Setelah menyerbu perkampungan suku Inca di pegunungan Andes pada abad ke-17, para prajurit Spanyol membawa pulang berbagai sayuran dan buah. Tanaman yang tidak menarik perhatian diabaikan.
Tiga abad kemudian tim peneliti Amerika berekspedisi ke Andes mencari sumber genetik tanaman baru. Di pemukiman suku itu mereka menemukan pepaya berbunga cantik. Ada juga pepaya yang bisa dimakan daging dan kulitnya, atau dibuat anggur pepaya.
Tanaman dari Inca itu kini bisa ditemukan di kebun yang disebut "Lost Garden ofthe Incas". Aneka jenis pepaya dan tanaman lain yang pernah digunakan oleh suku Inca di Amerika Selatan ada di kebun yang terletak di Gold Coast itu. Di tempat asalnya, pepaya itu digunakan sebagai rempah dan bahan obat-obatan.
Seedless babaco (C. heilbornii nm. pentagona) salah satu jenis pepaya Inca. Buah yang juga ada di Indonesia itu, mulai ditanam secara luas sebagai penghasil minuman beralkohol. Aroma dan rasanya yang khas membuat tanaman itu dijuluki "the champagne fruit". Buah matang berwarna kuning dapat dimakan segar daging dan kulitnya sekaligus.
Selain itu ada pepaya cantik C. chrysopetala. Tanaman itu amat bervariasi bunga dan buahnya. Dalam satu pohon ada bunga berwarna putih krem (seperti pepaya biasa), hijau (seperti babaco), kuning, bahkan merah dan merah jambu.
[caption id="attachment_17864" align="aligncenter" width="248"]
Pepaya untuk batang bawah, cabangnya banyak[/caption]
Warna bunga yang semarak berpadu dengan buah kecil-kecil menjadikan spesies ini sangat atraktif sebagai tanaman hias. Sosok bunga jantan yang panjang menjuntai menambah keindahannya.
Jenis lain yang bernilai ekonomi tinggi ialah persilangan pepaya asal Andes dengan pepaya biasa. Hasilnya, pepaya yang resisten terhadap penyakit busuk batang dan ring spot virus.
Walaupun buahnya kecil dan kurang enak, tetapi sosok pohon unik karena daun tidak menjari, percabangan banyak, dan pendek. Keunggulan itu bisa dimanfaatkan sebagai batang bawah untuk pepaya biasa maupun babaco
Selain di "Lost Garden of the Incas," hal menarik tentang pepaya ditemukan di lembaga resmi pemerintah. Di kebun percobaan South Johnstone, penelitian dan persilangan pepaya dilakukan lebih intesif.
Lembaga itu memiliki koleksi lengkap varietas pepaya dari berbagai negara. Di antaranya varietas dari Indonesia, seperti paris dan subang. Ini mempermudah dalam melakukan penyilangan untuk memperoleh varietas unggul baru.
Salah satu varietas baru menghasilkan buah berderet dari bawah ke atas, dengan bobot rata-rata 0,5—1 kg per buah. Karakter itu sesuai dengan keinginan konsumen yang menghendaki buah berukuran kecil. Sedangkan keinginan petani produktivitas tinggi dan tanaman tahan terhadap hama penyakit.
Perbanyakan pepaya umumnya dari biji. Namun Dr. Peter Allan dari Afrika Selatan memperbanyak pepaya dengan setek batang.
Tujuannya agar bibit mewarisi sifat-sifat unggul induk. Prinsipnya cukup sederhana yaitu pohon induk menumbuhkan sebanyak mungkin cabang untuk disetek.
Mula-mula ditetapkan calon pohon induk yang buahnya berkualitas super dan tahan penyakit. Pertumbuhan vegetatif pohon itu dirangsang dengan membuang semua bunga dan buah. Lalu memangkas pucuk batang agar cabang lateral tumbuh. Biasanya yang tumbuh hanya 2—4 cabang. Namun, dengan menyemprotkan suatu "ramuan", mata tunas yang "tidur", mendadak "bangun". Ramuan itu mengandung zat sitokinin dan GA3 yang merangsang cabang-cabang muda trubus.
Setiap tahun satu pohon menghasilkan sekitar 100 cabang sehat. Cabang-cabang itu dibiarkan hingga cukup keras. Setelah keras, cabang dipangkas sepanjang 20— 30 cm. Daun-daun tetap dipertahankan. Pangkal cabang segera diolesi campuran hormon perangsang akar yang mengandung zat auksin (IBA, NAA) dan fungisida. Setek kemudian ditanam dalam media pasir steril yang diberi sungkup plastik bening.
Untuk menjaga kesegaran setek, dipasang selang air yang menyemprotkan kabut air secara berkala. Dalam beberapa minggu setek-setek itu telah berakar. Sebelum ditanam bibit diaklimatisasikan di luar sungkup plastik.
