Selasa, 20 Oktober 2020

Alpukat Super di Lembah Galilee

Kali pertama lidah Faye Levy mencecap rasa alpukat, kala ia menyelesaikan studi di Israel. Di sana daging buah yang sudah diblender bersama garam, lada, dan sari jeruk disajikan sebagai selai untuk roti. Beberapa tahun kemudian waktu tinggal di Paris ia menemukan buah yang sama diimpor dari negara di Timur Tengah itu. Cuma saja penyajiannya sungguh berbeda. Alpukat diolah menjadi saus, sup, atau salad. Olahan-olahan itu kini jadi bagian dari buku berisi 1.000 resep karyanya.

Faye seperti yang diceritakan dalam sebuah situs beruntung sempat mencicipi Persea americana di Israel. Negara zionis itu dikenal paling banyak memiliki ragam menu berbahan anggota famili Lauraceae itu. Sebut saja alpukat yang disajikan dengan yoghurt tahini atau salad alpukat dengan selada, telur rebus, dan bawang yang ditaburi mayonise. Buah mentega itu memang kudapan favorit di sana. Konsumsi per kapita cukup besar, 4 kg per orang per tahun. Jumlah itu hanya dikalahkan konsumsi alpukat di Meksiko yang produsen terbesar.

Namun, penduduk Israel tak hanya bisa menyantap saja. Negara itu penghasil alpukat nomor 5 setelah Meksiko, Republik Dominika, Amerika Serikat, dan Brazil. Penanaman terpusat di Lembah Galilee, Israel utara. Kondisi iklim, tanah, dan air irigasi di sana mendukung produksi buah berkualitas terbaik. Luas penanaman saat ini mencapai 6.600 ha dengan hasil 10.000 ton per tahun. Dari jumlah itu 50 sampai 70% diekspor.

Buah asal Meksiko itu memang salah satu produk ekspor andalan. Perancis merupakan negara tujuan utama (50%), diikuti Jerman (15%) serta Inggris, Skandinavia, Belgia, Luxemburg, Swiss, dan Itali. Di pasar Eropa, pasokan alpukat Israel cuma disaingi Meksiko tapi harga lebih mahal dan Spanyol. Pada April terkadang masuk kiriman dari Afrika Selatan.

alpukat
Buah Alpukat

Kampung pertanian


Meski sebagian besar kawasan berupa gurun, itu tak jadi kendala. Buktinya Lembah Galilee hijau oleh tanaman yang pertama kali ditanam pada 1908 itu. Alpukat dikelola oleh kibbutzim. Itu semacam perkampungan pertanian yang mengelola 30 sampai 100 ha lahan. Ada juga petani perorangan yang mengelola 1 sampai 3 ha. Fuerte dan dickinson merupakan varietas introduksi yang pertama masuk pada 1924. Sejak itulah penanaman alpukat berkembang pesat. Bahkan Israel dikenal sebagai pelopor pengembangan alpukat secara komersial pasca Perang Dunia ke-2.

Sayang pada 1960-an banyak tanaman ditebang karena produksi membludak sehingga pasar banjir pasokan. Akibatnya harga murah. Toh sedekade kemudian justru Israel mulai mengembangkan pasar ekspor. Puncaknya teijadi pada awal 1980-an. Hampir 80% produksi dikirim ke mancanegara.

Varietas utama yang ditanam hass, pinkerton, ettinger, fuerte, dan nabal. Kecuali ettinger semua didatangkan dari Kalifomia. Hass berukuran kecil, daging buah hijau pucat, kulit gelap dan keriput serta bercitarasa gurih mirip kacang. Pinkerton berproduktivitas tinggi, bentuk pohon kecil dan kompak, dan kualitas buah bagus.

Tak melulu introduksi, para peneliti juga menghasilkan varietas lokal andalan. Sebut saja iriet, adi, dan gil yang pemuliaannya sudah dirintis sejak 1970-an. Kualitas ketiganya tak kalah bagus.

Iriet memiliki pohon pendek, bentuk buah seperti pir, berkulit hitam mengkilap, bobot antara 300 sampai 500 g. Ia dipanen Februari Mei. Buah adi mirip hass tapi berwarna hijau terang, bobot 230 g dengan biji kecil. Musim petik pada November April. Sementara gil berbentuk pir dengan leher pendek, warna kulit hitam tapi tidak mengkilap, bobotnya 300 g, dan dipanen pada Januari sampai Maret.

Ettinger juga merupakan hasil seleksi dari varidtas lokal. Buah berkulit hijau mengkilap itu masa panennya singkat, Oktober sampai November.

Dari bawah tanah


pasar ekspor
Sebagian produksi untuk pasar ekspor

Ahuacatl sebutan bangsa Indian Aztec itu ditanam dengan jarak 4 m x 6 m atau 420 pohon per ha. Arah penanaman utara-selatan agar penerimaan sinar matahari lebih maksimal. Tanaman dipertahankan setinggi 4 sampai 4,5 m dengan pemangkasan rutin supaya mudah perawatan dan panen.

Keterbatasan sumber air tak menjadikan pohon merana. Sebuah perusahaan milik negara ditunjuk sebagai pengelola air. Air dipompa dari sungai di bawah tanah lalu didistribusikan ke kebun-kebun sesuai dengan kebutuhan. Sampai sana air dialirkan melalui pipa irigasi tetes atau mini sprinkle. Itu lebih hemat ketimbang tanaman disiram satu per satu. Untuk setiap m3 air pekebun membayar 20 sen.

Saat panen tiba, buah dipetik menggunakan tangga hidrolik yang bisa dinaikturunkan dan digeser-geser dari pohon ke pohon. Pekebun Israel lebih suka menggunakan alat berat karena biaya tenaga kerja mahal. Lagipula dengan cherry picker alat itu buah di tajuk teratas pun bisa dipanen.

Dari kebun-kebun itu alpukat disetor ke perusahaan penampung. Mayoritas petani bergabung dalam Israeli Avocado Association yang memasarkan produk mereka di bawah bendera Agrexco Company Ltd. Perusahaan itu menguasai 80% pasar ekpor dan 60 sampai 70% lokal. Sisanya bergabung dengan perusahaan Mehadrin dan Tnuport.

Salad alpukat


untuk Salad alpukat
Salad alpukat

Mereka berkolaborasi dengan rumah-rumah pengemasan. Salah satunya Granot Avocado Ltd. Perusahaan itu mengepak 200 ton per hari atau 25% total produksi negara. Buah disortasi sesuai kebutuhan pasar. Konsumen di Eropa menginginkan buah berbobot 235 sampai 315 g, mulus tanpa cacat. Dari sana barulah buah dewa itu begitu orang Guatemala menyebutnya dikirim ke mancanegara.

Tak melulu segar, alpukat juga dipasarkan dalam bentuk olahan. Mitbal Avocado memproduksi salad alpukat. Andalannya antara lain pure varietas hass yang bertekstur lembut dan enak. Untuk konsumen lokal puree dikemas tanpa pengawet. Toh dengan teknologi modified atmosphere dan penyimpanan pada suhu -18°C ia layak konsumsi hingga 1,5 tahun. Untuk ekspor digunakan aluminium foil berukuran 200 sampai 250 g. Dengan pengawet dan disimpan pada suhu 2 sampai 7°C pure tahan disimpan 35 hari.

Document last updated at: Selasa, 20 Okt 2020