Senin, 19 April 2021

Sistem Tanam Bertingkat (Extreme Density Unit) untuk Produksi Lobster Air Tawar

Dalam upaya meningkatkan produksi lobster air tawar, Philipus Rudy Kurniawan, seorang peternak di Cilacap, Jawa Tengah, telah mengimplementasikan sistem tanam bertingkat (vertikultur) yang mengilhami dari budidaya sayuran. Penggunaan rak bertingkat dalam kolam lobster miliknya telah meningkatkan populasi lobster hingga 5 kali lipat. Ide efisien ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemakaian lahan dan memberikan dampak positif pada produksi lobster air tawar.

Sistem Tanam Bertingkat (Extreme Density Unit)

Model efisiensi lahan yang diterapkan Rudy mirip dengan sistem Extreme Density Unit (EDU) yang memelihara lobster dalam botol-botol yang disusun secara vertikal. Prinsip dari kedua cara ini adalah produksi yang tinggi di lahan terbatas. Konstruksi kolam berbentuk bertingkat dua, masing-masing terdiri dari dua kolam yang dipisahkan namun memiliki sirkulasi air yang menyatu. Kolam-kolam ini diplester semen dengan ketebalan yang mencapai 4 sampai 5 cm untuk menahan beban dari rak bertingkat dan perlengkapannya.

Rak bertingkat yang digunakan dibuat khusus dengan rangka dari kayu damar laut, yang dipilih karena daya tahannya yang baik dalam terendam air. Setiap rak dilengkapi dengan talang terpal sebagai dasar untuk menahan beban dan memungkinkan lobster bersembunyi. Proses pengisian lobster dilakukan bertahap, dimulai dari rak teratas hingga menurun ke rak-rak di bawahnya. Density atau kepadatan lobster sekitar 10 ekor/m2, tetapi bisa dinaikkan menjadi 15 ekor/m2 dengan risiko mortalitas yang lebih tinggi.

Pemberian pakan pada lobster yang dipelihara dengan sistem rak bertingkat memerlukan metode khusus. Pakan disalurkan melalui pipa PVC berdiameter 3 inci, kecuali pada tingkat teratas. Pipa-pipa ini dirancang sedemikian rupa untuk memastikan pakan dapat mencapai semua tingkatan rak tanpa adanya kompetisi pakan di antara lobster.

Dalam hal sirkulasi air, Rudy melengkapi kolamnya dengan filter paralel berukuran 1 m x 1 m di bagian bawah. Filter ini terdiri dari bioball, zeolit, dan arang karbon untuk menyaring kotoran dan menjaga kualitas air agar tetap oksigenasi tinggi. Penggantian air minimal 25% dari volume kolam secara berkala juga dilakukan untuk menjaga kesehatan lobster.

Meskipun sistem tanam bertingkat ini menjanjikan tingkat produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem EDU, tetap ada beberapa kendala yang perlu diatasi. Salah satunya adalah sulitnya mengontrol keadaan lobster di tingkatan bawah rak bertingkat, mengingat rak tersebut merupakan konstruksi permanen. Rudy harus berhati-hati dalam pemberian pakan untuk menghindari kelebihan atau kekurangan pakan pada tiap tingkat rak.

Penerapan sistem tanam bertingkat untuk produksi lobster air tawar ini merupakan pendekatan yang inovatif dan menjanjikan. Dengan teliti mengatasi kendala dan terus mengembangkan teknologi rak bertingkat, diharapkan produksi lobster air tawar dapat meningkat secara signifikan. Penggunaan model efisiensi lahan ini dapat memberikan dampak positif pada peternakan lobster, terutama dalam hal peningkatan jumlah produksi dan pengoptimalan lahan yang ada.

Konteks Sejarah dan Kebermanfaatan Informasi

Budidaya lobster air tawar menjadi topik yang semakin menarik dalam industri perikanan. Perkembangan teknologi dan metode baru, seperti sistem tanam bertingkat, telah memberikan solusi dalam meningkatkan produksi lobster dengan efisien. Philipus Rudy Kurniawan di Cilacap menjadi salah satu contoh sukses penerapan teknologi ini.

Sebagai pembaca yang tertarik dalam budidaya lobster air tawar, informasi mengenai sistem tanam bertingkat ini menjadi sangat bermanfaat. Dengan memahami cara implementasi dan manfaat dari penggunaan rak bertingkat, para peternak dan pengusaha perikanan dapat mempertimbangkan alternatif untuk meningkatkan produksi lobster mereka.

Analisis Mendalam dan Diskusi Implikasi

Sistem tanam bertingkat untuk produksi lobster air tawar menawarkan berbagai keuntungan, seperti peningkatan populasi lobster dalam lahan yang terbatas. Namun, ada beberapa implikasi yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah risiko mortalitas yang lebih tinggi jika kepadatan lobster terlalu tinggi. Para peternak harus bijaksana dalam menentukan jumlah lobster yang tepat pada setiap tingkatan rak.

Selain itu, penggunaan filter dalam sistem ini juga memerlukan perhatian ekstra. Jika kualitas air menurun karena lobster yang mati atau alasan lain, maka kondisi seluruh kolam bisa terancam dan menyebabkan lobster lebih rentan terhadap penyakit. Pengawasan dan pemeliharaan filter yang baik adalah hal penting untuk menjaga kualitas air yang optimal.

Kesimpulan

Dalam menghadapi permintaan lobster air tawar yang terus meningkat, sistem tanam bertingkat menjadi solusi efisien untuk meningkatkan produksi. Dengan model efisiensi lahan seperti rak bertingkat, peternak dapat memaksimalkan potensi lahan dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi.

Untuk itu, mari dukung pengembangan teknologi ini dan berbagi informasi mengenai sistem tanam bertingkat untuk produksi lobster air tawar kepada rekan-rekan peternak dan pengusaha perikanan lainnya. Dengan bersama-sama, kita dapat meningkatkan industri perikanan lobster air tawar Indonesia secara berkelanjutan.

Document last updated at: Senin, 19 Apr 2021