Jumat, 19 Juli 2019

Rahasia Sukses Budidaya Lobster Air Tawar: Mengungkap 3 Jenis Lobster yang Paling Dicari

Sejak 1991, budidaya lobster air tawar telah dikembangkan di Indonesia. Iskandar, seorang penangkar ikan hias di Jakarta Timur, telah serius mengembangkan usaha ini. Namun, perkembangannya terhambat oleh masalah adaptasi dan ketersediaan induk lobster. Baru pada tahun 1996, berhasil mencapai kesuksesan di Jakarta, dan kemudian diikuti oleh para hobiis di kota lain seperti Bogor, Yogyakarta, dan Malang. Artikel ini akan membahas tiga spesies lobster air tawar yang paling umum dibudidayakan di Indonesia.

1. Cherax quadricarinatus

Gambar Cherax quadricarinatus: Lobster air tawar dengan ciri khas ekor bercak dan capit kuat.
Cherax quadricarinatus, juga dikenal sebagai lobster air tawar, adalah spesies lobster yang memiliki ekor dengan pola bercak yang menarik. 

Salah satu jenis lobster air tawar yang dibudidayakan adalah Cherax quadricarinatus. Lobster jenis ini dapat ditemui di ruang pamer milik Hondo Wiyanto di Yogyakarta. Biasanya, lobster ini memiliki warna biru langit dengan bintik-bintik putih yang menutupi tubuhnya. Penampilannya mirip dengan udang galah, tetapi karapas kepala lobster ini agak lebih besar.

Cherax quadricarinatus ditempatkan di akuarium berukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm. Setiap akuarium dilengkapi dengan selang aerator, potongan pipa T, dan batu bata berlubang sebagai tempat persembunyian ketika lobster sedang berganti kulit. Lobster yang akan digunakan sebagai calon induk ditempatkan di kolam berukuran 2,5 m x 2,5 m, yang dilapisi kaca untuk mencegah lobster kabur.

Bibit Cherax quadricarinatus diperoleh dari seorang penangkar di Yogyakarta. Pada tahun 2001, Iskandar membeli 5 ekor lobster berusia satu tahun, terdiri dari 1 jantan dan 4 betina. Lobster jantan memiliki capit merah, sementara lobster betina tidak memiliki ciri tersebut. Saat ini, jumlah total lobster Cherax quadricarinatus yang dimiliki Iskandar sekitar 500 ekor dengan berbagai ukuran, mulai dari burayak hingga panjang 5-8 cm.

Setiap betina lobster rata-rata menghasilkan 75-80 telur dalam satu kali bertelur. Jumlah ini meningkat seiring dengan pertambahan usia lobster. Pada usia 2 tahun, produksi telur meningkat menjadi 300-400 butir. Bahkan di habitat aslinya di Papua, lobster ini dapat mencapai panjang 35 cm dan berbobot 1,5 kg. Rekor panjang lobster Cherax quadricarinatus yang dihasilkan di akuarium mencapai 20 cm di Jerman.

Lobster ini biasanya melakukan proses kawin dua kali setahun pada bulan September dan April. Mereka menyukai lingkungan dengan suhu 20-24°C, pH 7-8, dan tingkat kekerasan air 10-20°. Lobster ini termasuk hewan omnivora yang suka bersembunyi di tempat yang gelap. Mereka diberi makan dengan pelet udang windu.

2. Cherax destructor

Gambar Cherax destructor - Lobster Air Tawar yang Eksotis
Cherax destructor, juga dikenal sebagai Lobster Air Tawar, merupakan spesies lobster yang menarik perhatian dengan warna tubuh yang mencolok dan sifatnya yang eksotis. 

Iskandar di Jakarta Timur juga memelihara lobster jenis Cherax destructor. Lobster ini memiliki penampilan yang lebih garang dibandingkan dengan saudara sepupunya, Cherax quadricarinatus. Lobster Cherax destructor memiliki capit yang besar dan mirip dengan tang mobil. Capit tersebut digunakan untuk berkelahi saat lobster jantan mencoba menggaet betina selama musim bertelur.

