Selasa, 23 Februari 2021

Pusat Budidaya Lele Indramayu: Keajaiban Desa Losarang

Saat matahari berada tepat di atas kepala, kegiatan peternakan lele di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Indramayu, dimulai. Di desa pinggir pantai utara Jawa ini, panen lele telah menjadi rutinitas harian yang tak terpisahkan.

Desa Losarang sendiri merupakan salah satu dari tiga desa di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu yang dikenal sebagai pusat budidaya ikan lele. Dalam wilayah ini, sekitar 60% dari total 200 hektar tambak lele berada di Losarang, sementara sisanya tersebar di Desa Krimun dan Puntang. Dengan begitu, desa ini menjadi sentra terbesar budidaya lele di daerah tersebut.

Tak heran jika kolam-kolam lele dengan air berwarna kehijauan mendominasi pemandangan pedesaan di Losarang. Kolam-kolam lele dengan ukuran 200 m² hingga 500 m² dan kedalaman 1 hingga 1,5 meter tersebar di seluruh desa. Ikan lele dipilih sebagai ikan budidaya utama karena mampu bertahan dalam kondisi air yang terbatas, seperti yang dijelaskan oleh A. Hakim, Kepala Sub Dinas Perikanan Indramayu. Budidaya lele di wilayah ini telah dimulai sejak tahun 1990-an, dan saat ini tercatat ada sekitar 385 hektar lahan tambak lele di seluruh Indramayu.

Dengan adanya masalah yang menimpa budidaya udang, banyak petambak yang beralih ke budidaya lele. Saat ini, lebih dari 100 hektar dari total 830 hektar lahan di desa Losarang telah diubah menjadi kolam lele. Selain kegiatan pembesaran, sebagian penduduk desa juga melakukan pembenihan lele.

Tren budidaya lele, khususnya jenis Clarias fuscus atau lele dumbo, di Desa Losarang terus berlanjut. Hal ini terlihat dari masih adanya pembuatan kolam lele yang terus dilakukan. Desa Losarang memang sangat cocok untuk budidaya lele, meskipun tidak memiliki sistem irigasi yang memadai.

Kolam Lele yang Luas di Desa Losarang, Pusat Budidaya Lele Indramayu
Kolam lele yang luas di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Indramayu, merupakan pemandangan yang menakjubkan dan menjadi salah satu pusat budidaya lele terbesar di wilayah tersebut.

Peternakan Lele: Pilihan Menguntungkan bagi Pemula

Dengan hanya memiliki dua kolam berukuran 12 m² x 24 m², seorang peternak di desa ini telah mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Meskipun panennya dilakukan hanya setiap dua bulan sekali, pendapatan dari budidaya lele ini jauh melebihi pendapatan rata-rata buruh yang hanya sekitar Rp10 ribu per hari. Sebagai hasilnya, banyak orang yang memilih beralih ke budidaya lele daripada bekerja sebagai buruh.

Bagi masyarakat Losarang, beternak lele jauh lebih menguntungkan daripada menanam padi. "Hasil yang didapatkan dari 1 hektar sawah sama dengan hasil lele dari 3 kolam berukuran 500 m²," tutur Rusmin, salah satu peternak di desa tersebut. Dengan menanam sekitar 10.000 bibit lele, mereka dapat memperoleh panen sebanyak 1 ton lele. Pendapatan minimal yang didapatkan mencapai Rp5,6 juta.

Apabila harga jual lele berkisar antara Rp6.500 hingga Rp6.600 per kilogram, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi. Peternak di Losarang hanya menggunakan pelet buatan pabrik sebagai pakan lele. Oleh karena itu, fluktuasi harga pakan sangat mempengaruhi keuntungan usaha mereka.

Misalnya, pada tahun 1990-an, harga pakan lele mencapai Rp30.000 per kilogram, sedangkan harga jual lele hanya sekitar Rp2.500 per kilogram. "Saat itu, keuntungan yang didapatkan sangat besar," ungkap Rusmin tanpa menyebutkan angkanya.

Ketika harga pakan naik menjadi Rp80.000 per 30 kilogram sedangkan harga jual lele hanya sekitar Rp4.500 per kilogram, meskipun mengalami penurunan, peternak masih tetap menghasilkan keuntungan. Harga terendah untuk jual beli lele saat ini adalah Rp5.600 per kilogram, sedangkan harga pakan terhitung tertinggi mencapai Rp103.000 per kilogram.

