Senin, 20 April 2020

Analisis Usaha Perkebunan jeruk siam

Waktu Budidaya Tani berkunjung pada akhir Maret, dahan pohon-pohon jeruk siam di kebun itu terlihat doyong ke bawah lantaran sarat buah. Satu tangkai digelayuti 5-8 bulatan berwarna hijau tua. Beberapa pohon malah disesaki buah hijau kekuningan, siap dipanen. Meski panen raya jatuh pada Juli dan Desember, tanaman hampir tak berhenti berbuah.

 

Perkebunan jeruk siam

Budidaya Tani mencicipi siem yang dipetik dari tanaman yang bibitnya didatangkan dari Malang. Rasanya manis sekali. Kadar air pun banyak. Puluhan buah menggelayuti masing-masing pohon berumur 2,5 tahun.

Kualitas Jeruk Siam yang Diminta Pasar

Jeruk siam sebenarnya sudah bisa dibuahkan pada umur 1,5 tahun tapi tanaman belum cukup dewasa. Makanya buah-buah sebelumnya dirompes untuk memacu pertumbuhan vegetatif. Ir Hendrik Virgilius, MS, pengelola kebun memprediksi saat panen dituai 25 kg per pohon. 

“Kelihatannya sedikit ya? Tapi jeruk itu aneh, kalau dilihat sepertinya buah sedikit, begitu dipanen baru terlihat banyak,” kata Hendrik sambil menunjuk pohon-pohon di sekelilingnya.

Berdasarkan pengalaman membuahkan siem tebas, produksi naik rata-rata 50 kg per pohon per panen. Master bidang agronomi dari Institut Pertanian Bogor itu tak sekadar berhitung di atas kertas. Pada panen raya Desember ia menuai 35-40 keranjang per hari. Satu keranjang berisi 55—65 kg siem yang dipanen dari 2.121 pohon berumur 4 tahun.

Tak melulu kuantitas, kualitas buah yang dihasilkan pun prima. Sekitar 60-85% hasil panen masuk kelas A dan B. Itu berarti setiap kilogram berisi 4-5 buah berpenampilan mulus. Sisanya masuk kelas C dan D. Dari masing-masing kelas itu diperoleh peningkatan harga Rp 1.000 per kelas.

Perawatan Harus intensif

Wajar saja hasil panen jeruk siam dari kebun terletak di dekat lokasi wisata Bukit Bugenvil itu prima. Tanaman asal bibit tempel yang ditanam dengan jarak 5 m x 5 m dirawat secara intensif. 

Tanah disekitar pohon bebas rumput ilalang yang kerap menjadi kompetitor mendapatkan hara. Rumput sedikit “dibiarkan” ketika musim kemarau untuk menjaga kelembapan tanah.

Sambil membersihkan rumput, piringan tanah berdiameter 1 m dirapikan dengan cara menaikkan bumbunan. Itu mudah dilakukan lantaran Hendrik menerapkan sistem pembagian kerja per blok. Satu blok terdiri atas 400 pohon menjadi tanggung jawab satu pekerja. 

Untuk memasok kebutuhan air, dibangun instalasi penyiraman. Pipa-pia PVC ditanam di dalam tanah untuk mengalirkan air dari sungai di dekat kebun.

Setiap 4 bulan dibenamkan 400 g pupuk NPK per pohon. Sebanyak 4-5 kg bokashi terbuat dari jerami padi disebarkan di piringan tanah 2 kali setahun. Bokashi kaya asam amino yang membuat buah lebih manis. 

Lagipula warna daging lebih menarik dan kulit mudah dikupas. Kondisi tanah yang kurang “bersahabat”  podzolik merah kuning dengan topsoil hanya 10-12 cm membutuhkan banyak bahan organik.

Selang 2 minggu kemudian perangsang bunga Nutrifam AG dan perekat pupuk APS A disemprotkan. Dosis pemakaian 0,5 cc Nutrifam dan 1/8 cc APSA per liter air. 

Belakangan Hendrik juga menggunakan perangsang tumbuh Novelgro. Hasilnya, tanaman jeruk siam tumbuh sehat terlihat dari daun yang hijau mengkilap dan berbuah lebat.

Biasanya 2 minggu setelah penyemprotan pupuk perangsang, bunga berwarna putih muncul serempak. Persentase fruitset pun lebih tinggi. “Memang tidak ada data kuantitaf, tapi itu bisa digambarkan dengan hasil panen pertama yang bisa mencapai 30 kg perpohon,” ujar kelahiran Bandung 13 September 1950 itu.

Analisis Perkebunan jeruk siam
Perkebunan Jeruk

Banyak jenis Dan Varietas

Kini dari total populasi 6.000 tanaman, baru 2.121 pohon berproduksi. Sisanya masih berupa tanaman muda. Penanaman bertahap lantaran sulit mendapatkan bibit dalam jumlah besar. Di kebun itu ditanam siem tebas asal penangkar lokal Kalimantan Barat dan Malang. 

Selain itu terdapat 330 tanaman siem madu dari Malaysia dan siem landbow berkulit tebal dengan rasa sedikit getir ketika baru dipetik. Masing-masing jenis ditanam dalam blok terpisah untuk menghindari penyerbukan silang.

Kebun yang merupakan perkongsian beberapa orang itu juga mengoleksi beragam jenis keprok. Contoh densi yang memiliki 6 variasi. Keistimewaan densi,warna kulit kuning kejinggaan kala matang dan mengeluarkan aroma harum. Uniknya ia justru enak disantap kala kulit masih kehijauan. Daging lembut dan berair dengan citarasa sedikit asam. Bila terlalu matang, kandungan air tinggal sedikit dan daging ngapas.

Ancaman Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) yang sempat menjadi momok tak membuat gentar. “Yang penting tindakan preventif dengan cara budidaya yang sehat,” kata ayah 4 anak itu. Apalagi bibit yang digunakan bersertifikat. Secara berkala seluruh tanaman dikontrol untuk mendeteksi kehadiran CVPD. Bila ada tanaman terserang, segera dimusnahkan dengan cara dibakar sebelum penyakir menyebar.

Nilai Ekonomis budidaya jeruk

Ternyata pilihannya tak salah. Setiap musim panen tiada hari tanpa kegiatan memetik buah. Jeruk-jeruk yang sudah dipisahkan di lahan berdasarkan kelas dikirim kepada para pedagang yang antre meminta jatah pasokan. Dari hasil panen itu, “Sejak setahun terakhir saya tidak pernah lagi minta uang pada pemegang saham,” tutur Hendrik.

Hasil penjualan 1,5 kali panen sanggup menutup biaya operasional perawatan tanaman dan gaji karyawan setiap bulan. Pria yang besar di Palembang itu meghitung setelah 2 tahun panen atau tanaman mencapai umur 4 tahun titik impas dicapai. Di Desa Pangilang, jeruk siem memang terasa manis.

Document last updated at: Senin, 20 Apr 2020