Lobster Cherax destructor ditempatkan di akuarium berukuran 80 cm x 40 cm x 40 cm yang disusun dalam tiga tingkat. Di belakang rumah Iskandar, terdapat puluhan akuarium yang rapi diatur di beranda dengan luas sekitar 5 m x 3 m. Lobster jenis ini juga dipelihara di bak-bak semen berukuran 1,5 m x 1,5 m dan kedalaman 50 cm. Setiap akuarium dan bak dilengkapi dengan selang aerator dan pipa T dengan berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan lobster.

Rata-rata setiap akuarium diisi dengan 4-6 ekor lobster berukuran 5-8 cm. Beberapa akuarium memiliki lobster betina yang sedang mengandung telur, sementara yang lain tampak kosong, padahal sebenarnya di dalamnya terdapat burayak yang baru menetas. Di bak, lobster air tawar berukuran di atas 5 cm dipelihara dalam jumlah yang lebih banyak.

Lobster ini memiliki warna kebiruan yang juga disukai oleh burung kookaburras di Australia. Warna karapasnya cenderung merah kecokelatan. Di habitat aslinya, lobster Cherax destructor dapat ditemui dalam berbagai warna seperti hijau kuning, abu-abu hitam, merah solid, dan biru. Namun, warna-warna tersebut bisa terlihat memudar saat lobster ini sering bermain-main di lumpur, terutama saat musim kemarau.

Iskandar mendatangkan lobster Cherax destructor ini dari Australia pada tahun 1991. Setelah beberapa generasi berkembang biak, jumlah lobster tersebut telah mencapai ribuan. Rata-rata panjang lobster Cherax destructor, yang juga dikenal dengan sebutan zerstorer di Jerman, adalah 5-8 cm, dan beberapa ekor bahkan mencapai panjang lebih dari 10 cm. Lobster dengan ukuran tersebut yang digunakan sebagai induk untuk produksi telur.

Lobster ini memiliki tingkat produktivitas yang mirip dengan lobster Cherax quadricarinatus. Mereka membutuhkan kondisi lingkungan yang sama untuk hidup. Satu-satunya perbedaan adalah perilaku hidupnya. Penting untuk tidak mengganggu lobster saat sedang menggendong telur, karena capit mereka dapat menyebabkan luka jika diusik. Di Australia, lobster ini memiliki umur yang pendek, sekitar 3 tahun di akuarium.

Namun, dengan perawatan yang baik, usia lobster tersebut bisa diperpanjang. Seperti lobster Cherax quadricarinatus, lobster Cherax destructor juga merupakan hewan omnivora. Makanan favorit mereka adalah cacing tanah dan serangga air. Iskandar juga memberi makan lobster tersebut dengan pelet udang windu.

3. Procambarus sp

Gambar Procambarus sp., jenis udang air tawar yang unik dan menarik
Procambarus sp., juga dikenal sebagai udang air tawar, adalah spesies udang yang memiliki penampilan yang unik dan menarik. Dengan tubuh yang berwarna cerah dan ciri khasnya

Jenis lobster air tawar terakhir yang mulai diternak di Indonesia adalah lobster jenis Procambarus sp. Lobster ini hidup di rawa-rawa payau di Louisiana, Amerika Serikat. Iskandar mengimpor lobster Procambarus sp. pada pertengahan tahun 1990-an. Meskipun jumlahnya tidak banyak, hanya beberapa ekor, lobster ini memiliki tantangan dalam pemeliharaannya karena sifatnya yang agresif dan ingin menguasai daerahnya sendiri.

Lobster Procambarus sp. memiliki karapas berwarna merah dengan sentuhan biru, yang merupakan daya tarik utamanya. Selain dikonsumsi, lobster ini juga dimanfaatkan sebagai hiasan akuarium. Namun, jika dibandingkan dengan lobster jenis lain, lobster ini memiliki tingkat produktivitas yang relatif rendah. Saat berusia 2 tahun, lobster hanya mampu menghasilkan sekitar 60-100 telur.

Selain itu, pertumbuhan lobster ini melambat ketika mendekati usia dewasa. Mereka jarang berganti kulit dan pertumbuhannya menjadi lambat setelah mencapai usia 6 bulan.

