan sekitar 250 kg dalam 1 musim panen. "Pemupukan hanya pada saat tanam. Dengan begitu saja sawo sudah rajin berbuah, apalagi kalau dirawat benar," kata Ating.
Keunggulan sawo apel kapas membuat dinas pertanian setempat melakukan labelisasi. Hanya bibit dengan label putih dari balai benih induk yang benar-benar asli. Di pasaran harga bibit cangkokan sawo apel kapas umur 1 bulan dijual Rp 15.000 sampai Rp20.000.
Saat ini populasi tanaman telah menyebar ke desa-desa sekitar kecamatan Situraja. Dinas Pertanian Sumedang pernah memberikan 1000 bibit gratis pada warga. Bahkan dari pengakuan Ating, ia juga pernah menjual bibit pada orang Indramayu. Sebuah LSM juga membeli ratusan bibit darinya untuk tanaman penghijauan di daerah Ciamis.
Bekerjasama dengan Universitas Padjajaran, dinas juga mengusulkan ke Departemen Pertanian agar sawo itu ditetapkan sebagai buah unggulan khas Sumedang. "Tapi keunggulannya baru diketahui dari penampilan fisiknya saja.
Mengenai zat-zat yang terkandung dalam buah, masih dalam penelitian," kata Prof. Dr. Ir. Murdaningsih, ahli pemuliaan tanaman dari Universitas Padjajaran. (Erna Herawati)
Jumlah pasokan tak tentu dan kualitas buruk dituding sebagai penyebab langkanya sawo di pasar swalayan. Buah ini memang cuma tahan 3 hari. Namun, kini ada sawo asli Sumedang yang tetap mulus meski disimpan 1 minggu.
Sawo apel kapas begitu orang Sumedang menyebutnya punya beberapa kelebihan. "Meski sudah masak, tetap mengkal (keras ) seperti apel Kalau dibelah, warna bagian dalamnya agak putih. Manis dan teksturnya lembut tanpa pasir, nggak seperti sawo lain, "tutur A’ang Wihama, staf Dinas Pertanian Sumedang.
Ukurannya memang tak sebesar sawo manila. Dalam 1 kg yang termasuk kelas sedang, berisi 8 sampai 9 buah. Bentuk agak lonjong, kulitnya cokelat terang dan mulus. Sebenarnya di Sumedang terdapat beberapajenis sawo seperti weleri, manila, dan sawo ngeres. Namun, saat ini apel kapas yang jadi primadona.
Ia dijual dengan harga bervariasi, Saat panen jenis super Rp 3.500 dan mencapai Rp 5.000 di luar musim. Bahkan Mei 2001, di arena bazar komoditas pertanian Jawa Barat, bisa laku Rp 8.000 per kg.
Pemasarannya masih dalam skala kecil lewat penjual eceran. "Kalau barang banyak, bisa sampai Bandung, Jakarta, dan Cirebon," kata Anda, pengepul sawo di kecamatan Situraja. Penen raya sawo apel kapas berlangsung 2 kali, pada Desember dan Agustus.

Perlu 6 bulan
Konon sawo yang pertama dicangkok pada 1965 itu asli Sumedang. "Pohon induknya masih ada, milik aim Satir. Ditanamnya sejak jaman kolonial," tutur Ating petani sawo apel kapas di Situraja.
Ia memang mudah dikembangkan dengan sistem cangkok. Beberapa bulan setelah dipindah ke tanah, tanaman setinggi 1 m sudah keluar bunga. Dari berbunga hingga panen, sawo perlu waktu 6 bulan.
Tanaman sawo berbuah terus menerus tanpa perawatan rumit. Musuh besarnya hanya lalat buah. Pohon berumur lebih dari 5 tahun menghasilkan sekitar 250 kg dalam 1 musim panen. "Pemupukan hanya pada saat tanam. Dengan begitu saja sawo sudah rajin berbuah, apalagi kalau dirawat benar," kata Ating.
Keunggulan sawo apel kapas membuat dinas pertanian setempat melakukan labelisasi. Hanya bibit dengan label putih dari balai benih induk yang benar-benar asli. Di pasaran harga bibit cangkokan sawo apel kapas umur 1 bulan dijual Rp 15.000 sampai Rp20.000.
Saat ini populasi tanaman telah menyebar ke desa-desa sekitar kecamatan Situraja. Dinas Pertanian Sumedang pernah memberikan 1000 bibit gratis pada warga. Bahkan dari pengakuan Ating, ia juga pernah menjual bibit pada orang Indramayu. Sebuah LSM juga membeli ratusan bibit darinya untuk tanaman penghijauan di daerah Ciamis.
Bekerjasama dengan Universitas Padjajaran, dinas juga mengusulkan ke Departemen Pertanian agar sawo itu ditetapkan sebagai buah unggulan khas Sumedang. "Tapi keunggulannya baru diketahui dari penampilan fisiknya saja.
Mengenai zat-zat yang terkandung dalam buah, masih dalam penelitian," kata Prof. Dr. Ir. Murdaningsih, ahli pemuliaan tanaman dari Universitas Padjajaran. (Erna Herawati)