Minggu, 14 Februari 2021

Flu Burung: Ancaman Terhadap Peternakan dan Kesehatan Manusia serta Upaya Penanggulangannya

Kecemasan melanda Rini Soerojo Soemarno, seorang peternak ayam petelur yang memiliki peternakan di Bogor, Jawa Barat. Setelah melihat laporan tentang serangan flu burung di sebuah stasiun televisi, Rini sangat khawatir bahwa ternaknya akan menjadi korban penyakit yang menyerang unggas tersebut.

Pagi itu, Rini yang masih penuh kegelisahan memutuskan untuk mengunjungi peternakan ayam setelah mendapatkan kabar bahwa kondisi ayam masih sehat. Namun, kekhawatirannya tak berkurang meskipun melihat ayam-ayam tersebut dalam keadaan baik. Begitu tiba di lokasi, Rini langsung mendapatkan laporan dari salah satu karyawannya bahwa ratusan ayam petelur tiba-tiba mati dalam waktu yang sangat singkat.

Rini berusaha keras untuk mengendalikan serangan penyakit yang tidak wajar ini. Dia melakukan langkah-langkah sanitasi, vaksinasi, dan pengobatan, namun upayanya tidak berhasil menyelamatkan ayam-ayam tersebut. Hingga akhir Januari tahun ini, sekitar 40.000 ekor ayam petelur telah mati tanpa tersisa, menyebabkan kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Selain itu, Rini juga harus menghadapi pengeluaran gaji untuk 30 karyawan yang akhirnya harus dipecat dan ongkos pakan yang harus segera dibayar.

Kebersihan kandang ayam adalah yang utama dalam mencegah serangan flu burung
Gambar menunjukkan pentingnya menjaga kebersihan kandang ayam sebagai langkah utama dalam mencegah serangan flu burung. Kebersihan yang baik dapat mengurangi risiko penyebaran virus dan menjaga kesehatan ayam.

Krisis Peternakan Akibat Serangan Flu Burung di Bali dan Provinsi Lainnya

Peternakan yang didirikan oleh Rini, seorang mantan direktur Hortikultura Departemen Pertanian, 30 tahun yang lalu, sekarang terancam bangkrut akibat serangan virus Orthomyxovirus yang menghancurkan ternaknya. Ratusan kandang baterai yang biasanya penuh dengan ayam-ayam yang berteriak saat waktu makan, kini terlihat sepi dan sunyi.

Peternak ayam lainnya juga menghadapi musibah serupa. Menurut Drh Agus Heriyanto, MPhil, dari Direktorat Kesehatan Hewan Departemen Pertanian, flu burung telah menyerang ayam di 10 provinsi, termasuk Jawa, Bali, Lampung, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur (I Gusti Ngurah Badiwangs et al., 2013).

Di Bali, penyakit yang awalnya diduga sebagai penyakit ND (newcastle disease) ternyata merupakan serangan flu burung yang pertama kali terdeteksi di Banjar Utu pada November 2003. Banyak peternak melaporkan kasus ayam mati secara tiba-tiba dalam jumlah yang besar. Ayam yang terinfeksi flu burung tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga banyak ayam yang kelihatan sehat hari ini bisa mati besok tanpa alasan yang jelas (I Gusti Ngurah Badiwangs et al., 2013).

Akibatnya, kerugian yang dialami para peternak sangat besar. Karena tidak ada kompensasi yang diberikan oleh pemerintah, banyak peternakan yang harus ditutup dan beberapa peternak kehilangan mata pencaharian mereka. Petani ayam petelur lainnya seperti Rini juga merasakan dampak yang sama. Mereka harus memutuskan apakah akan mengambil risiko dan memulai usaha peternakan yang baru atau mengganti jenis usaha mereka dengan yang lain (I Gusti Ngurah Badiwangs et al., 2013).

Timeline Penyebaran Flu Burung dan Ancaman yang Dihadapi

Penyebaran flu burung telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Indonesia dan seluruh dunia. Virus Orthomyxovirus yang terkait dengan flu burung ini menimbulkan kekhawatiran tidak hanya terhadap unggas, tetapi juga terhadap kemungkinan penularannya pada manusia. Mari kita lihat sejarah dan kronologi peristiwa mengenai flu burung ini.

