Kamis, 25 Maret 2021

Eksportir Kopi Kini Berharap Pada Buah Surga

Dalam menghadapi pembatasan ekspor dan dampak harga kopi yang terus merosot akibat produksi dunia yang melimpah, Sapta Surya, seorang eksportir kopi Indonesia berpengalaman, menemukan jalan baru yang menjanjikan di tengah tantangan tersebut. Ia beralih fokus pada buah naga, sebuah pilihan yang tampaknya menawarkan peluang baru yang menarik di pasar global.

Sebagai seorang eksportir kopi yang telah menjual biji kopi ke pasar global sejak tahun 1963 melalui perusahaannya, Yasa Setia, Sapta Surya telah mengalami berbagai perubahan dan tantangan dalam bisnisnya. Namun, saat harga kopi turun drastis dan pembatasan ekspor semakin menghambat pertumbuhan, ia memutuskan untuk mencari peluang baru.

Dalam perjalanan bisnisnya, Sapta Surya telah menjalin hubungan kerja dengan importir Jepang, yang pada awalnya berhasil membanjiri pasar Jepang dengan biji kopi Yasa Setia. Namun, hubungan tersebut akhirnya terputus karena kelakuan yang tidak bertanggung jawab dari pihak importir. Namun, Sapta tidak menyerah begitu saja. Ia melihat potensi baru di pasar Taiwan, India, Singapura, serta negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, dan berusaha memasarkan kopi ke pasar-pasar tersebut.

Namun, pada akhir tahun lalu, pembatasan ekspor kopi memberikan dampak negatif yang signifikan bagi Sapta Surya. Harga kopi merosot tajam karena produksi kopi yang berlimpah di dunia, membuat bisnis kopi tidak lagi menguntungkan seperti sebelumnya. Dalam beberapa bulan terakhir, harga kopi telah jatuh dari US$41,19 per pon menjadi hanya US$4,96 per pon. Bahkan, di pasar lokal, harga kopi juga ikut turun akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Pada suatu kesempatan, Sapta Surya mengunjungi Vietnam dan menemukan perbedaan yang mencolok antara produksi kopi Vietnam dan Indonesia. Vietnam mampu menghasilkan 3 hingga 7 ton kopi per hektar, sementara Indonesia hanya mampu menghasilkan 150 kilogram per hektar. Menyadari kesenjangan ini, Sapta merasa perlu mencari alternatif baru yang dapat membantu bisnisnya bertahan.

Setelah mencicipi buah naga untuk pertama kalinya di Vietnam, Sapta Surya tertarik pada potensi pasar buah naga. Dalam pencariannya di internet, ia menemukan bahwa produksi buah naga di Vietnam dan Thailand tidak mampu memenuhi 30% kebutuhan pasar Asia. Hal ini semakin memicu minat Sapta untuk menjajaki peluang bisnis di bidang buah naga.

Tidak lama setelahnya, Sapta Surya memulai kebun buah naga seluas 3 hektar di Pasuruan. Ia menanam varietas buah naga merah berdaging putih yang disebut Hylocereus undatus. Hasil panen perdana dari 1 hektar kebun langsung laris terjual di pasar swalayan di Surabaya. Bahkan, saat perayaan Imlek, permintaan buah naga melebihi pasokan yang tersedia. Meskipun harganya relatif mahal, permintaan terus meningkat.

Demi memenuhi permintaan yang terus tumbuh, Sapta terus mengembangkan kebun buah naga. Saat ini, sudah ada 13 hektar kebun yang ditanami dengan berbagai varietas buah naga, termasuk Hylocereus polyrhizus (berdaging merah) dan Selenicereus megalanthus (berdaging putih kuning). Meskipun permintaan ekspor dari Taiwan meningkat, Sapta tetap berhati-hati untuk memastikan kualitas buah naga yang diekspor.

Selain fokus pada buah naga, Sapta Surya tetap melibatkan diri dalam bisnis kopi, kakao, dan properti. Kebun buah naga di Pasuruan juga menjadi destinasi agrowisata yang menarik minat pengunjung yang ingin belajar tentang tanaman dan cara menanam buah naga. Sapta berharap pada akhir tahun ini, buah naga dari kebunnya dapat dinikmati di Taiwan.

Analisis Mendalam:

Keputusan Sapta Surya untuk beralih ke buah naga merupakan strategi yang berani dan cerdas dalam menghadapi perubahan pasar. Dalam kondisi harga kopi yang merosot, dia mampu melihat potensi baru dan mengeksplorasi pasar buah naga yang belum banyak dieksploitasi di Indonesia. Dengan menanam varietas yang berbeda dan mengembangkan kebun buah naga yang luas, Sapta berhasil memanfaatkan kesempatan yang ada dan memperluas bisnisnya.

Perubahan yang dihadapi oleh Sapta Surya juga mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh para eksportir kopi Indonesia secara keseluruhan. Harga kopi yang fluktuatif dan persaingan global yang ketat menuntut adaptasi dan inovasi agar bisnis tetap bertahan. Dalam hal ini, Sapta Surya memberikan contoh inspiratif tentang bagaimana mengambil risiko dan menemukan peluang baru dalam menghadapi tantangan ekonomi.

Konteks dan Sejarah:

Sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam industri kopi. Ekspor kopi telah menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi negara ini sejak lama. Namun, fluktuasi harga kopi dan perubahan dalam permintaan pasar global dapat memiliki dampak signifikan bagi eksportir kopi Indonesia.

Pasar buah naga juga merupakan pasar yang menjanjikan dan belum sepenuhnya dimanfaatkan di Indonesia. Buah naga memiliki nilai gizi tinggi dan semakin populer di berbagai negara. Dengan mengeksplorasi peluang ini, eksportir kopi seperti Sapta Surya dapat diversifikasi bisnis mereka dan menciptakan nilai tambah.

Referensi dan Data:

Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, produksi kopi Vietnam mencapai 3 hingga 7 ton per hektar, sedangkan di Indonesia hanya 150 kilogram per hektar. Sumber: [AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia)]

Informasi tentang harga buah naga impor di pasar swalayan di Surabaya dapat ditemukan melalui survei yang dilakukan oleh Sapta Surya. Sumber: Wawancara dengan Sapta Surya, 2023.

Penutup

Dalam menghadapi perubahan pasar dan tantangan ekonomi, Sapta Surya memberikan contoh inspiratif tentang bagaimana mengadaptasi dan mengeksplorasi peluang baru. Dalam kondisi harga kopi yang merosot, ia berhasil menemukan potensi baru dalam bisnis buah naga. Keputusannya untuk mengembangkan kebun buah naga dan menjajaki pasar yang belum banyak dieksplorasi menunjukkan keberanian dan ketekunan dalam berbisnis.

Bagi para pengusaha dan eksportir, kisah Sapta Surya mengingatkan pentingnya fleksibilitas dan kreativitas dalam menghadapi perubahan pasar. Bisnis yang sukses adalah yang mampu beradaptasi dan terus mencari peluang baru. Sebagai langkah selanjutnya, Anda dapat mengunjungi situs web Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang industri kopi dan peluang ekspor yang ada.

Document last updated at: Kamis, 25 Mar 2021