Jumat, 15 Oktober 2021

Cemara Udang Batang Tiga: Bonsai yang Mengulang Kesuksesan

Bonsai cemara udang koleksi Lee Kwan Din telah mencuri perhatian banyak orang dengan penampilannya yang memukau. Percabangan yang teratur dan daun hijau yang segar menambah keindahan bonsai ini. Dengan tinggi mencapai 104 cm, bonsai ini terlihat sangat "matang" dan pantas dinobatkan sebagai bonsai terbaik dengan perolehan nilai 337 dalam Gebyar Bonsai Istana Cipanas.

Keberhasilan bonsai cemara udang ini bukanlah hal yang mengejutkan. Tiga pohon yang tumbuh dalam satu pot terlihat padu dan saling mendukung. Cabangnya yang tinggi, sedang, dan pendek teratur terdistribusi secara alami. Kulit batang yang pecah-pecah menunjukkan pertanda usia yang matang. Daun-daun kecil yang pendek memberikan tampilan yang alami. Akar bonsai ini juga terlihat rapi dan kokoh, seolah-olah mencengkeram tanah. Semuanya serasi dengan pot keramik berbentuk oval yang elegan.

Tidak hanya kali ini saja bonsai No. 04 ini meraih prestasi. Dalam catatan kami, bonsai ini telah enam kali masuk nominasi terbaik dan berhasil meraih penghargaan platinum. Beberapa gelar juara yang telah diraihnya antara lain pada Manggala Bonsai Parahyangan di Bandung dan Simfoni Alam Bonsai Indonesia di Bogor. Pada kedua ajang tersebut, bonsai ini berhasil menjadi yang terbaik dalam pertunjukan.

kontes bonsai cipanas

Kompetisi yang Menantang dengan Peserta Terbatas

Perjalanan bonsai cemara udang koleksi hobiis asal Bandung menuju kesuksesan tidaklah mudah. Beberapa pesaing beratnya tidak hadir dalam lomba kali ini. Misalnya, bonsai gulo kumantung dan bonsai cemara udang berbatang dua koleksi Lie Kwan Din juga tidak berpartisipasi dalam kompetisi ini.

Oleh karena itu, bonsai ini sebagian besar bersaing dengan bonsai-bonsai "muda", meskipun beberapa di antaranya berhasil meraih posisi juara. Sebagai contoh, pada lomba di Yogyakarta bulan Mei lalu, bonsai ini meraih peringkat kedua sebagai juara. Sementara pada kategori madya di Bandung, bonsai ini berhasil meraih peringkat ketiga sebagai yang terbaik.

Selain minimnya peserta "kuat" yang berpartisipasi, lomba ini juga kurang diminati oleh para pecinta bonsai. Hanya ada 44 bonsai yang ikut serta dalam kategori utama dan 130 pohon dalam kategori madya. Para peserta berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Yogyakarta, Cirebon, Jakarta, Bandung, Bogor, dan Tangerang. Kemungkinan minimnya peserta ini disebabkan karena waktu penyelenggaraan lomba yang berdekatan dengan lomba terakhir di Yogyakarta dan Fiona di Jakarta.

Meskipun demikian, kualitas para peserta tetap patut diacungi jempol. Hal ini terbukti dengan kesulitan juri dalam menentukan pemenang. "Selisih nilai di antara mereka sangat tipis," ungkap Deni Nayoan, salah satu juri dari Jakarta.

Contohnya, terdapat selisih nilai yang sangat kecil antara sang juara pertama dengan pesaing-pesaingnya. Sang juara hanya unggul 3,75 poin dari peringkat kedua, dan berselisih 4,50 poin dengan peringkat ketiga dan keempat. Bahkan, phusu juara ketiga yang dimiliki oleh Dewi dan Juniperus sargentii, koleksi Harja dari Bandung, memiliki nilai yang sama, yaitu 332,50.

Sistem Penilaian Baru yang Menarik

Salah satu hal menarik dalam kompetisi ini adalah penerapan sistem penilaian baru. Hanya terdapat empat kriteria yang dinilai, yaitu gerak dasar yang meliputi akar dan batang, kematangan yang menilai cabang, ranting, dan buah, serta keserasian dan kesehatan. Bobot nilai dari ketiga faktor tersebut adalah 62,5%. Sedangkan faktor terakhir, yaitu penjiwaan, memiliki bobot nilai sebesar 37,5%.

Faktor penjiwaan mencakup keseimbangan, sentuhan akhir, kreativitas, dan inovasi dalam penataan bonsai. Sebelumnya, terdapat enam hal yang dinilai, termasuk akar, batang, ranting, daun, mahkota, serta keseimbangan dengan pot. Dengan adanya sistem penilaian baru ini, penilaian subyektif dari juri dapat dikurangi. Hasilnya, tidak ada lagi perdebatan yang tidak puas dengan keputusan juri, seperti yang dikatakan oleh Jongky B. Sulistyo, salah satu anggota dewan juri.

Berdasarkan catatan dari juri, nilai peserta yang berada dalam rentang 321 hingga 360 masuk dalam kategori sangat baik. Terdapat 24 bonsai atau 60% dari total peserta yang masuk dalam kategori tersebut. Delapan belas pohon masuk dalam kategori baik dengan rentang nilai antara 281 hingga 320. Hanya ada dua pohon yang masuk dalam kategori cukup baik dengan rentang nilai 241 hingga 270.