Timeline Penyebaran Flu Burung

  • 1918-1919: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat wabah flu burung pertama yang menewaskan sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Wabah serupa juga terjadi pada 1957-1958 dan 1968-1969.
  • 1997: Kasus pertama flu burung yang menelan korban manusia terjadi di Hong Kong. Seorang bocah meninggal dunia akibat penyakit ini, dan beberapa bulan kemudian, 5 orang lainnya juga tewas. Sepuluh orang masih terinfeksi.
  • 2003: Flu burung muncul di Korea Selatan dan Kamboja. Di Korea Selatan, kasus flu burung terdeteksi di salah satu peternakan di Yangsan. Sementara itu, pemerintah Kamboja melarang impor ayam, itik, dan telur dari Vietnam karena wabah ini. Jumlah korban meningkat menjadi 6 orang di Vietnam dan 1 orang di Thailand.
  • 2004: Penyakit flu burung semakin meluas ke berbagai daerah di Indonesia. Pada Agustus 2003, tercatat sebanyak 4,7 juta ayam mati akibat penyakit tetelo jenis vilogenik viscetrotopic di Jawa Tengah. Singapura juga melarang impor burung dan unggas dari Indonesia pada Oktober 2003. Wabah ini kemudian menyebar ke peternakan di Jawa Barat dan Lampung.
  • Januari 2004: Departemen Pertanian mengumumkan secara resmi adanya wabah flu burung jenis H5N1 di Indonesia setelah melalui serangkaian uji laboratorium. Peternak menghadapi kerugian yang mencapai ratusan miliar rupiah. Meskipun penyakit ini menyerang itik dan puyuh, belum ada laporan kematian pada manusia akibat serangan flu burung ini.

Ancaman Serius terhadap Kesehatan Manusia dan Potensi Pandemi Global

Serangan flu burung bukan hanya mengancam peternakan ayam, tetapi juga dapat berdampak serius pada kesehatan manusia. Virus H5N1, salah satu jenis virus flu burung yang paling umum, memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa hingga Januari 2004, terdapat 18 kasus infeksi flu burung pada manusia di Vietnam dan Thailand, dengan 6 orang meninggal dunia (United States, 2004).

Para ahli kesehatan khawatir bahwa virus ini dapat bermutasi menjadi bentuk yang dapat dengan mudah ditularkan dari manusia ke manusia, membuka potensi terjadinya pandemi global yang dapat mengakibatkan jutaan kematian. Oleh karena itu, penanganan serius dan upaya pencegahan harus segera dilakukan (Centers for Disease Control and Prevention, 2005).

Langkah-langkah Penanggulangan dan Pencegahan

Untuk melindungi unggas dan mencegah penyebaran flu burung ke manusia, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah penanggulangan yang meliputi:

  1. Pemusnahan massal ayam yang terinfeksi dan yang berisiko tinggi.
  2. Pembatasan pergerakan unggas dan pengawasan ketat terhadap perdagangan unggas.
  3. Vaksinasi massal untuk unggas.
  4. Penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh petugas yang berhubungan langsung dengan unggas.
  5. Sosialisasi kepada peternak dan masyarakat tentang tanda-tanda flu burung dan langkah-langkah pencegahan yang harus diambil (Kurscheid et al., 2015).

Tindakan-tindakan ini diharapkan dapat membantu mengendalikan penyebaran flu burung dan melindungi peternakan serta kesehatan masyarakat.

Kesimpulan:

Flu burung atau avian influenza merupakan penyakit yang memiliki dampak serius bagi industri peternakan dan masyarakat. Penyebarannya yang cepat dan sulit dikendalikan telah menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi para peternak ayam, terutama di Kabupaten Tabanan dan daerah-daerah lain di Bali. Selain itu, dampak sosial juga dirasakan oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada industri peternakan ini.

Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan yang efektif sangat diperlukan untuk melindungi industri peternakan dari serangan flu burung yang terus berlanjut. Kesadaran akan pentingnya kebersihan, biosekuriti, dan pemantauan yang intensif harus ditingkatkan. Selain itu, vaksinasi unggas juga menjadi langkah yang krusial dalam melawan penyebaran virus ini.

Penutup:

Serangan flu burung di Bali telah menunjukkan dampak serius yang dapat terjadi akibat penyebaran penyakit pada unggas. Kerugian finansial yang signifikan dan dampak sosial yang dirasakan oleh para peternak dan masyarakat menekankan urgensi perlunya tindakan pencegahan yang lebih efektif.

Dalam menghadapi tantangan ini, kerjasama antara pemerintah, peternak, dan masyarakat sangat penting. Hanya dengan upaya bersama dan kesadaran kolektif yang tinggi, penyebaran flu burung dapat dikendalikan dan industri peternakan dapat dilindungi.

Kita semua memiliki peran dalam menjaga keberlanjutan industri peternakan dan melindungi kesehatan masyarakat. Dengan langkah-langkah yang tepat, pengetahuan yang lebih baik, dan kesadaran yang tinggi, kita dapat mengatasi tantangan flu burung dan memastikan keamanan pangan serta kesejahteraan peternakan di masa depan.

Document last updated at: Minggu, 14 Feb 2021