Senin, 02 November 2020

Pestisida Alami Untuk Perkebunan Cabai

Pekebun cabai di Kecamatan Gamping dan Ngaglik, Kabupatep Sleman, Yogyakarta, membuktikannya. Sebelum 1999, hektaran Capsicum annuum yang sedang marak memamerkan buah muda sering rontok sebelum panen. Gejalanya sukar dideteksi. Maklum dari luar kulit buah terlihat licin dan mulus, tetapi begitu dibuka terlihat geliat larva lalat buah. Buah tidak bisa bertahan hingga waktu panen.

Itu dulu. Kini, ramuan selasih dan kencur menjadi tameng perisai. Ocimum spp yang banyak tumbuh di pekarangan itu diambil daunnya, diolah menjadi pestisida nabati. Adalah anggota Wahana Belajar Petani (WBP), kelompok yang terdiri dari pekebun dan petugas PPOT yang menggagas ide sejak 6 tahun lalu. Pekebun buah-buahan di daerah Brabah, Sleman, juga menerapkan cara serupa. Gagal panen bisa ditekan sampai 30-40%

pestisida alami
Petani cabai

Aplikasi yang mudah

Teknik aplikasinya mudah. Sejumlah 1 kg daun selasih diblender bersama 1 /4 kg cengkih, 1 ons kencur dan 2 liter air kelapa. Setelah disaring, larutan diinapkan selama 24 jam. Hasil endapan semalam inilah yang digunakan untuk membasmi hama. Teteskan dalam kapas yang akan digantung dalam perangkap. Bau methyl eugenol selasih akan menarik lalat ke dalam perangkap. Dengan aplikasi tiap 3 hari sekali, tanaman selamat hingga panen.

Selasih sudah lama kondang sebagai pestisida alami. Agar lebih manjur dipadu dengan kencur dan air kelapa. Air kelapa diketahui mengandung enzim dan katalase untuk mempercepat proses fermentasi. Sedangkan rimpang kencur Kaempferia galanga mengandung cineol,methyl dan kaneel zat aktif penghambat pembusukan sehingga pestisida lebih awet disimpan.

Pekebun-pekebun di Sleman memang kreatif meracik tanaman menjadi pestisida nabati. Tengoklah pengalaman Heri Johandi, anggota WBP sekaligus petugas PHP di Kecamatan Brebah dan Depok, Sleman. Sejak 1992 ia bersama 9 anggota yang lain getol membuat percobaan-percobaan untuk menemukan formulasi pestisida nabati yang pas.

Laos

Selain selasih masih ada jahe untuk membuat gerah hama pengganggu. Lengkuas berfungsi sebagai fungisida dan daun sendok menjadi nematisida. Jahe Zingiber officinale mengandung senyawa gingerol penyebab rasa pedas. “Penyemprotan air rebusan rimpang jahe dapat menghalau hama,” ujar Heri. Tak cuma di sayuran, jahe juga efektif untuk mengusir mollusca pada anggrek.

Lengkuas atau laos dalam bahasa Jawa, diketahui mengandung keneelzuurmethylester dan sedikit terpin, bisa berperan sebagai fungisida. Pada musim hujan, saat suasana lembap dan cendawan berpesta pora, fungisida ini cocok diaplikasikan.

Lengkuas tidak berdiri sendiri. Dalam formulasinya ia harus dipadu dengan lidah buaya, daun sirih, kencur, buah lerak, dan air kelapa. Pilih jenis lengkuas merah karena lebir berkhasiat. Cara meramunya 1 kg langkuweh- lengkuas di Lampung-ditumbuk, lalu direbu> dengan 2 liter air. Tambahkan 1 kg daun sirih buah lerak secukupnya dan didihkan sampai air tinggal 1 liter.

Hasil rebusan dicampur dalam blender bersama bubuk kencur dan daun lidah buaya yang sudah dikupas. Hasilnya disaring. Sebelum digunakan, formulasi diencerkan. Setiap 10 cc larutan diencerkan dalam 1 liter air. Untuk 1 ha pertanaman perlu 5 liter pestisida.

Biji bengkuang

Perkebunan Cabai
Lahan Pertanian cabai yang subur

Bukan hanya di Sleman, nun di Bogor, Jawa Barat ada Budi Martono dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang juga tertarik masalah pestisida nabati. Peneliti pada Kelti Pemuliaan Tanaman Balittro itu sejak 1998 tekun meneliti biji bengkuang Pachyrhizus erosus. Ternyata, tanaman yang umbinya terkenal sebagai kosmetik pemutih itu juga mengandung rotenon, racun bagi Crocidolomia binotalis, ulat krop kubis. Hama ini termasuk momok bagi pekebun Cucurbitaceae.

Ada satu fakta menarik tentang bengkuang. Dari seluruh bagian tubuhnya hanya umbi dan polong yang belum masak yang aman untuk dimakan. Di luar itu,terkandung bahan aktif rotenon yang secara alamiah memiliki sifat insektisida. Kadar rotenon paling besar ada di biji, berkisar 0,5-1,0%.

Dari hasil penelusuran di laboratorium, ternyata ekstrak biji bengkuang bersifat racun kontak dan racun perut terhadap beberapa jenis serangga. Rotenon penyebab mati rasa pada selaput lendir serangga dan kerusakan pada fungsi alat respirasi Alhasil serangga yang terkena ekstrak biji bengkuang akan mati kelaparan akibat kelumpuhan alat-alat mulutnya.

Alumnus Pascasarjana IPB itu tidak hanya membedah bengkuang seputaran Bogor saja. Paling tidak ada 4 varietas lokal bengkuang yang diteliti hasil eksplorasi di daerah B ogor, Kebumen, Kendal, dan Padang. Semuanya menunjukkan hasil sama. Untuk saat ini, penelitian Budi Martono masih terbatas di lingkup laboratorium. Namun, tidak tertutup kemungkinan para pekebun sayuran akan menikmati hasilnya di masa yang akan datang. Karena sejak lama tanaman asal Amerika Tengah ini terkenal sebagai mesin pembunuh serangga.

Multifungsi

Selain pada ulat crop kubis, biji bengkuang juga dilaporkan efektif mematikan Plutella xylostella, ulat daun kubis; Sitophilus sp dan Callosobruchus maculatus, 2 jenis hama gudang di tanaman pangan; serta Lophobaris serratipes, pengganggu utama tanaman lada. Menurut hasil penelitian Dr Agus Kardinan, peneliti hama dan penyakit tanaman di Balittro, serbuk atau tepung biji bengkuang memang ampuh untuk melindungi benih tanaman dari gangguan hama gudang.

Menurut Heyne dalam Tumbuhan Berguna Indonesia, selain sebagai insektisida, biji bengkuang juga dapat dimanfaatkan sebagai racun ikan dan obat urus-urus. Bila dicampur dengan belerang dapat mengobati penyakit kulit. Ini semakin menambah panjang daftar kegunaan anggota famili Leguminosae ini.

Document last updated at: Senin, 2 Nov 2020