Di kategori madya, penilaian masih mengacu pada sistem lama. Sayangnya, hanya ada 18 pohon yang masuk dalam kategori sangat baik dan 87 pohon masuk dalam kategori baik. Di kategori ini, bonsai buxus terpilih sebagai yang terbaik dalam pertunjukan. Penampilan bonsai koleksi Lee Kwan Din ini memang sangat mengagumkan dan tidak kalah dengan peserta kategori utama.

Sebuah Prestasi yang Membanggakan dengan Potensi Lebih Besar

Bonsai cemara udang batang tiga koleksi Lee Kwan Din telah membuktikan keberhasilannya dalam meraih prestasi. Dengan penampilan yang memukau dan perawatan yang cermat, bonsai ini berhasil meraih gelar juara dalam berbagai kompetisi bonsai terkemuka di Indonesia.

Sejak kali pertama muncul dalam ajang lomba, bonsai No. 04 ini sudah menarik perhatian para juri. Keunikan dari bonsai ini terletak pada kompaksi tiga pohon yang tumbuh dalam satu pot, dengan cabang yang teratur dan proporsional. Kulit batang yang pecah-pecah menunjukkan usia yang matang, sedangkan daun kecil dan pendek memberikan kesan alami. Akar yang rapi dan kokoh memberikan kekuatan pada bonsai ini.

Dalam perjalanan kompetisinya, bonsai cemara udang batang tiga ini telah mengukir prestasi yang luar biasa. Dalam catatan kami, bonsai ini telah masuk sebagai nominasi terbaik sebanyak enam kali dan meraih penghargaan platinum. Gelar juara yang telah diraihnya meliputi Manggala Bonsai Parahyangan di Bandung dan Simfoni Alam Bonsai Indonesia di Bogor. Bahkan, dalam kedua ajang tersebut, bonsai ini tampil sebagai yang terbaik dalam pertunjukan.

Kesuksesan bonsai ini tidak lepas dari perawatan dan dedikasi kolektor bonsai Lee Kwan Din. Sebagai seorang hobiis dari Bandung, Lee Kwan Din telah membawa bonsai cemara udang batang tiga ini meraih prestasi yang gemilang. Namun, potensi bonsai ini tidak hanya berhenti di sini.

Memperkaya Sejarah Bonsai dan Menumbuhkan Minat Baru

Bonsai cemara udang batang tiga koleksi Lee Kwan Din merupakan sebuah karya seni hidup yang memiliki sejarah panjang dalam tradisi bonsai. Sejak zaman dahulu, seni merawat dan membentuk pohon mini ini telah menjadi bagian dari budaya dan kesenian di berbagai belahan dunia.

Dalam sejarah bonsai, cemara udang batang tiga termasuk ke dalam kelompok pohon yang populer. Pohon ini memiliki bentuk yang unik dan menarik, dengan cabang yang teratur dan daun yang kecil. Pohon cemara udang juga dianggap sebagai simbol kesuburan dan keberuntungan dalam beberapa budaya.

Perawatan bonsai cemara udang batang tiga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus. Pemilik bonsai perlu memahami kebutuhan pohon ini, termasuk pemangkasan, penyiraman, dan pemupukan yang tepat. Selain itu, pengaturan posisi cabang juga penting untuk mencapai bentuk yang diinginkan.

Bagi para pecinta bonsai dan penggemar seni taman, bonsai cemara udang batang tiga ini merupakan inspirasi yang berharga. Keberhasilannya dalam berkompetisi dan meraih gelar juara dapat menjadi motivasi bagi mereka yang ingin mengembangkan keterampilan dalam merawat dan membentuk bonsai.

Persyaratan Pemilik yang Bertanggung Jawab

Meskipun memiliki keindahan yang menarik, bonsai cemara udang batang tiga bukanlah tanaman yang mudah untuk dirawat. Pemilik bonsai ini harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam merawat pohon bonsai. Hal ini termasuk pemahaman tentang kebutuhan air, pemupukan yang tepat, dan pemangkasan yang benar.

Selain itu, pemilik bonsai juga harus memiliki kesabaran dan konsistensi dalam merawat tanaman ini. Bonsai membutuhkan perawatan yang berkelanjutan dan perhatian yang terus-menerus. Salah satu kesalahan dalam perawatan dapat berdampak buruk pada kesehatan dan keindahan bonsai.

Dalam memilih bonsai cemara udang batang tiga sebagai koleksi pribadi, penting untuk memperhatikan asal-usul pohon tersebut. Pastikan untuk mendapatkan bonsai dari sumber yang terpercaya dan mematuhi hukum dan regulasi yang berlaku terkait perdagangan tanaman.



Conclusion

Bonsai cemara udang batang tiga koleksi Lee Kwan Din adalah sebuah karya seni hidup yang mengesankan. Dengan penampilan yang memukau dan prestasi yang gemilang, bonsai ini telah mencuri perhatian para pecinta bonsai di Indonesia. Keberhasilannya dalam berkompetisi dan meraih gelar juara menunjukkan dedikasi dan keterampilan pemiliknya dalam merawat dan membentuk bonsai.

Bonsai cemara udang batang tiga ini juga dapat menjadi inspirasi bagi pecinta bonsai lainnya dalam mengembangkan keterampilan mereka dalam seni merawat dan membentuk pohon mini. Namun, perlu diingat bahwa merawat bonsai cemara udang batang tiga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus, serta kesabaran dan konsistensi dalam perawatan yang berkelanjutan.

Document last updated at: Jumat, 15 Okt 2021