Faktor Penting dalam Budidaya Lobster Air Tawar

Budidaya lobster air tawar di Indonesia telah berkembang sejak tahun 1991, tetapi mengalami tantangan dalam hal adaptasi dan ketersediaan induk lobster. Meskipun demikian, berhasil ada kisah sukses pada tahun 1996 di Jakarta dan diikuti oleh hobiis di kota-kota lain seperti Bogor, Yogyakarta, dan Malang.

Budidaya lobster air tawar memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia. Lobster jenis Cherax quadricarinatus, Cherax destructor, dan Procambarus sp. adalah tiga jenis lobster yang populer dalam budidaya ini. Lobster-lobster ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal penampilan, perilaku, dan kebutuhan lingkungan.

Melalui pemeliharaan yang tepat, seperti penyediaan akuarium yang sesuai, pemberian pakan yang baik, dan pengaturan kondisi lingkungan yang optimal, budidaya lobster air tawar dapat menjadi usaha yang menguntungkan.

Selain nilai komersialnya, budidaya lobster air tawar juga memiliki dampak positif terhadap pelestarian lobster di alam. Dengan melakukan pemijahan dan pengembangbiakan lobster secara terkontrol, dapat membantu menjaga populasi lobster di habitat aslinya. Selain itu, budidaya lobster air tawar juga dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat lokal.

Sejarah dan Perkembangan Budidaya Lobster Air Tawar di Indonesia

Budidaya lobster air tawar di Indonesia dimulai pada tahun 1991 dan telah mengalami perkembangan sejak itu. Lobster air tawar merupakan alternatif yang menarik bagi petani ikan hias dan penghobi di Indonesia. Sebelumnya, lobster air tawar hanya dapat ditemui di habitat aslinya, seperti Australia dan Amerika Serikat.

Namun, dengan adanya budidaya lobster air tawar, masyarakat Indonesia dapat dengan mudah mengakses lobster ini dan mengembangbiakkannya secara lokal.

Perkembangan budidaya lobster air tawar di Indonesia telah memberikan alternatif menarik bagi petani ikan hias dan penghobi. Sebelumnya, mereka harus mengimpor lobster air tawar, namun sekarang mereka dapat memproduksi dan mengembangbiakkannya sendiri secara lokal. Hal ini mengurangi ketergantungan terhadap impor dan membuka peluang bisnis baru di Indonesia.

Budidaya lobster air tawar juga memiliki keuntungan ekonomi. Lobster air tawar memiliki nilai jual yang tinggi, terutama dalam pasar ikan hias dan restoran. Hal ini mendorong petani ikan hias dan pengusaha kuliner untuk mengembangkan bisnis mereka dengan memanfaatkan lobster air tawar sebagai komoditas yang menarik.

Selain itu, budidaya lobster air tawar juga memiliki potensi dalam pengelolaan sumber daya alam. Dengan adanya budidaya lokal, tekanan terhadap populasi lobster air tawar di habitat aslinya dapat berkurang, karena masyarakat dapat memenuhi permintaan pasar dengan lobster yang dibudidayakan. Ini membantu menjaga keseimbangan ekosistem alami dan melindungi spesies lobster di habitat aslinya.

Pemerintah Indonesia juga telah mendukung perkembangan budidaya lobster air tawar melalui berbagai kebijakan dan program. Mereka menyadari potensi ekonomi dan lingkungan yang dimiliki oleh industri ini, serta kontribusinya terhadap penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi lokal.

Dengan demikian, budidaya lobster air tawar di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan sejak dimulainya pada tahun 1991. Ini memberikan alternatif menarik bagi petani ikan hias dan penghobi, menciptakan peluang bisnis baru, dan menjaga kelestarian sumber daya alam. Budidaya lokal lobster air tawar di Indonesia menjadi contoh sukses dalam pengembangan industri perikanan yang berkelanjutan dan inovatif.

Penutup

Budidaya lobster air tawar tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memberikan kesempatan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Melalui budidaya, penangkar dapat mempelajari lebih lanjut tentang perilaku, pertumbuhan, dan reproduksi lobster air tawar. Informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk meningkatkan teknik budidaya dan menjaga keberlanjutan populasi lobster di alam.

Dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan yang terus meningkat, diharapkan budidaya lobster air tawar di Indonesia akan terus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Document last updated at: Jumat, 19 Jul 2019