Dengan biaya untuk bibit lele sekitar Rp1 juta, pakan Rp3,4 juta, dan tenaga kerja Rp300.000, pendapatan minimal yang didapatkan mencapai Rp5,6 juta setiap dua bulan. Bibit lele yang ditebar di kolam biasanya berumur 40 hari dengan harga sekitar Rp100 per ekor. Bibit yang berumur 15 hari lebih murah, yaitu sekitar Rp4 per ekor, tetapi memiliki risiko tinggi terhadap perubahan cuaca dan risiko kematian ikan yang tinggi.

Panen Lele di Losarang: Hasil Giringan yang Telah Diseleksi
Peternak di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Indramayu, melakukan panen lele setelah melalui proses giringan dan seleksi untuk mendapatkan hasil terbaik.

Produksi losarang Mengungguli Produksi di Parung

Harga lele di Losarang sangat dipengaruhi oleh fluktuasi pasar. Pada musim kemarau, harga lele cenderung menurun, sedangkan pada bulan Desember hingga Maret, harga lele cenderung naik. "Setelah itu, harga lele sedikit demi sedikit menurun karena adanya pasokan ikan laut," jelas Rusmin.

Rentang harga jual lele di Losarang berkisar antara Rp5.600 hingga Rp6.500 per kilogram. "Tinggi atau rendahnya harga sangat tergantung pada permintaan pasar di Jakarta," kata Wahyudin, seorang pedagang lele yang telah berbisnis selama 3 tahun. Ia bekerja sama dengan seorang bandar di Semper, Jakarta Utara.

Selain dipengaruhi oleh musim ikan laut, panen lele di Parung, Bogor juga berdampak pada penurunan harga lele di Losarang. Ketika panen lele melimpah di Losarang, permintaan akan lele menurun karena pasokan ikan dari Parung. Bandar di Jakarta lebih memilih wilayah Bogor karena biaya transportasinya lebih murah.

Namun, saat musim hujan, budidaya lele di Parung mengalami kendala sehingga bandar beralih ke Losarang. Pada musim hujan, budidaya lele di Losarang justru berkembang dengan baik. Permintaan yang meningkat menyebabkan harga lele naik. Maka dari itu, Wahyu menambahkan, "Omzet bisnis lele di Desember hingga Februari sangat bagus."

Permintaan lele asli Taiwan selalu stabil. "Dalam satu kali pengangkutan, kami bisa membawa sekitar 1,3 hingga 1,8 ton lele," ujar Wahyudin, yang bertanggung jawab atas koordinasi 25 peternak di Losarang. Menurutnya, terdapat 4 bakul lain yang juga beroperasi di sana. Setiap sore, lebih dari 4 ton lele dari Losarang dikirim ke pasar.

Jumlah pengiriman dapat meningkat tergantung pada permintaan bandar di Jakarta. Wahyudin, yang juga seorang guru, mengatakan bahwa selain dari Losarang, lele juga diambil dari desa-desa sekitarnya seperti Krimun dan Puntang.

Untuk memastikan peternak tetap bekerja sama, pengepul memberikan pinjaman pakan kepada mereka 2 minggu sebelum panen. Pengepul memperoleh keuntungan melalui biaya layanan sebesar Rp10.000 per kuintal serta selisih penjualan kepada bandar. Ongkos transportasi ke Jakarta mencapai Rp350.000 per truk per rit.

Untuk menutupi biaya tersebut, harga yang diberikan kepada peternak minimal harus memiliki selisih sebesar Rp800 per kilogram. Sebagai contoh, jika harga lele menurut bandar adalah Rp6.300, maka harga yang diberikan kepada peternak berkisar antara Rp5.500 hingga Rp5.600 per kilogram.

Lele yang dijual harus memiliki ukuran antara 7 hingga 10 ekor per kilogram. Jika ukuran lele di luar kisaran tersebut, maka ikan akan dikembalikan dan dijual kepada pemilik warung makan di sekitar Indramayu dengan harga sekitar Rp3.000 per kilogram. Pasar utama bagi lele Losarang adalah Jakarta, sedangkan sebagian kecil juga dikirim ke Bandung. Terkadang, permintaan juga datang dari Semarang.

Dari apa yang telah dipasarkan saat ini, potensi lele dari Losarang masih sangat besar. Wahyudin menantang, "Jika pembayaran lancar, saya siap memenuhi permintaan apapun."

Document last updated at: Selasa, 23 Feb 2021