Senin, 12 April 2021

Sangkar Burung Puluhan Juta Rupiah

Sangkar buatan RRC yang diimpor M. Bashori langsung berpindah tangan. Ricky, hobiis Jakarta, berani membayar Rp5-juta karena tertarik dengan motif legenda Cina berwarna dominan merah. Itu belum seberapa, Joko Triono dari Tim Solahart Surabaya malah mengimpor sendiri sangkar seharga Rp12,5-juta demi seekor anis merah kesayangan.

Bagi Joko Triono, hobiis kicauan asal Surabaya, sangkar salah satu perlengkapan lomba yang harus diperhatikan. “Sangkar yang nyaman dan aman membuat burung rajin berkicau, papar Ketua Surabaya All Stars itu. Demi kenyamanan burung-burung juaranya, ia tak segan merogoh kocek jutaan rupiah untuk sebuah sangkar eksklusif.

Saat Trubus berkunjung ke rumahnya, sangkar berbahan kayu wangyang dengan ukiran berbau fengshui itu baru saja tiba. Padahal, direktur perusahaan distribusi salah satu produk water heater itu sudah memiliki belasan sangkar eksklusif lain berharga di atas Rp 10-juta. “Selain kokoh, motif sangkar eksklusif juga bisa mendatangkan keberuntungan,” papar pemilik bendera Tim Solahart itu.

Hobiis lain, Mr. King, juga berpendapat sama. “Untuk burung bagus, tentunya harus diberi sangkar bagus pula,” papar pria 48 tahun itu. Tak heran jika pengusaha ekspedisi laut itu memilih sangkar berharga “wah” untuk koleksi kicauannya. Satu sangkar berharga Rp3-juta—Rp5-juta. Sangkar-sangkar eksklusif itu biasanya hanya dipakai saat sang jagoan turun lapangan.

Bernilai seni


Kegemaran para mania kelas atas mengoleksi sangkar mewah menjadi ladang bisnis bagi Basori. Perajin sangkar di Yogyakarta itu setiap bulan mengeluarkan 200 sangkar. Di antaranya 50 buah merupakan sangkar eksklusif

berharga di atas Rp 1-juta. Selain menjual sangkar jati produksi sendiri, ia juga mendatangkan 5—10 sangkar impor pesanan langganan. “Sangkar buatan Cina harganya Rp15-juta,” papar Basori.

Harga sangkar eksklusif memang mengikuti nilai seni. Sangkar dengan motif baru dihargai istimewa. Karena itu ia selalu melakukan inovasi untuk menyajikan motif-motif baru. Misal meluncurkan motif kolaborasi, perpaduan antara budaya Jawa dan Cina. Sisi sangkar bermotif batik khas Yogyakarta. Sedangkan bagian tengah bermotif delapan dewa dari Cina.

Selain motif kolaborasi, ia juga sedang getol memproduksi sangkar bermotif tiga dimensi. “Dengan motif itu, gambar terkesan hidup,’’ujarnya. Dari segi fengsui, sangkar bermotif hidup diyakini meningkatkan keberuntungan. Tak heran jika sangkar seperti itu kini digandrungi meski berharga di atas Rp2-juta/buah.

Memang menurut Bashori, setiap orang punya motif dan model sangkar favorit. Mania Jawa Tengah misalnya, lebih senang sangkar sederhana. Sedangkan penggemar Jakarta justru menyukai motif rumit dengan warna dominan merah. “Asal ada warna merah, berapapun harganya pasti diambil,” urai perajin sejak 1990 itu.

Fengshui


Motif dan gambar yang menempel di sangkar burung eksklusif tak sekadar mempercantik sangkar. “Ia juga dipercaya memiliki makna keberuntungan. Jadi tak asal ukir atau gambar saja,” papar Mr. King. Motif bernafaskan legenda Cina banyak diminati, seperti motif tiga dewa, delapan dewa, naga, joe li hut (dewa ketawa), dewa pancing, Sun Go Kong, dan Sam Kok.

Motif tiga dewa (fu loh shu) terdiri dari Dewa Tanah, Dewa Keberuntungan, dan Dewa Uang menjadi salah satu favorit karena auranya memancarkan kesejukan. Artinya, “Memberikan kenyamanan bagi burung penghuni sehingga ia bisa rajin bunyi,” papar pemilik King’s Team. Begitu pula Delapan Dewa, motif lama yang masih digandrungi hingga saat ini. Ia melambangkan keanggunan dan keharmonisan.

Konsumen saat ini cenderung memilih sangkar yang ringan dan sederhana. Namun, “Unsur seni dan fengshui tidak ditinggalkan,” papar Bashori. Karena itu motif lokal seperti Kamo Tanding dan Ramayana yang melambangkan keperkasaan juga tetap diminta. Selain itu motif teko juga diminati karena menggambarkan air mengalir. Dengan nilai seni tinggi, sangkar eksklusif memang cocok pula sebagai hiasan rumah. Wajar jika harganya selangit.

Document last updated at: Senin, 12 Apr 2021