Sabtu, 25 Mei 2019

Penanaman dan Pembibitan Kayu Cendana: Rahasia dan Tekniknya

Kayu cendana (Santalum album) merupakan salah satu jenis kayu yang memiliki keharuman khas dan digunakan dalam industri parfum dan pengobatan tradisional. Namun, memperbanyak tanaman cendana bukanlah tugas yang mudah. Kayu cendana bersifat semi parasit, sehingga membutuhkan tanaman inang sebagai pendukung pertumbuhannya. Dalam artikel ini, kita akan membahas teknik pembibitan kayu cendana dan pentingnya tanaman inang dalam proses tersebut.

tanaman pendukung cendana


Dalam pembibitan kayu cendana, salah satu kunci keberhasilan adalah menemukan tanaman inang yang tepat. Tanaman inang bertindak sebagai penyedia nutrisi bagi kayu cendana. Bambang Priyono, kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bali, menjelaskan bahwa ukuran akar yang kecil dan jumlah rambut akar yang sedikit menjadi faktor utama dalam kesulitan pembibitan kayu cendana. Oleh karena itu, tanpa tanaman inang, upaya pembibitan kayu cendana akan sia-sia.

Pengalaman seorang pembibit kayu cendana di Ponorogo, Jawa Timur, bernama Wihananto mengungkapkan bahwa penggunaan biji dalam pembibitan cendana memiliki tingkat kegagalan yang tinggi. Ia mencoba berbagai metode, termasuk perbanyakan vegetatif dan penanaman biji, namun hasilnya selalu mengecewakan. Hanya sedikit yang mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini memperkuat mitos di daerah tersebut bahwa cendana tidak akan tumbuh jika ditanam dari biji.

Wihananto kemudian melakukan eksplorasi ke beberapa daerah, termasuk Banyuwangi, Gunungkidul, dan Wonogiri, untuk mencari inspirasi. Ia menemukan bahwa kayu cendana tumbuh subur di dekat pohon-pohon lain seperti bambu dan akasia. Hal ini membuat Wihananto menyimpulkan bahwa kayu cendana membutuhkan tanaman inang, mirip dengan benalu. Dengan pengetahuan ini, ia memulai eksperimen penanaman kayu cendana dengan berbagai tanaman inang seperti tomat, terung, lamtorogung, cabai rawit, cabai besar, akasia, dan sengon.

Proses pembibitan kayu cendana dimulai dengan menanam biji cendana pada media yang terdiri dari pasir kali, tanah, dan kompos kambing. Biji tersebut ditanam dengan kedalaman 1 cm dalam polibag berdiameter 15 cm. Penting untuk memastikan posisi tudung biji berada di bawah agar akar dan tunas dapat tumbuh dengan baik. Setelah masa dormansi biji cendana berakhir, biji tanaman inang ditanam dalam lubang yang sama.

Saat akar tanaman inang tumbuh, akar kayu cendana akan menginfeksi akar inang tersebut. Hal ini dapat dikenali dari perubahan warna daun cendana yang awalnya kuning pucat menjadi hijau tua. Teknik ini sebenarnya telah diteliti sebelumnya oleh Ir Asmanah Widiarti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Bogor pada akhir tahun 80-an, dengan perbedaan bahwa tanaman inang ditanam sebulan sebelum penanaman cendana.

Dalam memilih tanaman inang, Wihananto menemukan bahwa cabai besar dan sengon laut cocok sebagai tanaman inang pada awal pertumbuhan kayu cendana. Namun, cabai besar memiliki umur pendek, sekitar 3 bulan, sehingga perlu digantikan dengan lamtorogung yang lebih tahan lama. Penting juga untuk memangkas tanaman inang agar tidak bersaing dalam menyerap sinar matahari. Tinggi tanaman inang harus 10 cm lebih pendek dari tinggi kayu cendana. Terkadang, rumput juga dibiarkan tumbuh di media pembibitan sebagai tanaman inang tambahan.

Menurut Wihananto, keberhasilan pembibitan kayu cendana meningkat menjadi 85% dengan adanya tanaman inang. Keberhasilannya ini membuatnya semakin banyak mendapatkan pesanan. Pada tahun ini, ia bahkan dipercaya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo untuk membibitkan 680.000 batang kayu cendana dalam upaya penghijauan di kota Reog.

Keunikan dari kayu cendana tidak hanya terletak pada aromanya yang khas, tetapi juga pada proses pertumbuhannya yang membutuhkan tanaman inang. Dengan memahami teknik pembibitan kayu cendana dan pentingnya tanaman inang, kita dapat melindungi dan memperbanyak populasi kayu cendana. Melalui upaya pelestarian ini, kita dapat menjaga keberlanjutan kayu cendana dan manfaatnya bagi industri parfum dan pengobatan tradisional.

Document last updated at: Sabtu, 25 Mei 2019