Senin, 17 Juni 2019

Teknik Pembungkusan Buah Untuk Menghindari Ulat Buah Dan Hama Penggangu

Maksud hati muluskan buah, malah buruk rupa yang didapat. itulah yang dialami putu suranta, pekebun srikaya new varietas di leuwiliang, bogor, jawa barat. buah yang dibungkus plastik bening dipenuhi bercak hitam akibat cendawan. namun, di kebun dedi harianto, pekebun di ciapus, bogor, new varietas benar-benar mulus meski sama-sama dibungkus.

Dedi dan Putu membungkus new varietas sejak buah seukuran bola pingpong. Tujuannya untuk mengatasi lalat buah seperti penggerek batang, lalat buah, dan kutu putih Ketiga hama itu musuh buah bila musim berbuah tiba. Putu dan Dedi membungkus buah sebagai pelindung dari para perusak itu.

Hanya saja keduanya menggunakan bahan pembungkus yang berbeda. Putu menggunakan plastik bening yang disarungkan pada buah, lalu ujungnya diikat. Sedangkan Dedi membungkusnya dengan jaring peneduh. Lalu, mengapa hasil keduanya bak bumi dan langit?

Pembungkusan Buah
Pembungkusan dengan plastik rentan terkena cendawan karena sirkulasi udara

 

Kondisi Yang Lembap

Menurut Drs Hendro Sunarjono, ahli buah di Bogor, Jawa Barat, penampilan srikaya yang rusak akibat cendawan di kebun Putu disebabkan pemakaian bungkus plastik. Plastik yang kedap membuat sirkulasi udara terhambat. Padahal proses respirasi dan evapotranspirasi tetap berjalan. Itu terlihat dari munculnya embun di dinding plastik bagian dalam tanda lembap. Pada suasana itu cendawan leluasa tumbuh.

Dedi menggunakan jaring peneduh agar sirkulasi udara di sekitar buah lancar. “Tapi gunakan jaring peneduh yang lubangnya rapat agar hama penggerek buah dan lalat buah tidak bisa tembus,” katanya. Dengan begitu, buah tetap terlindung tetapi kondisi iklim mikro di sekitar buah tidak lembap.

Buah mulus menjadi syarat mutlak new varietas untuk menembus pasar. “Konsumen tanahair lebih suka penampilan buah yang menarik,” kata Pien Sanjaya, asisten direktur PT Zanzibar, yang mengelola kebun new varietas Plantera di Ngebruk, Kendal, Jawa Tengah. Karena itu beragam cara dilakukan agar kerabat si nona itu tampil menawan.

Semula Pien membungkus setiap buah yang muncul dengan kertas pembungkus nasi yang salah satu sisinya berlapis plastik sehingga tahan air. Pien juga menyemprotkan insektisida untuk mengatasi ulat dan fungisida untuk mencegah cendawan. Kedua bahan kimia itu disemprotkan ke seluruh buah setiap 2 pekan secara bergantian.

Ternyata nasibnya mirip Putu. Pembungkusan buah justru menyuburkan cendawan. Akibatnya hampir seluruh buah yang dihasilkan terdapat bercak hitam di bagian pangkal buah.

Kini Pien tak lagi membungkus buah, la hanya menyemprotkan insektisida dan fungisida. Meski begitu, ternyata buah yang dihasilkan mulus. “Yang penting penyemprotan jangan sampai terlewat,” tuturnya.

Pembungkusan Buah
Kulit buah mulus berkat bahan pembungkus yang tepat

Pestisida dan berpori

Menurut Eddy Soesanto, penangkar buah di Kelapadua, Depok, Jawa Barat, sebetulnya cara terbaik memuluskan buah adalah penyemprotan fungisida dan insektisida intensif. Pekebun tak perlu membungkus buah. “Buah yang dibiarkan terbuka juga berwarna lebih bagus,” katanya. Paparan sinar matahari membuat klorofil pada kulit buah aktif berfotosintesis sehingga warna lebih cerah dan menarik.

Namun, penyemprotan intensif dikhawatirkan membuat residu pestisida pada buah tinggi karena kulit new varietas tipis. Karena itu beberapa pekebun-apalagi yang membidik pasar organik-memilih membungkus buah untuk menghasilkan buah yang mulus. Yos Sutiyoso, ahli hama dan penyakit di Jakarta menuturkan bila hendak membungkus buah sebaiknya mempertimbangkan kondisi iklim. Pada daerah berkelembapan tinggi, pembungkusan buah bisa menjadi bumerang bila keliru memilih bahan pembungkus. “Yang penting bahan pembungkus itu berpori sehingga sirkulasi udaranya baik,” katanya.

Contohnya kertas semen. Kertas itu berpori dan mudah menyerap uap air sehingga buah tidak terlalu lembap. Kertas semen juga tidak menimbulkan panas ketika terkena sinar matahari. Sayangnya kertas semen kurang tahan lama karena tidak tahan air. Warna yang tidak transparan juga menyulitkan pekebun untuk mengontrol pertumbuhan dan kondisi buah.

Sejatinya di pasaran sudah beredar pembungkus buah berbahan polietilen yang berpori dan transparan sehingga aman dan mudah mengontrol pertumbuhan buah. Kantung plastik juga boleh digunakan asal dilapisi dulu dengan kertas koran. “Kertas koran mudah menyerap air sehingga tidak membasahi permukaan buah yang bisa mengundang cendawan,” kata Eddy.

Bentuk Buah Yang Abnormal

Eddy menuturkan kendala lain bagi pekebun adalah bentuk buah abnormal. Buah new varietas idealnya berbentuk menyerupai hati. “Sekarang ini seringkah ditemukan buah yang kisut di salah satu bagian sehingga tidak simetris,” ujar alumnus Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, itu.

Menurut Gregori Garnadi Hambali, ahli botani di Bogor, Jawa Barat, bentuk buah abnormal disebabkan penyerbukan tidak sempurna. Srikaya tergolong buah agregat yakni buah yang terbentuk dari banyak bakal buah dari satu bunga. Bakal buah yang terserbuki menghasilkan biji sehingga tumbuh membesar. Sedangkan bakal buah yang tidak terserbuki tidak tumbuh biji sehingga pertumbuhan mandek. Akibatnya buah tumbuh asimetris.

Bentuk buah yang tidak sempurna rentan terjadi pada buah agregat seperti nangka, durian, dan sirsak. Musababnya, penyerbukan masih mengandalkan jasa hewan penyerbuk seperti serangga. “Kalau jumlah benangsari yang terbawa hewan penyerbuk tidak cukup untuk membuahi bakal buah, dipastikan banyak buah abnormal,” ujar Greg. Karena itu alangkah baiknya bila dilakukan penyerbukan buatan seperti yang dikerjakan pekebun srikaya di Australia. Namun, cara itu tidak efisien untuk kebun skala luas. Buah yang abnormal sebaiknya dibuang sejak pentil. Toh, bila dipertahankan pun malah menguras makanan untuk buah lain yang lebih mulus.

Document last updated at: Senin, 17 Jun 2019