Kelemahan setek ialah perakaran relatif dangkal. Bila ditanam ia mudah tumbang tertiup angin kencang. Untuk mengatasi, tanaman harus ditanam lebih dalam. Jadi jangan heran bila buahnya penuh bergelantungan dari pangkal batang dan menempel di tanah hingga ke pucuk pohon. (Ir. Mohamad Reza Tirtawinata, MS)
Tiga abad kemudian tim peneliti Amerika berekspedisi ke Andes mencari sumber genetik tanaman baru. Di pemukiman suku itu mereka menemukan pepaya berbunga cantik. Ada juga pepaya yang bisa dimakan daging dan kulitnya, atau dibuat anggur pepaya.
Tanaman dari Inca itu kini bisa ditemukan di kebun yang disebut "Lost Garden ofthe Incas". Aneka jenis pepaya dan tanaman lain yang pernah digunakan oleh suku Inca di Amerika Selatan ada di kebun yang terletak di Gold Coast itu. Di tempat asalnya, pepaya itu digunakan sebagai rempah dan bahan obat-obatan.
Seedless babaco (C. heilbornii nm. pentagona) salah satu jenis pepaya Inca. Buah yang juga ada di Indonesia itu, mulai ditanam secara luas sebagai penghasil minuman beralkohol. Aroma dan rasanya yang khas membuat tanaman itu dijuluki "the champagne fruit". Buah matang berwarna kuning dapat dimakan segar daging dan kulitnya sekaligus.
Selain itu ada pepaya cantik C. chrysopetala. Tanaman itu amat bervariasi bunga dan buahnya. Dalam satu pohon ada bunga berwarna putih krem (seperti pepaya biasa), hijau (seperti babaco), kuning, bahkan merah dan merah jambu.
[caption id="attachment_17864" align="aligncenter" width="248"]

Warna bunga yang semarak berpadu dengan buah kecil-kecil menjadikan spesies ini sangat atraktif sebagai tanaman hias. Sosok bunga jantan yang panjang menjuntai menambah keindahannya.
Dari Indonesia
Jenis lain yang bernilai ekonomi tinggi ialah persilangan pepaya asal Andes dengan pepaya biasa. Hasilnya, pepaya yang resisten terhadap penyakit busuk batang dan ring spot virus.
Walaupun buahnya kecil dan kurang enak, tetapi sosok pohon unik karena daun tidak menjari, percabangan banyak, dan pendek. Keunggulan itu bisa dimanfaatkan sebagai batang bawah untuk pepaya biasa maupun babaco
Selain di "Lost Garden of the Incas," hal menarik tentang pepaya ditemukan di lembaga resmi pemerintah. Di kebun percobaan South Johnstone, penelitian dan persilangan pepaya dilakukan lebih intesif.
Lembaga itu memiliki koleksi lengkap varietas pepaya dari berbagai negara. Di antaranya varietas dari Indonesia, seperti paris dan subang. Ini mempermudah dalam melakukan penyilangan untuk memperoleh varietas unggul baru.
Salah satu varietas baru menghasilkan buah berderet dari bawah ke atas, dengan bobot rata-rata 0,5—1 kg per buah. Karakter itu sesuai dengan keinginan konsumen yang menghendaki buah berukuran kecil. Sedangkan keinginan petani produktivitas tinggi dan tanaman tahan terhadap hama penyakit.
Setek Pepaya Cara Peter Allan
Perbanyakan pepaya umumnya dari biji. Namun Dr. Peter Allan dari Afrika Selatan memperbanyak pepaya dengan setek batang.
Tujuannya agar bibit mewarisi sifat-sifat unggul induk. Prinsipnya cukup sederhana yaitu pohon induk menumbuhkan sebanyak mungkin cabang untuk disetek.
Mula-mula ditetapkan calon pohon induk yang buahnya berkualitas super dan tahan penyakit. Pertumbuhan vegetatif pohon itu dirangsang dengan membuang semua bunga dan buah. Lalu memangkas pucuk batang agar cabang lateral tumbuh. Biasanya yang tumbuh hanya 2—4 cabang. Namun, dengan menyemprotkan suatu "ramuan", mata tunas yang "tidur", mendadak "bangun". Ramuan itu mengandung zat sitokinin dan GA3 yang merangsang cabang-cabang muda trubus.
Setiap tahun satu pohon menghasilkan sekitar 100 cabang sehat. Cabang-cabang itu dibiarkan hingga cukup keras. Setelah keras, cabang dipangkas sepanjang 20— 30 cm. Daun-daun tetap dipertahankan. Pangkal cabang segera diolesi campuran hormon perangsang akar yang mengandung zat auksin (IBA, NAA) dan fungisida. Setek kemudian ditanam dalam media pasir steril yang diberi sungkup plastik bening.
Untuk menjaga kesegaran setek, dipasang selang air yang menyemprotkan kabut air secara berkala. Dalam beberapa minggu setek-setek itu telah berakar. Sebelum ditanam bibit diaklimatisasikan di luar sungkup plastik.
Kelemahan setek ialah perakaran relatif dangkal. Bila ditanam ia mudah tumbang tertiup angin kencang. Untuk mengatasi, tanaman harus ditanam lebih dalam. Jadi jangan heran bila buahnya penuh bergelantungan dari pangkal batang dan menempel di tanah hingga ke pucuk pohon. (Ir. Mohamad Reza Tirtawinata, MS)