Jumat, 05 Juli 2019

Fermentasi Daun Bandotan: Pengendalian Hama dengan Pestisida Alami dalam Pertanian Organik

Pestisida nabati semakin diminati oleh para petani organik sebagai alternatif ramah lingkungan dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Salah satu metode yang digunakan adalah fermentasi daun bandotan (Ageratum conyzoides), sebuah tumbuhan asli Amerika Serikat yang memiliki sifat sebagai pestisida alami.

Fermentasi daun bandotan dilakukan dengan menggunakan mikroba buatan sendiri. Proses ini melibatkan penggunaan campuran daun dan batang bandotan yang di-blender hingga halus, kemudian dicampur dengan air dan biakan mikroba.

Mikroba ini dapat dengan mudah ditemukan di pasaran, misalnya jenis mikroba EM4. Untuk memberi makan mikroba, tambahkan molase atau gula pasir ke dalam campuran air dan bandotan yang sudah di-blender. Setelah itu, biarkan campuran tersebut mengalami fermentasi selama 4-7 hari dengan mengaduknya setiap harinya. Tanda bahwa fermentasi telah selesai adalah munculnya bintik-bintik putih di permukaan campuran dan aroma asam yang khas.

Setelah proses fermentasi selesai, campuran tersebut disaring menggunakan kain kassa untuk memisahkan sisa-sisa yang tidak diinginkan. Larutan hasil saringan inilah yang digunakan sebagai pestisida alami. Untuk pencegahan serangan hama, larutan tersebut dapat disemprotkan pada tanaman setiap 4 hari.

Sedangkan untuk mengatasi serangan yang lebih parah, dosis pestisida dapat ditingkatkan. Aroma menyengat dan rasa pahit dari daun bandotan mampu mengusir hama, sementara kandungan zat aktif seperti saponin dapat merusak sistem saraf hama, mengurangi nafsu makan mereka, dan akhirnya mematikan hama tersebut.

Selain menjadi pengendali hama yang efektif, penggunaan daun bandotan dalam pertanian organik juga memiliki keunggulan lain. Tumbuhan ini tumbuh dengan baik di berbagai wilayah dan mudah ditemukan. Di Indonesia, daun bandotan dikenal dengan sebutan babadotan. Aroma menyengat dari tumbuhan ini juga memberikan perlindungan terhadap serangan hama, sehingga masyarakat Jawa menyebutnya bandotan yang dalam bahasa Jawa juga memiliki makna "kambing jantan".

Pada prinsipnya, dalam pertanian organik, pengendalian hama dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis tanaman. Tanaman dengan karakteristik yang berbeda-beda dapat digunakan bersama-sama untuk memperkuat pengendalian hama secara alami.

Misalnya, daun dengan aroma pahit, pedas, atau sepat seperti buah kecubung dapat digunakan untuk mengusir hama yang gatal seperti ulat bulu. Sementara itu, tanaman seperti jahe yang mengandung minyak atsiri dan curcumin lebih efektif dalam melawan serangan penyakit akibat cendawan.

Dalam pertanian organik, lingkungan yang asri dan alami juga mendukung pertumbuhan predator alami hama. Dengan adanya keanekaragaman hayati, predator alami tersebut dapat membantu mengendalikan populasi hama tanpa menggunakan pestisida kimia. Beberapa contoh tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pembasmi hama adalah buah mahoni dan brotowali. Brotowali, yang memiliki rasa pahit, telah terbukti efektif dalam melawan kutu aphids pada tanaman cabai.

Pestisida nabati yang menggunakan daun bandotan, brotowali, atau tanaman lainnya sebagai bahan aktifnya memiliki keunggulan dalam hal keamanan dan keberlanjutan lingkungan. Selain itu, pembuatan pestisida nabati dapat menghemat biaya karena dapat memanfaatkan herba-herba liar yang tersedia secara alami. Namun, untuk mencapai efektivitas yang optimal, pengalaman dan pemilihan bahan alami yang tepat diperlukan.

Dalam kesimpulannya, penggunaan fermentasi daun bandotan sebagai pestisida alami dalam pertanian organik dapat memberikan solusi yang efektif dalam mengendalikan hama tanaman. Dengan memanfaatkan sifat alami tanaman dan keanekaragaman hayati, petani organik dapat menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kualitas hasil pertanian secara berkelanjutan.

Dengan demikian, penggunaan pestisida nabati menjadi pilihan yang tepat bagi para petani yang peduli terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Mari kita dukung pertanian organik dan gunakan pestisida nabati untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan kita bersama.

Document last updated at: Jumat, 5 Jul 2019